Menpora Imam Nahrawi Dan Pembuat Aplikasi Anjas Pramono (Foto: Instagram)
Dream - Anjas Pramono. Inilah salah satu pemuda hebat asal Indonesia. Sosok difabel ini menciptakan Difodeaf, aplikasi yang memudahkan tunarungu. Karena keberhasilan itulah Anjas diundang ke Amerika Serikat.
" September nanti, dia diundang ke salah satu universitas terkenal di Amerika Serikat sekaligus ke White House untuk mempresentasikan aplikasi ini," tulis Menteri Pemuda dan Olah Raga, Imam Nahrawi, di Instagram, Senin 30 Juli 2019
Difodeaf merupakan aplikasi yang dapat mengubah bahasa Indonesia dan Inggris menjadi gambar bahasa isyarat yang mudah dipahami anak-anak.
Anjas berasal dari Desa Besito, Gebong, Kudus, Jawa Tengah. Dia berkuliah di jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur.
Menurut Imam, Anjas membuat aplikasi Difodeaf karena terinspirasi pengalaman pribadinya berkunjung ketempat-tempat pariwisata yang belum ramah disabilitas, yang disebutnya Location for Difable (Locable).
" Sosok Anjas memberikan inspirasi positif untuk mengembangkan beberapa program unggulan di Kemenpora. Inspirasi Anjas ini dapat mendorong percepatan di beberapa program kementerian/lembaga khususnya untuk memaksimalkan implementasi UU Disabilitas melalui Kemenpora karena kami sudah buktikan ada PNS untuk disabilitas," tambah Imam.
Dream - Minum kopi telah menjadi rutinitas kaum urban. Kini, ngopi semakin praktis dengan adanya cara yang memungkinkan kita untuk menikmati kopi di perjalanan.
Yup, Sahabat Dream bisa manfaatkan tumbler yang mudah dibawa kemanapun. Selain lebih praktis, tumbler juga ramah lingkungan karena dapat digunakan berkali-kali.
Beberapa gerai juga menawarkan promo khusus bagi pemegang tumbler, salah satunya Starbucks yang memberikan diskon 50 persen untuk minuman setiap Tumbler Day. Nah, ada tumbler spesial yang bisa kamu koleksi di ulang tahun Starbucks yang ke-17.
Berbeda dari tumbler biasanya, botol minum ini merupakan hasil karya anak-anak berkebutuhan khusus yang menggeluti hobi desain grafis.
" Kami memberi kesempatan pada anak muda difabel, dengan harapan agar customer kita bisa menghargai karya mereka dan menginspirasi kaum milenial untuk bisa lebih produktif dan kreatif," tutur Liryawati, Chief Marketing Officer Starbucks Coffee Indonesia di Jakarta, Senin 13 Maret 2019.
Ketiga desainer dari The Special ID yang digawangi oleh Art Theraphy Center Widyatama itu meluncurkan koleksi tumbler dan tote bag berdesain unik.
Ada 'Let's Travel' karya Fatur Ridho yang tercipta dari hobi traveling. Kemudian ada 'Milo the Cat' karya Claudia Panca yang terinspirasi dari kucing jalanan dan 'Bhinneka Tunggal Ika' milik Hendra Gunawan.
" Inspirasinya dari klub-klub sepakbola Tanah Air, dengan wajah dan warna berbeda tapi disejajarkan dengan satu kesatuan yaitu Indonesia," kata Hendra.
Koleksi ini bisa kamu dapatkan mulai 13-31 Mei 2019 seharga Rp275 ribu untuk tumbler, Rp165 ribu untuk tote bag dan Rp395 untuk keduanya. Selain itu, Sahabat Dream juga bisa mencicipi minuman spesial anniversary Black Forest Frappuccino dan Birthday Cream Frappuccino. (ism)
Dream - Menyandang status sebagai difabel tak sepatutnya menciutkan nyali seorang anak dalam berkarya. Dengan niat mengasah keterampilan, anak difabel juga mampu menciptakan karya seni luar biasa.
Seperti yang dilakukan oleh tiga sahabat dari Bandung, Hendra Gunawan, Fatur Ridho, dan Claudia Panca. Mereka meluncurkan merchandise eksklusif spesial seri anniversary Starbucks yang ke-17.
Berbekal kemampuan memakai software komputer, mereka mendesain koleksi tumbler dan tote bag yang sangat menarik.
" Untuk membuat karya ini, pertama-tama digambar. Terus discan atau difoto. Kemudian di-trace dengan aplikasi Adobe Illustrator," papar Hendra di acara Starbucks 17th Anniversary, Jakarta, Senin 13 Mei 2019.
Ketiga desainer grafis dari komunitas The Special ID itu menciptakan koleksi yang berbeda sesuai dengan imajinasi masing-masing.
Seperti Hendra dan Fatur yang berangkat dari rasa cinta mereka terhadap klub sepak bola dan hobi traveling. Lalu, ada Claudia yang terinspirasi dari kucing jalanan.
" Lihat kucing di belakang rumah aku lihatin, dari situ kepikiran untuk gambar. Ada kucing yang lagi menyusui, ada yang ngantuk, main, makan, ada pula yang lagi berantem. Padahal sebenarnya aku enggak punya kucing di rumah," ujar Claudia.
Kepiawaian mereka dalam mengoperasikan komputer juga diakui oleh sang pelatih. Meski berkebutuhan khusus, ketiga desainer ternyata sangat mahir memainkan software.
" Dari awal kita ada tes bakat, kelihatan potensi mereka di otak kanan. Diasah dengan interaksi komputer pun sangat cepat karena mereka generasi muda milenial. Mengenai software, kelebihan mereka adalah lebih fokus dan cepat memahami," tutur Firli Herdiana, Founder The Special ID.
Komunitas yang digawangi oleh Art Theraphy Center Widyatama itu berfokus pada pelatihan anak berkebutuhan khusus di bidang seni rupa dan musik.
" Di kalangan anak-anak ini, ternyata minat terbesarnya ada di kesenian. Mereka cenderung memakai otak kanan. Kami pun berpikir bahwa harus ada lembaga resmi yang mengakomodir minat mereka untuk jadi creativepreneur," ujar Anne Nurfarina, Director of Art Therapy Center Widyatama.
Dengan adanya wadah bisnis dan berkarya, Anne berharap anak-anak berkebutuhan khusus tak lagi dipandang sebelah mata. Bersama-sama, mereka melawan stigma anak difabel yang selalu bergantung kepada orang lain.
" Kita fasilitasi mereka, style-nya tidak kita ganggu gugat. Mereka harus hidup selayaknya manusia pada umumnya, mendapat income dan terbiasa membangun kemandirian secara finansial," imbuh dia.
Dream - Muhammad Naja Hudia Afifurrohman, 9 tahun, terlahir dengan kondisi fisik yang tidak sempurna. Dia menderita lumpuh otak celebral palsy yang membuat sensor motoriknya tidak bekerja secara normal.
Namun demikian, Naja mendapat anugerah yang luar biasa berupa daya ingat yang kuat. Di usianya saat ini, dia sudah mampu menghafal Alquran 30 juz sampai tahu letak ayat dalam halaman mushaf.
" Saya sebagai ibu tidak pernah menyangka sebegitu cepatnya menghafal Alquran dan saya kagum sebagai ibu, dia hafal sampai halaman-halamannya," ucap ibu Naja, Dahlia Andayani, dikutip dari Liputan6.com.
Dahlia mengatakan buah hatinya sangat cepat menghafal Alquran. Ketika diuji dengan dibacakan ayat, Naja langsung tahu pada halaman berapa letak ayat tersebut.
" Hanya sepotong ayat disebutkan, belum selesai dia sudah tahu ini dan halaman ini. Mamanya nggak pernah ngajarin," ucap Dahlia.
Naja tercatat sebagai salah satu peserta Hafiz Indonesia 2019. Dia berhasil membuat kagum juri acara yang disiarkan televisi swasta nasional tersebut.
Pembawa acara tersebut, Irfan Hakim, memandu juri, Nabila Abdul Rahim Bayan, untuk menguji hafalan Naja. Nabila membacakan satu ayat dan meminta Naja menebak di mana letak ayat tersebut.
" Nanti Naja menebak itu surat dan ayat berapa dan halamannya juga. Dengarkan yah. Bismillahirrahmanirrahim," kata Irfan.
Nabila lalu membacakan satu ayat. Setelah selesai, Naja langsung memberikan jawaban yang membuat juri dan hadirin terkagum-kagum.
(ism, Sumber: Liputan6.com/Putu Elmira)
Advertisement
Momen Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Pengganti Kerugian Negara Rp13,25 Triliun dari Korupsi CPO
Mantan Ketum PSSI Usulkan STY Kembali Latih Timnas, Ini Alasannya
Wanita Ini 400 Kali Operasi Plastik Selama 15 Tahun
Potret Keren Yuki Kato Taklukan Chicago Marathon 42,2 Kilometer
16 Peneliti dari ITB Masuk Daftar World Top 2% Scientists 2025
9 Kalimat Pengganti “Tidak Apa-Apa” yang Lebih Hangat dan Empatik Saat Menenangkan Orang Lain
PT Taisho Luncurkan Counterpain Medicated Plaster, Inovasi Baru untuk Atasi Nyeri Otot dan Sendi
Momen Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Pengganti Kerugian Negara Rp13,25 Triliun dari Korupsi CPO
Bahas Asam Urat dan Pola Hidup Sehat, Obrolan Raditya Dika dan dr. Adrian Jadi Sorotan