Pemimpin Sekaligus Pengajar Pendidikan Agama Islam Di Pesantren Ash Shalahudin, Asep Marwan. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)
Dream - Sosok Asep Marwan barangkali akan sulit ditemui di zaman serba perhitungan ini. Sebagai pemimpin Pesantren Ash Shalahudin, Kampung Bojongtangkal, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat, dia berjuang tanpa digaji untuk mengurus dan mendidik santri-santri yang notabene yatim dan dhuafa.
" Selama mengajar di pesantren tidak ada gaji. Jangankan dapat gaji, justru kami memikirkan bagaimana agar santri bisa makan agar bisa berkegiatan," kata Asep, Rabu 4 Desember 2019.
Saat ini pesantren yang dikelola Asep terdapat 57 santri dengan berbagai jenjang usia. Mereka bersekolah formal SMP dan SMA. Total, tenaga pengajar di pesantren ini berjumlah sembilan orang.
Para pengajar ini punya pekerjaan sambilan, semisal menjadi buruh bangunan, berjualan, atau bekerja di bidang lain.
Untuk memenuhi kebutuhan penghuninya, pesantren ini mengandalkan sumbangan dari para donatur. Pengelola pesantren juga rutin berjualan produk kerupuk lele.
Hasil penjualan kerupuk lele akan digunakan sebagai uang tambahan operasional pesantren. Asep menuturkan, kegiatan keagamaan dengan kewirausahaan sejalan dengan cita-cita ayahnya yang juga pendiri ponpes.
" Cita-cita almarhum adalah ingin menghidupi pesantren tanpa harus meminta-minta. Kebutuhan makan santri karena mereka tidak mampu harus kita penuhi. Maka dari itu, saya selain mengajar Alqur'an juga mengajarkan kewirausahaan," ujar dia.
Kisah Asep Marwan yang mendedikasikan dirinya sebagai guru di pesantren membuat organisasi kemanusiaan global Aksi Cepat Tanggap (ACT) tergerak. Mereka memberikan bantuan berupa bantuan tunai melalui program Sahabat Guru Indonesia.
" ACT memberikan santunan hidup kepada mereka dengan uang tunai Rp500 ribu setiap bulan selama satu tahun," kata Branch Manager ACT Jawa Barat Renno I Mahmoeddin.
Selain Asep, ada 10 guru atau tenaga pengajar lain yang menerima bantuan langsung itu. Mereka adalah guru honorer di sekolah formal maupun tenaga pengajar sukarela di pesantren dan madrasah.
Menurut Renno, di Jawa Barat terdapat sekitar 185 guru honorer yang kondisinya prasejahtera. Mereka digaji jauh di bawah upah minimum regional (UMR). Tidak sedikit di antara mereka yang bergaji di bawah Rp300 ribu dan tak jarang penghasilan mereka tidak menutupi kebutuhan sehari-hari.
" Saat ini kita akan berikan untuk 25 guru dulu, 10 orang ini simbolisnya. Tidak menutup kemungkinan 185 guru prasejahtera akan menerima bantuan ini," kata dia.
Sumber: Liputan6.com/Huyogo Simbolon
Advertisement
Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi


5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

VinFast Beri Apreasiasi 7 Figur Inspiratif Indonesia, Ada Anya Geraldine hingga Giorgio Antonio

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari