Ditunda Karena Lockdown, Abang Bajaj Sumbang Uang Nikah Buat Makan Orang Miskin

Reporter : Razdkanya Ramadhanty
Selasa, 26 Mei 2020 09:01
Ditunda Karena Lockdown, Abang Bajaj Sumbang Uang Nikah Buat Makan Orang Miskin
Selain lockdown, meninggalnya sang ayah menjadi alasan Akshay menunda pernikahan.

Dream - Kisah kebaikan sopir bajaj di India satu ini viral di media sosial. Dia memilih menunda pernikahannya dan menyumbangkan uang tabungan untuk diberikan kepada mereka yang tak mampu setelah sang ayah meninggal

Akshay Kothawale, 30 tahun, berprofesi sebagai sopir bajaj rajin membagikan makanan kepada para migran dan orang miskin dari uang tabungannya. Padahal, niat awalnya dia hendak menggunakan tabungan tersebut untuk biaya menikah.

Dia harus menunda pernikahannya akibat lockdown yang diberlakukan pemerintah.

Ditambah, Akshay yang dikenal sebagai orang Samaria yang baik hati, kehilangan ayahnya pada Senin malam lalu.

" Ayah saya Sanjay Kothawale, berusia 57, meninggal karena serangan jantung tadi malam," kata Akhsay kepada PTI.

 

1 dari 4 halaman

Akshay bercerita dia baru saja pulang ke rumah setelah membagikan makanan dan mendapat telepon dari keluarganya. Dia sungguh kaget ketika mendapat kabar bahwa sang ayah sedang tak sehat.

Ayah Akshay juga merupakan pengemudi bajaj. Sang ayah ternyata menderita penyakit hati.

" Kami membawanya ke Rumah Sakit Umum Sassoon, tetapi dia meninggal pada masa perawatan," ucap Akshay.

" Hari ini kami sibuk dengan ritual pasca-kematian, jadi kami tidak bisa membagikan makanan, tetapi akan dilanjutkan mulai besok," kata dia.

Dengan tabungan untuk pernikahan, Akhsay dibantu beberapa teman, membagikan makanan kepada hampir 400 migran yang terlantar dan orang miskin setiap hari di tengah-tengah lockdown di India.

Sumber: Tribuneindia.com

2 dari 4 halaman

Kisah Prihatin Perawat Covid-19: Disemprot Disinfektan dan Diteriaki Virus

Dream - Pandemi Covid-19 telah memicu kecemasan bahkan kepanikan bagi segelintir orang. Di tengah kondisi seperti saat ini, para tenaga medis tetap berupaya merawat para pasien positif Corona meski menyadari nyawa adalah taruhan mereka. 

Pengorbanan para dokter, perawat, dan tenaga rumah sakit ini diapresiasi banyak orang di berbagai negara dengan cara berbeda. Namun sayangnya, masih ada saja masyarakat yang tidak menghargai pengorbanan yang telah dilakukan para tenaga medis tersebut.

Dilansir dari World of Buzz, seorang perawat di Singapura mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di lingkungan tempat tinggalnya. Para tetangga kerap menjauhi dan melecehkannya setelah mereka mengetahui perawat tersebut bekerja untuk menangani pasien Covid-19.

Kejadian tersebut diungkapkan melalui video singkat yang diunggah oleh akun Facebook The Online Citizen Asia pada 17 Mei 2020. Unggahan tersebut kemudian menjadi viral.

3 dari 4 halaman

Diteriaki Virus dan Disemprot Disinfektan

Dalam video berdurasi 1 menit tersebut, terlihat para tetangga yang dikenalnya selama lima tahun terakhir terus mengejek, menghina bahkan menyemprotkan cairan yang diduga disinfektan ke tubuh si perawat dan anaknya.

Sambil menyemprotkan cairan dari balik pintu besi yang terkunci, para tetangga yang seperti tak punya hati nurani itu meneriakkan 'Virus, virus, virus' berulang kali kepada sang perawat yang tak disebutkan namanya tersebut. Untungnya, cairan tersebut tidak mengenai mata sang anak.

" Ini adalah situasi saat saya pulang ke rumah sekarang. Saya ragu itu akan berhenti selema kita masih bertetangga dan saya bekerja sebagai perawat," tulis perawat proa dalam video tersebut.

" Apa yang terjadi pada 'tepuk tangan untuk garda depan' dan lagu 'home'?! Ini ada kenyataan yang garda depan alami saat ini," tambahnya.

 

4 dari 4 halaman

Laporan Tak Digubris Polisi

Perawat tersebut kemudian mengajukan laporan kepada pihak berwenang atas insiden tersebut. Namun sang perawat masih sangat menyayangkan karena ternyata dirinya masih tetap menghadapi pelecehan walaupun sudah melaporkan.

Hingga saat ini belum ada kejelasan yang diambil otoritas Singapura. Namun banyak warga Singapura yang memberikan dukungan dan semangat kepada perawat pria dan anaknya tersebut.

Patut diingat bahwa selama masa-masa sulit ini, diskriminasi pekerjaan tidak dapat diterima di masyarakat. Kita semua sebagai makhluk sosial harus menghargai dan menghormati frontliner yang terus mempertaruhkan hidup mereka untuk orang lain.

(Sah, Sumber: Worldofbuzz.com)

Beri Komentar