Beberapa Pandangan Tentang Keistimewaan Lailatul Qadar

Reporter : Ahmad Baiquni
Senin, 27 Juni 2016 10:31
Beberapa Pandangan Tentang Keistimewaan Lailatul Qadar
Para ulama masih berbeda pendapat mengenai makna 'lebih baik dari seribu bulan' yang terdapat pada QS Al Qadar ayat 3. Tetapi, ulama bersepakat lailatul qadar ada;ah malam yang baik untuk ibadah.

Dream - Para Muslim begitu menantikan datangnya malam lailatul qadar. Malam ini adalah malam yang mengandung kebaikan setara dengan seribu bulan.

Banyak diantara para Muslim yang menghabiskan waktu dengan beribadah dan beramal saleh lebih giat pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Karena pada sepuluh malam terakhir inilah lailatul qadar diyakini akan turun.

Sayangnya, tidak ada satupun orang yang tahu kapan tepatnya malam itu akan turun. Allah SWT tampaknya membuat hal ini sebagai rahasia agar manusia tetap rajin beribadah.

Kepastian mengenai adanya malam lailatul qadar terjamin dalam Alquran Surat Al Qadar. Bahkan sebutan malam ini sebagai malam seribu bulan terjamin pada ayat 3 surat tersebut yang artinya:

" Malam kemuliaan (lailatul qadar) itu lebih baik dari seribu bulan," (QS Al Qadar ayat 3).

Terkait makna 'lebih baik dari seribu bulan', para ulama belum memiliki kesepakatan. Ulama masih belum menghasilkan tafsir baku yang dapat menjadi pegangan mengenai makna tersebut.

Ibnu Bathal dalam Syarah Shahih Al Bukhari misalnya. Dia memiliki pandangan terkait lailatul qadar.

" Maksud dari 'lebih baik dari seribu bulan' ialah mengerjakan amalan yang diridhai dan disukai Allah SWT di malam tersebut, seperti sholat, doa, dan sejenisnya, lebih utama ketimbang beramal selama seribu bulan yang tidak ada lailatul qadar di dalamnya."

Al Mawardi dalam kitab tafsirnya An Nukat wal 'Uyun memberikan penjelasan lebih lengkap mengenai malam lailatul qadar. Dia menjelaskan terdapat lima pendapat terkait makna 'lebih baik dari seribu bulan' tersebut.

Pendapat pertama datang dari Ar Rabi yang menyebut lailatul qadar lebih baik dari umur seribu bulan. Pendapat kedua dari Mujahid yang menjelaskan beramal di lailatul qadar lebih utama ketimbang beramal seribu bulan selain lailatul qadar.

Pendapat ketiga dari Qatadah yang menyebut lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan yang tidak terdapat di dalamnya lailatul qadar.

Pendapat keempat, Ibnu Najih dan Mujahid mengisahkan seorang Bani Israil pernah mengerjakan sholat malam hingga subuh. Di pagi hingga sore hari, dia berperang.

Kegiatan itu menjadi rutinitas yang ia lakukan selama seribu bulan. Kemudian Allah SWT mengabarkan beribadah pada lailatul qadar lebih baik dari amalan yang dilakukan laki-laki tersebut, meskipun selama seribu bulan.

Serta pendapat kelima menyebut beribadah saat lailatul qadar lebih baik dari kekuasaan Nabi Sulaiman AS selama lima ratus bulan dan kekuasaan Zul Qarnain selama lima ratus tahun.

Meski berbeda pendapat, para ulama pada hakikatnya sepakat lailatul qadar merupakan malam mulia yang sangat baik digunakan untuk ibadah.

Untuk mengetahui penjelasan lebih lengkapnya, silakan baca pada tautan ini.

Beri Komentar