Bukti Baru, Wanita Berpenampilan Menarik Gampang Dapat Kredit

Reporter : Syahid Latif
Minggu, 9 Agustus 2015 13:00
Bukti Baru, Wanita Berpenampilan Menarik Gampang Dapat Kredit
Sebelumnya penelitian menemukan korelasi orang berpenampilan menarik dan kemudahannya mendapatkan kerja dan promosi.

Dream - Para peneliti telah lama menduga bahwa orang-orang yang mempunyai tampilan lebih menarik secara fisik mendapatkan lebih banyak uang. Menyebutnya bias keindahan, para peneliti menemukan bahwa orang-orang berpenampilan menarik lebih mungkin dipekerjakan dan dipromosikan dibandingkan rekan-rekannya. 

Tak puas dengan teori ini, dalam beberapa tahun terakhir, peneliti mulai mempelajari bagaimana faktor bias keindahan berperan dalam mendapatkan dana pinjaman.

Penelitian terbaru, yang dipimpin oleh Christina Jenq, Ph.D. dari Hong Kong University of Science and Technology, perempuan berkulit putih, bertubuh langsing, dan cantik paling mungkin untuk menerima dana pinjaman.

Penelitian di lembaga keuangan mikro Kiva menunjukan para peneliti membuat penilaian berdasarkan ciri fisik peminjam mulai dari warna kulit, bentuk tubuh, dan kecantikan. Semua peminjam telah mencari pinjaman selama bulan Juni 2009.

Hasil penelitian menunjukkan pemberi pinjaman cenderung mendahulukan peminjam perempuan. Sebuah kelompok yang anggotanya semua wanita diketahui menerima pinjaman 65 persen sampai 81 persen lebih cepat dibandingkan kelompok yang anggotanya semua-laki-laki.

Terlebih lagi, studi ini menemukan bahwa, untuk pinjaman sebesar US$ 700, seorang peminjam yang menarik menerima bonus US$ 60. Sementara itu, peminjam dengan tubuh gendut mendapat denda US$ 65, dan peminjam dengan kulit lebih gelap didenda US$ 40.

Kecenderungan untuk mendanai wanita menarik lebih terlihat pada pemberi pinjaman yang kurang berpengalaman.

Dengan kata lain, pemberi pinjaman yang pengalaman akan mengesampingkan bias mereka terhadap peminjam yang menarik. Mereka hanya memikirkan siapa peminjam yang paling mungkin bisa mengembalikan pinjaman.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal The Atlantic.

Beri Komentar