Kapolda Sumatera Selatan (Sumsel) Irjen Eko Indra Heri Dimutasi Menjadi Koorsahli Mabes Polri
Dream - Mabes Polri melakukan mutasi kepada 98 perwira polisi di lingkungannya. Salah satu dari perwira yang dimutasi adalah Kapolda Sumatera Selatan Irjen Eko Indra Heri yang dipindah tugaskan menjadi Koorsahli Kapolri.
Nama Irjen Eko sebelumnya menjadi perhatian setelah muncul penyelidikan dugaan kasus sumbangan fiktif senilai Rp2 triliun yang diberikan keluarga besar mendiang Akidi Tio. Sumbangan itu dititipkan keluarga melalui Polda Sumsel.
Mutasi puluhan perwira polisi tersebut tertuang dalam Surat Telegram Nomor ST/1701/VII/KEP./2021 tertanggal 25 Agustus 2021. Irjen Eko Indra akan mengisi posisi Irjen Teguh Sarwono yang dimutasi sebagai Analis Kebijakan Utama Bidang Jemen Sahli Kapolri.
Posisi Kapolda Sumatera Selatan selanjutnya akan diisi oleh Irjen Toni Harmant yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolda Sumatera Barat. Sementara, jabatan Kapolda Sumatera Barat diduduki oleh Irjen Teddy Minahasa Putra yang sebelumnya menjabat sebagai Sahlijemen Kapolri.
Di pulau Sulawesi, Mabes Polri juga melakukan mutasi kepada Irjen Rudi Sufahriadi yang diangkat menjadi Kapolda Sulawesi Tengah. Posisi baru ini menggantikan Irjen Abdul Rakhman Baso, yang akan mengisi jabatan Pati Korbrimob Polri dalam rangka pensiun.
Terkait penyelidikan dugaan kasus sumbangan fiktif Rp2 triliun dari keluarga pengusaha Akidi Tio, Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono di Mabes Polri, Jakarta, dikutip dari Merdeka.com, Kamis 26 Agustus 2021 mengatakan tim internal dari Itwasum dan Paminal Propam Polri Mabes Polri telah diterjunkan.
" Kami ingin jelas lihat kasus itu sebagaimana sebenarnya," jelas Argo
Untuk melengkapi pemeriksaan, penyidik dari Polda Sumsel yang menangani kasus ini juga telah memeriksa lima orang saksi. Para saksi tersebut di antaranya putra bungsu keluarga mendiang Akidi, Tio Heriyanti, dokter pribadi keluarga dr. Hardi Dermawan.
" Nanti juga ada ahli akan kami mintai keterangan di sana ini untuk prosesnya oleh penyidik," jelas Argo.
(Sah, Sumber: merdeka.com)
Dream - Tak terasa kabar sumbangan Rp2 triliun dari keluarga besar mendiang Akidi Tio yang sempat menggemparkan masyarakat Indonesia telah berlalu hampir satu bulan. Berita tentang sumbangan bernilai fantastis itu pertama kali muncul pada 26 Juli 2021 dalam sebuah konferensi pers yang digelar Polda Sumatera Selatan.
Sepekan sejak pemberitaan tersebut, publik dibuat terkejut saat Polda Sumsel menetapkan Heryanti (anak Akidio Tio) atas dugaan kasus sumbangan fiktif tersebut.
Sejak pertama kali kasus sumbangan bodong mencuat, hingga saat ini polisi masih belum menemukan titik terang. Polda Sumsel masih membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan pasal pidana untuk menjerat Heryanty.
Kabud Humas Polda Sumsesl Kombes Pol Supriadi mengungkapkan, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumsel sejauh ini belum menetapkan Heryanti sebagai tersangka.
" Untuk pasal apa yang akan ditetapkan kepada Heryanty, penyidik akan periksa 3-4 orang saksi. Tujuannya agar penyidik dapat menentukan konstruksi pasal terkait berkas perkara sumbangan Rp2 triliun itu," ungkap Supriadi dikutip dari Merdeka.com.
Lebih lanjut menurut keterangan Supriadi, penambahan saksi baru berdasarkan rekomendasi gelar perkara yang dilakukan pada 16 Agustus 2021 lalu.
" Dari hasil gelar kemarin, ternyata peserta gelar meminta gelar perkara lagi dengan memanggil saksi baru," kata dia.
Tak hanya itu, pihaknya juga mengaku hingga kini masih mengumpulkan barang bukti.
" Ditreskrimum belum menetapkan tersangka, semuanya masih dikumpulkan, termasuk barang bukti," pungkasnya.
(Sumber: merdeka.com)
Dream - Anak bungsu mendiang Akidi Tio, Heriyanti serta dokter keluarga pengusaha sukses asal Aceh tersebut, Hardi Darmawan, sempat menjalani pemeriksaan di Mapolda Sumatera Selatan. Keduanya diduga terlibat kasus sumbangan penanganan Covid-19 fiktif sebesar Rp2 triliun.
Usai diperiksa sekitar 10 jam, keduanya lantas diizinkan pulang. Polisi tidak melalukan penahanan terhadap keduanya.
Heriyanti tidak memberikan keterangan apapun terkait pemeriksaan yang dia jalani ketika keluar dari gedung Ditreskrimum Polda Sumsel pada Senin malam, 2 Agustus 2021. Sementara Hardi keluar dua jam sebelumnya.
" Saya lelah," ujar Hardi sebelum meninggalkan Mapolda Sumsel.
Kabid Humas Polda Sumsel, Kombes Supriadi, menyatakan kedua tidak ditahan. Dia pun membantah informasi sebelumnya yang menyatakan Herdiyanti ditangkap.
" Karena tidak ada penangkapan, artinya tidak ada penahanan," kata Supriadi.
Supriadi menjelaskan duduk perkara sebenarnya dari kehadiran Heriyanti di Mapolda Sumsel. Dia menyatakan Heriyanti memang diundang untuk datang, bukan ditangkap.
Heriyanti diminta untuk memberikan penjelasan terkait dana bantuan Rp2 triliun. Sebab, dana tersebut belum cair sesuai waktu yang dijanjikan.
Sementara Direktur Reskrimum Polda Sumsel, Kombes Hisar Siallagan, menerangkan pihaknya masih perlu melakukan pemeriksaan terhadap Herdiyanti maupun Hardi. Untuk penyelidikan ini, beberapa personel diterjunkan untuk menjaga kediaman Heriyanti.
" Statusnya (Heriyanti dan Hardi) wajib lapor, jadi rumahnya dijaga," kata dia.
Soal dana Rp2 triliun yang dijanjikan, Hisar mengaku masih mengumpulkan bukti. Dia belum bisa mengambil kesimpulan dari kasus ini.
" Besok akan diperiksa lagi, karena masih dalam tahapan pemeriksaan," kata dia.
Selama diperiksa, Hisar mengatakan Heriyanti mengaku dana tersebut masih dalam proses pencairan. Menurut dia, Heriyanti juga berjanjia uang tersebut akan cair pada Selasa, 3 Agustus 2021.
" Ada janjinya, uang akan dicairkan, memang ada dia berjanji, jadi kita tunggu saja," kata dia.
Hisar pun menyatakan proses penyelidikan tetap berjalan meski ada janji dari Heriyanti. Dia meminta masyarakat untuk bersabar, menunggu hasil pemeriksaan.
" Soal pencairan kayaknya begitu, tapi kita tunggu, kita dengarkan saja," kata dia, dikutip dari merdeka.com.
Dream - Kapolda Sumatera Selatan, Inspektur Jenderal Eko Indra Heri, menyampaikan permohonan maaf karena merasa telah menimbulkan kegaduhan terkait kabar donasi Rp2 triliun yang diberikan keluarga mendiang Akidio Tio. Jenderal bintang dua itu mengaku khilaf karena tidak mengecek kebenaran soal sumbangan itu terlebih dahulu.
" Saya minta maaf kepada masyarakat Indonesia, khususnya kepada Kapolri, pimpinan di Mabes Polri, anggota Polri, masyarakat Sumsel, tokoh agama dan tokoh adat, terutama Forkopimda Sumsel, Gubernur, Pangdam dan Danrem," ujar Eko.
Eko menjelaskan kegaduhan ini terjadi akibat ketidakhati-hatiannya. Dia mengatakan kasus ini bermula ketika ada komunikasi dari Kepala Dinas Kesehatan Sumsel Lesty Nurainy. Selain itu, EKo juga mengaku sempat dihubungi oleh dokter keluarga Akidi Tio, Hardi Darmawan.
Perkenalan Eko dengan keluarga Akidi Tio dan anak sulungnya, Johan diakui sudah berlangsung semenjak dia masih bertugas di Aceh saat menjabat Kapolres Aceh Timur.
Namun Eko mengaku tidak mengenal sosok Heriyanti, anak bungsu dari keluarga Akidi Tio. Sementara terkait sumbangan, dia mengaku hanya dipercaya untuk menyalurkan.
" Saat itu saya sebagai Kapolda hanya dipercayakan untuk menyalurkan bantuan ini. Uangnya diminta dikawal transparansinya," kata dia.
Meski tak mengenal secara personal, Eko mengakui langsung percaya dengan rencana sumbangan tersebut. Dia juga tidak mencari tahu lebih mendalam soal asal usul dana tersebut.
Fakta baru terkuak setelah digelar penyelidikan. Dari sana, didapat temuan ternyata sumbangan diduga fiktif lantaran tak kunjung cair.
" Kegaduhan yang terjadi dapat dikatakan sebagai kelemahan saya sebagai individu. Saya sebagai manusia biasa memohon maaf, ini terjadi akibat ketidakhati-hatian saya," kata dia.
Selanjutnya, Eko juga mengakui banyak hujatan yang dia terima akibat kasus ini. Meski demikian, dia menyatakan memaafkan pihak yang telah menghujatnya.
" Saya memaafkan mereka yang menghujat saya dan berterima kasih bagi yang berempati kepada saya," kata dia.
Tak hanya itu, dia juga memaafkan keluarga besar Akidi Tio. Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi dia untuk ke depan.
" Ada atau tidaknya uang itu, saya sudah memaafkan keluarga mendiang Akidi Tio. Saya sudah memaafkan semuanya dan terima kasih," kata dia, dikutip dari Merdeka.com.