Dream - Warga Cimindi, Cimahi, digegerkan oleh penampakan jasad seorang pria yang gantung diri di jembatan Flyover Cimindi. Penemuan jasad pada Jumat, 26 Juni 2024 sekitar pukul 05.30 WIB itu mengakibatkan kemacetan panjang dari arah Cimahi menuju Kota Bandung.
Saat evakuasi, mata korban terlihat tertutup rapat sementara mulutnya ditutupi dengan lakban warna hitam.
Jasad pria malang itu tergantung pada seutas tali dengan pakaian lengkap. Korban mengenakan sepatu, sweater, dan celana hitam.
Di tempat kejadian perkara juga ditemukan sebuah pesan yang ditulis di potongan karton yang isinya, “Tolong anterin saya ke RS Imanuel, Orang Tua saya bekerja di sana”.
Berdasarkan pemeriksaan awal, polisi tidak menemukan adanya luka bekas penganiayaan pada jasad korban.
Butuh waktu sekitar 30 menit untuk mengevakuasi korban sebelum dilarikan ke Rumah Sakit Sartika Asih Bandung untuk kebutuhan proses autopsi.
Saksi mata bernama Ari Sunandar, yang kebetulan Ketua RT 06 RW 15 mengatakan ia melihat langsung seorang pria yang tergantung tali sekitar pukul 06.00 pagi.
Saat itu dia keluar dari gang rumahnya dan langsung melihat pria yang tergantung di jembatan flyover tersebut.
" Awalnya aku penasaran, waktu dilihat ternyata orangnya gantung diri. Tapi kata temen aku itu udah dari subuh kejadiannya," ungkap Aris pada wartawan.
Di lokasi yang sama, saksi bernama Nandang menerangkan, ia melihat korban berjalan mondar-mandir di atas jembatan sejak malam hari, sekitar pukul 21.00 WIB.
Sementara itu di postingan Instagram @nenktainment, terungkap siapa sosok pemuda yang gantung diri di jembatan Flyover Cimindi tersebut.
Ternyata korban diduga seorang guru di SMK Sangkuring 1 Cimahi. Korban bernama Dimas Yonathan Tarigan, S. Pd.
Sebelum meninggal gantung diri, Dimas sempat membuat curhatan yang bikin nyesek semasa masih hidupnya.
Dimas mengaku sebagai sosok orang yang mempunyai sifat tidak bisa kesepian dalam waktu lama.
Saat kuliah dia mencoba berbagai hal yang baru. Mulai dari ikut demonstrasi, numpang di kontrakan orang, hingga aktif di kegiatan kemahasiswaan.
Aktivitasnya itu membuat Dimas merasa terikat dengan teman-temannya. Apalagi teman-temannya itu menerima dirinya apa adanya.
" Itu membuat aku sangat terikat dengan mereka. Membuat aku gak bisa sendiri, gak bisa kesepian. Sifat yang membuat aku menjadi keadaan seperti sekarang ini," ungkapnya.
Dimas menyadari sifatnya yang tidak bisa kesepian ini bukan salah lingkungan, tapi salah dirinya yang hipokrit.
Sifatnya itu membuatnya selalu tergantung orang lain. Harus selalu ada teman mengobrol, teman bertemu, dan lain-lain.
Ironisnya, sekarang teman-temannya sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Sehingga Dimas merasa kesepian dan tak bisa menahan emosinya.
" Tidak ada teman untuk berbagi karena udah jarang nongkrong sama teman-teman. Bikin isi otak kepala jadi penuh sendiri. Penuh dengan hal-hal yang gak jelas.
" Udah bukan saatnya lagi sosokan mikirin filsafat, politik, kemanusiaan, dll. Pikirin diri sendiri. Itu kan?
" Memang aku yang salah. Dan inilah pikiran-pikiran salahku," pungkas Dimas dalam curhatan panjang lebar itu.
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas