Pertemuan Pejabat UEA Dengan Israel (Times Of Israel)
Dream - Uni Emirat Arab mendapat kecaman akibat mengadakan normalisasi hubungan dengan Israel. Sejumlah negara menilai keputusan tersebut mengkhianati perjuangan rakyat Palestina untuk menjadi negara merdeka.
Namun, UEA berusaha meyakinkan rakyat Palestina bahwa kesepakatan damai dengan Israel tidak akan mengorbankan Ramallah (Ibu Kota Palestina wilayah Tepi Barat). Abu Dhabi juga tetap pada komitmennya mendukung terwujudnya Negara Palestina dengan ibu kota Yerusalem.
Berbicara dengan sekelompok warga Palestina yang tinggal di UEA, Menteri Luar Negeri Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan menyatakan pertemuan dengan delegasi Israel tidak akan mengorbankan dukungan terhadap UEA terhadap perjuangan Rakyat Palestina.
" Sikap UEA tetap bersama negara-negara Arab menyerukan berdirinya Negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya," ujar Sheikh Abdullah.
" Kami akan terus mendukung perjuangan Palestina berdasarkan pendirian bersejarah kami berasal dari keyakinan yang berakar dalam dan tak tergoyahkan serta tidak akan pernah berubah sebagai hasil dari pertimbangan apa pun," kata dia.
Sheikh Abdullah menjelaskan perjanjian damai yang terjalin antara UEA dengan Israel merupakan kebutuhan strategis untuk kawasan Timur Tengah.
" Kebutuhan strategis ini tidak akan mengorbankan dukungan kami untuk perjuangan Palestina dan hak-hak persaudaraan rakyat Palestina," ucap dia.
Pernyataan ini muncul setelah otoritas Palestina mengecam keras penerbangan pertama Tel Aviv menuju Abu Dhabi pekan lalu. Penerbangan tersebut membawa sejumlah pejabat Amerika Serikat dan Israel untuk bertemu dengan pejabat UEA dan melakukan pembicaraan.
Sumber: Times of Israel
Dream - Mufti Agung Yerusalem, Syeikh Muhammad Hussein, mundur dari keanggotaan di Forum Perdamaian Muslim (FPPMS) yang bermarkas di Uni Emirat Arab. Pemicunya, organisasi tersebut mengeluarkan pernyataan dukungan atas perjanjian damai antara UEA dengan Israel.
" Normalisasi ini adalah tusukan dari belakang bagi rakyat Palestina dan umat Islam, dan pengkhiatan terhadap situs suci umat Islam dan Kristen di Yerusalem," ujar Syeikh Hussein.
Sebelumnya, FPPMS mengeluarkan sikap dukungan terhadap perjanjian damai tersebut. Mereka mengklaim perjanjian tersebut menghentikan Israel mencaplok tanah Palestina dan mempromosikan perdamaian serta dialog ke seluruh dunia.
Sontak, pernyataan tersebut menuai banyak kecaman. Setelah mendapat banyak kritikan, FPPMS akhirnya menarik pernyataan itu dari laman resminya.
Ketika pejabat UEA menyatakan perjanjian yang terjadi sukses menghentikan langkah Israel mencaplok Tepi Barat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan sebaliknya. Netanyahu secara tegas menyatakan akan melanjutkan langkah Israel menduduki wilayah Palestina.
Syeikh Hussein langsung bereaksi begitu perjanjian damai UEA-Israel diumumkan. Dia mengeluarkan fatwa larangan bagi umat Islam untuk ziarah dan sholat ke Masjidil Aqsa jika terbang dengan pesawat dari kawasan UEA.
" Dilarang bagi umat Islam datang dengan pesawat dari UEA atau bukan dari UEA ke Bandara Lod (di Israel) yang kini bernama Bandara Ben Gurion untuk ziarah dan ibadah di Masjidil Aqsa," ucap Syeikh Hussein.
Syeikh Hussein menjadi orang kedua yang mundur dari FPPMS karena menentang perjanjian damai UEA-Israel. Tokoh sebelumnya yaitu aktivis Muslim Amerika, Aisha Al Adawiya.
Adawiya menegaskan topik normalisasi tidak pernah dibahas pada rapat-rapat terakhir organisasi. " Tidak ada kesepakatan apapun soal dukungan untuk normalisasi UEA dan Israel," kata dia tegas.
Sumber: Middle East Monitor
Advertisement
Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat

Komunitas Rubasabu Bangun Budaya Membaca Sejak Dini

Kasus Influenza A di Indonesia Meningkat, Gejalanya Mirip Covid-19

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet
