Ahmad Sahroni Di Depan Rumahnya Di Tanjung Priok (Merdeka)
Dream – Jalan itu tidak terlalu lebar. Dari ukuran lebarnya, jalan itu hanya bisa dilewati satu mobil berukuran besar. Kalau ada dua mobil yang datang dari arah berlawanan, maka salah satu mobil harus menepi. Atau mundur untuk mengalah.
Jalan itu diapit perumahan padat. Tidak merata. Ada yang mewah, tapi lebih banyak yang sederhana. Perkampungan padat penduduk itu menjadi ciri khas wilayah itu: Kebun Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Di salah satu pinggir jalan itu, sebuah rumah bergaya modern berdiri. Pagarnya pagar besi dorong berwarna hitam. Tapi saat pintu masuk rumah dibuka, barulah aroma kemewahan itu menyeruak.
Sebuah kolam renang yang cukup luas di dalam rumah terdapat di sisi kiri pintu masuk. Rumah berukuran 400 meter itu terdiri dari empat lantai. Selain tangga, rumah itu juga memiliki lift yang biasa digunakan penghuni rumah.
Itulah rumah Ahmad Sahroni, Crazy Rich Tanjung Priok. Suasana itu diperlihatkan Raffi Ahmad dalam Youtube Rans Entertainment. Hingga kemarin, tayangan yang pertama kali muncul dua tahun lalu di Youtube itu sudah ditonton lebih dari 9,7 juta kali.
Ahmad Sahroni mungkin adalah salah satu kisah sukses mereka yang melata dari bawah. Baru berusia 44 tahun, dia pernah menjabat sebagai Presiden Ferari Owners Club Indonesia (FOCI) di tahun 2011–2016. Sekarang dia menjabat sebagai Presiden Mclaren Club Indonesia (MCI). Ia juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) yang baru-baru ini dipercaya sebagai Ketua Pelaksana Penyelenggara Formula E di Jakarta untuk tahun 2022.
Ia memang senang otomotif. Ia memiliki 20 mobil mewah sportcar dan belasan motor besar. Mobil-mobil itu tersebar di empat garasi di kawasan rumahnya. Untuk melihatnya, harus menaiki mobil golf, karena jaraknya cukup jauh.
Kepada Gus Miftah, Ahmad Sahroni mengaku memiliki satu koleksi mobil Ferari langka. Mobil Ferari itu seri terbatas. Hanya dibuat 500 buah di seluruh dunia. Dan di Indonesia mobil itu hanya dimiliki tiga orang, salah satunya yang Sahroni miliki. Dulu dia membelinya seharga Rp 3 miliar. “ Tapi sekarang harganya sudah Rp 10 miliar,” kata Sahroni.
Berapa harta kekayaannya? Menurut Liputan6, berdasarkan penelusuran di situs pelaporan kekayaan KPK, total kekayaan Ahmad Sahroni tecatat sebesar Rp 227 miliar. Jumlah tersebut tercatat dalam data Laporan Hasil Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang terakhir kali dilaporkannya pada 31 Desember 2020 lalu.
Ini tentu saja bukan prestasi main-main. Apalagi Sharoni mengawali profesinya dari ojek payung dan tukang semir sepatu. Dan pada tahun 2000 dia masih bekerja sebagai sopir. Bagaimana dia bisa melesat menjadi Crazy Rich Tanjung Priok?
***
Masa kecil Ahmad Sahroni tidak terlalu mudah. Roni, panggilan akrab Sharoni, lahir di Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara pada 8 Agustus 1977.
Pada usia satu tahun ayahnya pergi meninggalkan rumah. Meninggalkan dia sendiri bersama ibu kandungnya, Hernawaty.
Sehari-hari ibunya berjualan Nasi Padang di Pelabuhan Tanjung Priok. Ibunya berasal dari Naras, Padang Pariaman, Sumatera Barat. “ Jadi saya tumbuh dan besar di pelabuhan,” kata Roni ke Gus Miftah.
Tak jarang saat mengantuk Roni tidur terlelap di bawah meja dagangan ibunya. Karena kondisi ekonomi yang pas-pasan, Roni mulai mencari rejeki sendiri. Semua pekerjaan dia lakoni. Dari tukang semir sepatu sampai ojek payung.
Uang yang dia hasilkan, sebagian dia berikan ke ibunya. Dan sebagian dia pakai untuk uang jajan.
Ibunya, Hernawaty, kemudian menikah lagi. Sehinga Roni memiliki adik dari lain ayah bernama Heri Susanto.
Roni menempuh pendidikan dasar dan menengahnya di Tanjung Priok. Ia sekolah di SDN Kebon Bawang (1985–1991) dan SMP Yappenda. (1991– 1994)
Roni kemudian masuk SMAN 114 Cilincing. Dan ketika duduk di kelas dua Roni terpilih menjadi Ketua OSIS. Selepas SMA tahun 1998, pendidikannya tidak diteruskan ke bangku kuliah karena kondisi ekonomi keluarga.
Lepas sekolah menengah atas, Roni bekerja sebagai sopir seorang bos di sebuah perusahaan pemasok bahan bakar minyak (BBM). Ia bekerja di sana karena direkomendasikan oleh pamannya yang kebetulan merupakan kawan kuliah salah satu bos di sana.
Tapi dia bekerja hanya selama setahun. Soalnya pamannya belakang ribut dengan bos di sana. Ia tidak enak. Lalu mengundurkan diri. Oleh pamannya, dia diberikan biaya untuk mendaftar bekerja di sebuah kapal pesiar.
Ia kemudian bekerja di sebuah kapal pesiar di Miami, Florida, Amerika Serikat. Nama kapal pesiar itu Celebrity Cruise Line. Ia mendapat gaji U$ 1.500. Tapi setelah dipotong sana-sini termasuk potongan agen di Indonesia, dia hanya menerima upah U$ 800 atau Rp 11,4 juta dalam mata uang rupiah sekarang.
Di sini dia bertugas mencuci kuali. Kualinya ada delapan buah. Tapi ukurannya besar. Tinggi kuali itu 0,5 meter sementara panjangnya 1,5 meter.
Ia harus mencuci kuali itu sebanyak dua kali dalam sehari. Mencucinya juga harus pakai cairan kimia khusus dan menggunakan sarung tangan. Pernah pada masa awal dia tak pakai sarung tangan. Tangannya jadi melepuh dan kemerahan.
Tapi bekerja sebagai tukang cuci kuali di kapal pesiar dia tidak betah. “ Karena tidur sehari paling lama maksimal 2,5 jam,” kata Roni ke Gus Miftah. Akhirnya setelah sembilan bulan bekerja, dia menghubungi saudaranya di Amerika. Dia lalu diarahkan untuk pergi ke rumah saudaranya.
Setelah sampai rumah saudaranya, dia menjadi tukang cuci piring di sebuah rumah makan di kawasan Chinatown, Atalanta, Amerika Serikat (AS). Di sana pun dia tak betah. Dia hanya bertahan sekitar tiga bulan.
Pada tahun 2000, Roni memutuskan kembali ke Indonesia.
***
Setelah sampai di Indonesia, dia kembali bekerja di bos lamanya. Ia menjadi sopir seorang bos perusahaan minyak.
Bos Roni bekerja terkenal suka dunia gemerlap atau dugem. Ia bisa menghabiskan waktu di klub malam pada hari-hari kerja. Alkohol dan narkoba kesukaannya.
Karena suka dugem, akhirnya sang bos menyuruh Roni untuk melakukan tugasnya..
Kesempatan ini tidak disia-siakan Roni. Dia pun mengerjakan tugas bos sesuai arahan bosnya. Di situ lah dia belajar banyak.
Kala Roni bekerja sebagai sopir, ia pernah mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari atasannya. Ia pernah diusir dari ruangan karena dianggap tak pantas duduk di ruangan tersebut.
" Di ruangan kantor, di dalam ada ruangan manajer, ada satu bos, untungnya sudah meninggal, jadi di situlah saya di usir. Bos nomor dua dulu. Kamu tidak pantas di sini, kamu pantasnya duduk di luar, tolong kamu keluar saat ini juga," kata Roni menirukan orang yang dulu mengusirnya seperti dikutip Merdeka.
" Di saat itu, kita menjadi sopir, merasa terlalu terhina. Tapi, saya langsung mengatakan bahwa Ya Allah, suatu ketika bila saya menjadi orang hebat, bila mana bertemu akan ini orang, saya akan menyapa dengan baik dan menyapa dengan serendahnya bahwa kamu lah yang pernah mengusir saya di ruangan kantor," sambungnya.
Setelah bertahun-tahun menjadi sopir yang sekaligus mengerjakan kerjaan bos, akhirnya Sahroni pun mulai mendapat kepercayaaan.
Jabatannya terus naik. Dari staf operasional di PT Millenium Inti Samudera (2001) dan Kepala Operasional di PT Millenium Inti Samudera (2002-2003). Bahkan di tahun 2003, dia dipercaya menjadi direktur di perusahaan yang sama walau namanya sudah diganti. Ia menjadi Direktur Utama di PT Sagakos Intec (2003-2005).
Dari situlah keberuntungan Roni berubah. Bayangkan, hanya dalam tempo tiga tahun (2000-2003), dia berhasil menapak dari sopir menjadi direktur utama.
Ahmad Sahroni kini lebih dikenal sebagai salah satu pengusaha sukses di Indonesia. Ia memiliki dua perusahaan besar yang didirikannya sejak tahun 2004.
Ia kemudian menyelesaikan S-1 Ekonomi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pelita Bangsa pada 2009 dan S-2 Komunikasi di Stikom InterStudi pada 2020.
Dari tahun 2005-2013, perusahaannya dipilih menjadi pemenang tender pelaksana pengadaan BBM dari 14 perusahaan pengikut tender, Hasilnya dia makin tajir.
“ BBM Indonesia dulu termurah di dunia. Di Indonesia dijual Rp 500 di luar harga termurah Rp 1.300. Kita jual Rp 3.000. Kan nggak salah?,” katanya ke Raffi Ahmad.
Di tahun 2013, ia memulai karier politiknya dengan bergabung ke Partai NasDem.
Pada pemilihan umum legislatif 2014, Ahmad Sahroni terpilih sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan DKI Jakarta III dengan perolehan 60.683 suara. Di DPR RI, ia awalnya bertugas di Komisi XI. Pada tahun 2016, ia dipindahkan ke Komisi III yang menangani masalah hukum dan HAM.
Pada tahun 2019, saat terpilih kembali menjadi anggota DPR, dia dipercaya ke Komisi III DPR RI. Sekarang dia menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI.
Yang menarik, menurut Dede Yusuf Chanel, Roni menjadi satu-satunya politisi yang terpilih dari daerah pemilihan Tanjung Priok. “ Tanjung Priok dikenal sebagai daerah bronx, keras. Maka disebut sebagai Dapil (daerah pemilihan) Neraka,” kata Dede Yusuf.
Saat ditanya Dede Yusuf apakah semua yang dia capai sekarang karena factor luck (keberuntungan) atau kerja keras, Roni menjawab: “ Soal luck dan kerja keras, menurut saya keduanya penting. Garis tangan adalah nasib yang tak bisa diubah siapa pun. Ada orang yang sudah bekerja keras, tapi nasibnya tidak berubah. Karena tidak ada faktor luck. Jadi menurut saya keduanya penting.”
Dari ojek payung dan tukang semir sepatu, sampai punya kekayaan Rp 200 miliar dan koleksi puluhan supercar. Tak heran jika Ahmad Syahroni disebut sebagai Crazy Rich Tanjung Priok yang sukses merangkak dari bawah. Yang unik, ia menolak pindah rumah ke Menteng. Dan tetap betah tinggal di jalan sempit di kawasan Kampung Bawang, Tanjung Priok. (eha)
Sumber: Liputan6, Merdeka, Youtube