Tokyo Awal Tahun 2021 (Shutterstock.com)
Dream - Gubernur di tiga prefektur dekat Tokyo mendesak Pemerintah Jepang mengumumkan keadaan darurat Covid-19. Desakan ini muncul akibat terjadinya lonjakan Covid-19 di ibu kota Jepang itu dalam beberapa hari terakhir.
Tiga prefektur tersebut yaitu Kanagawa, Chiba, Saitama. Mereka khawatir lonjakan kasus di Tokyo dapat merembet dengan cepat ke tiga prefektur tersebut.
" Saya pikir kita telah memasuki tren kenaikan tajam dalam kasus, yang paling saya takuti," ujar Gubernur Prefektur Kanagawa, Yuji Kuroiwa.
Tokyo berada di bawah keadaan darurat keempat, yang akan berlangsung hingga Olimpiade berakhir. Sementara tiga wilayah lainnya menerapkan langkah-langkah kedaruratan yang lebih longgar.
Otoritas kesehatan setempat mengumumkan Tokyo yang menjadi tuan rumah Olimpiade 2020 mencatatkan 3.177 kasus Covid-19 baru pada Rabu. Jumlah ini mencapai rekor harian tertinggi selama dua hari berturut-turut.
Pada Selasa, kasus baru di Tokyo tercatat sebanyak 2.848 kasus. Ini menambah kekhawatiran tentang Olimpiade, yang berlangsung di bawah kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya termasuk larangan penonton di sebagian besar tempat.
Penyelenggara Olimpiade Tokyo pada Rabu melaporkan 16 kasus Covid-19 baru yang terkait dengan pesta olahraga tersebut, dengan total 169 sejak 1 Juli. Atlet, staf, dan media Olimpiade harus mengikuti aturan ketat untuk mencegah perluasan penyebaran.
" Sebagai penduduk kota sendiri dan sebagai penyelenggara, hati saya sakit karena jumlah kasus meningkat," kata Juru Bicara Olimpiade Tokyo 2020, Masa Takaya.
Dia mengatakan langkah-langkah ketat diterapkan selama penyelenggaraan Olimpiade. Banyak orang Jepang khawatir tentang penyebaran infeksi dari peserta Olimpiade.
Perdana Menteri Jepan, Yoshihide Suga, meminta orang-orang mengurangi lebih banyak mobilitas dan mendesak mereka lebih banyak tinggal serta menonton Olimpiade di televisi. Dia menegaskan membatalkan Olimpiade bukanlah suatu pilihan.
Tetapi anggota parlemen senior oposisi Partai Demokrat Konstitusi Jepang, Jun Azumi, mengatakan pemerintah terlalu optimis dalam penilaian terhadap pandemi. Hal ini dinilai dapat memperburuk keadaan di kemudian hari.
" Kecuali jika merevisi pandangannya tentang situasi infeksi, setelah Olimpiade berakhir, akan ada krisis nasional yang serius yang mempengaruhi kehidupan masyarakat, dimulai dengan runtuhnya sistem medis," kata Azumi.
Jepang telah beberapa kali menghindar dari wabah dahsyat yang diderita oleh negara-negara lain. Tetapi gelombang kelima yang terjadi kali ini sangat membebani rumah sakit.
Tidak seperti langkah-langkah yang lebih ketat di banyak negara, tindakan darurat Tokyo yang utama adalah meminta restoran yang menyajikan alkohol tutup total. Sementara sektor komersial lainnya tutup sebelum jam 8 malam.
Banyak orang Jepang telah bosan dengan pembatasan yang sebagian besar bersifat sukarela, bukan diwajibkan. Beberapa ahli mengatakan keputusan pemerintah untuk melanjutkan Olimpiade mengirim pesan yang membingungkan tentang perlunya tinggal di rumah, menimbulkan risiko yang lebih besar daripada penyebaran langsung dari peserta Olimpiade, dikutip dari NBC News.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR