Dream - Jemari tangan desainer itu berdansa cekatan. Sorot matanya tak bergeming. Melipat kain di leher seorang model. Tarik sana dan sini, sampai dirasa sudah pas.
Si model berhidung mancung itu cuma diam memaku. Takut mengganggu. Dia Tak hirau antrean panjang di belakang. Teman sesama model yang tinggi semampai dan berpenampilan ayu.
Beberapa detik akhirnya si desainer puas. Tatanan berantakan sudah rapi. Giliran model berikutnya menghadap. Kali ini bukan jilbab. Blazer si model kurang pas. Sekali kibasan blazer itu mengembang. Puas. Dia pun melepas si model itu.
Tiba-tiba, asisten si desainer mendekat. Berbisik di telinganya. Wajah wanita itu sontak berubah. Dahinya mengerut dan jantungnya seerti mau melompat keluar. Astagfirullah, satu sepatu model tertinggal.
Seketika backstage gedung Moynihan Station, New York mendadak riuh. Semua kelimpungan. Keringat dingin desainer itu mulai menetes. Bergumul bersama wajahnya yang semakin pucat. Orang-orang di dekatnya ikut kelabakan.
Detak antung wanita itu makin bergerak cepat. Tinggal beberapa menit lagi para model harus berlenggok di catwalk. Tepat jam 3 sore waktu New York, para model sudah haru sberparade.
Tapi satu sepatu itu tetap hilang. Tak ada yang tahu dimana letaknya.
" Alhamdulillah bisa di atasi. Saya ngerasa deg-degan banget," kenang desainer.
Masalah selesai. Tepat di sore, Senin, 12 September 2016 itu, satu per satu model berwajah bule mulai melenggang di atas catwalk. Berkaki jenjang, model cantik itu bergaya anggun di bawah sorot lampu dan kilatan blitz kamera. Busana hijab membalut seluruh tubuh. Mereka anggun dan berkelas.
Semua menikmati peragaan itu. Tapi desainer itu tetap saja gelisah. Berulang kali melirik jam di tangan. Detak jantungnya berdegup kencang saat model terakhir melintas. Dia tahu waktunya sudah tiba. Berjalan sendirian di panggung runway.
Puluhan sorot lampu kamera mulai menyorot tirai di tengah panggung. Beberapa langkah berjalan, tepuk tangan penonton bergema. Hampir semua berdiri. Memberi standing ovation. Peristiwa langka. Siapa tak merinding melihatnya.
Wajah yang sedari tadi tegang berubah tersenyum. Tangannya melambai sebelum melipat tangan di depan dada sembari sedikit membungkuk. Berterimakasih kepada mereka yang telah melihat karya-karyanya.
Pengalaman itu akan jadi momen paling tak terlupakan bagi sang desainer. Ini kali pertama dia tampil di New York Fashion Show. Siapa tak tahu ajang adibusana tersohor itu.
Bukan cuma itu. Dia desainer pertama yang tampil mengusung busana hijab di ajang fashion show itu.
Dialah Anniesa Hasibuan. Untuk pertama kalinya, desainer Hijab Indonesia yang tampil di pentas fashion maha akbar itu mengalahkan sederet desainer kelas dunia lain.
" Ini benar-benar mimpi yang jadi kenyataan. Selama ini fashion show tidak pernah berekspektasi tinggi, hanya ingin menampilkan yang terbaik," cerita Anniesa kepada jurnalis Dream, Wulan Ratih Piandu.
*****
Kabar desainer hijaber mengguncang runway New York Fashion Week bergaung ke segala penjuru. Membetot perhatian media lifestyle dunia. Tak ada laporan negatif. Canya pujian untuk Anniesa. Seorang desainer hijaber, dari negara muslim, berhasil menalukkan runway New York.
Jauh di seberang benua, masyarakat tanah air ikut bergembira. Padahal langit pun masih gelap, perbedaan waktu 12 jam tak menghalangi kabar bahagia tersiar.
" Ternyata responnya sangat luar biasa dan benar-benar buat aku merinding," ungkap Anniesa terharu.
Anniesa boleh jadi memang menjadi satu-satunya desainer pembeda kali ini. Masyarakat New York dibuat penasaran pada desain modest wear yang ditampilkannya. Cukup menyedot perhatian khalayak karena kerudung yang menutup kepala para model.
Di NYFW, Anniesa mengusung 48 article bertema D'Jakarta. Kesibukan wanita-wanita karier di ibukota menjadi daya tarik tersendiri baginya. Itu semua ditungkan dalam detail-detail unik busana ready to wear.
" Contoh orang yang di Jakarta datang dari mana-mana, ada orang daerah juga. Jadi Jakarta itu kota hectic juga urban juga tapi wanitanya energic," jelasnya.
Cutting busana hijab Anniesa dibuat simple dan elegan. Cocok untuk dikenakan sehari-hari. Kali ini, Anniesa mempersembahkan 37 looks dalam potongan tunik, celana, semi jas, cape dan masih banyak busana lainnya bernuansa penuh warna.
Publik Paman Sam makin takjub saat 10 rancangan terakhir ditampilkan. Bergaya evening gown, Anniesa memperkenalkan rancangan semi adi busana (couture) dengan garis desain sedikit rumit bertabur aksen bebatuan dan payet-payet di beberapa bagian.
" Kalau mau dilihat mata dunia nggak ada salahnya kan kita tampilkan sesuatu yang bikin mata tertuju pada desain kita, karena yang polos dan terbuka-terbuka sudah terlalu biasa buat mereka," terang perempuan pecinta travelling itu.
Jalan Annies menuju panggung New York bukan pekerjaan sehari. Karier desainer wanita berusia 30 tahun ini harus diraih dengan beragam rintangan
Dua tahun terjun di dunia mode, cibiran yang membuat telinga memerah pernah di dengarnya. Disebut desainer karbitan, abal-abal dan aji mumpung. Tapi itu semua tak berhasil meruntuhkan semangat Anniesa.
Tekad kuat dan kerja keras Anniesa itu yang membawanya sukses menembus panggung NYFW 2017. Nekat, itulah modal istri dari Andika Surachman ini melenggang ke ajang fashio show tersebut.
Bermodal imajinasi dan sedikit kenekatan, Anniesa memberanikan diri mendaftar dan mengikuti seleksi NYFW 2017. Konsep dan sketsa rancangan pun dibuatnya. Hingga Juli 2016, kabar bahagia itu datang. Annies lolos kurasi dan namanya terpampang di website resmi New York Fashion Week 2017.
" Aku nggak mau gembar-gembor sampai ready siap berangkat. Nama kita sejajar dengan desainer-desainer yang selama ini cuma bisa kita lihat di stage. Ada rasa minder tapi ya sudah ini sudah proses dan sudah ada kesempatan nggak mungkin aku lewatkan," katanya.
Ajang fashion di New York memang bukan pertama kali diikuti Annies. Sebelum berhasil menembus New York Fashion Week The Show, Anniesa telah tiga kali menjajal peruntungan di panggung Couture New York Fashion Week. Hasilnya, penghargaan sebagai The Best Fashion Designer saat memamerkan rancangan bertema Pearl Asia pada Februari silam.
Kesuksesan besar yang diraihnya, tak membuat Anniesa lupa diri. Ada sosok model yang menginspirasinya. Namanya Laura Muljadi. Dia berjasa besar di awal karier Annies hingga bisa melantai di panggung NYFW.
" Dia yang mengerti cara memakai bajuku jadi lebih menjiwai. Lebih kelihatan auranya ketika model itu cara membawakan bajunya. Jadi seperti baju itu bernyawa," terangnya lebih jauh.
Jauh ke belakang, Anniesa bukan wanita dengan background apapun di dunia mode. Masuk dunia kuliah, Anniesa justru seorang mahasiwa jurusan akuntansi. Namun hanya bertahan tiga semester. Anniesa lebih banyak fokus di dunia usaha. Pendidikan di Universitas Indonesia pun ditinggalkannya.
Namun darah seorang penjahit sang nenek turun kepadanya. Bakat itu bercampur dengan hobi menggores sketsa dan merancang baju yang biasa dilakoninya. Tapi itu terbatas. Hanya merancang busana untuk suami dan keluarga.
Sejak tahun 2012, Anniesa pun menghabiskan waktu mendampingi sang suami tinggal di Arab Saudi. Budaya dan kebiasaan masyarakat Timur Tengah yang begitu berbeda. Tapi itu jadi inspirasinya. Tengok saja garis rancang berupa kaftan dan busana-busana longgar yang terlihat lebih bold dan glamor
Jeja Anniesa di dunia fashion baru dimulai Januari 2015. Di London, Anniesa memberanikan diri untuk terjun di Festival Kaftan yang diikuti 15 negara Timur Tengah.
" Pertama ikut di London karena aku dapat full support di luar negeri jadi bisa dibilang brand lahir di London," bebernya.
Dunia fashion hijab baru menyapanya sekitar tahun 2014. Ini berbarengan dengan keputusannya berhijab. Anniesa baru mengaku sulit menemukan busana yang sesuai seleranya.
Kebiasaannya travelling keliling dunia juga membantunya menemukan ide-ide baru untuk desain busana. Saat mengunjungi Iceland misalnya. Aurora yang indah, segera ia tuangkan dalam pola-pola bertema Cleorora.
" Aurora itu fenomena alam yang cantik dalam kegelapan malam memancarkan warna bagus dari situ aku keluarkan untuk koleksi Istanbul dengan tema Cleorora. Cleo yaitu batu dan Rora dari aurora kaya warna-warna hijau batu. Warna-warna batu warna gelap dan ditambah seorang ratu itu kan identik dengan gold," kata Anniesa.
Sukses besar di ajang NYFW 2017 seolah jadi lembaran baru bagi Anniesa. Respon positif dari tamu undangan NYFW menjadi bekal bagi label Anniesa Hasibuan Ready to Wear untuk fokus mengembangkan bisnis fashion retail.
Selain nama, Anniesa juga mendapat untung ganda dari ajang itu. Beberapa calon pembeli dari Malaysia, Istanbul, London dan New York telah memesan baju-baju koleksi NYFW 2017-nya. Anniesa bahkan sempat tak percaya saat beberapa outlet di New York memaksanya untuk segera menjual gaun rancangannya.
" Mereka mah ngebet banget minta 2-10 pieces duluan deh, tapi nggak bisa karena ini kan NYFW 2017 spring summer jadi baru kita pasarkan Januari 2017. Kalau yang mau pre-order kita tampung dan kerjakan produksinya sekarang," imbuh Anniesa.
Dalam waktu dekat, Anniesa juga ingin merambah dunia e-commerce produk muslim terbesar di dunia yaitu Modenesa.com.
Sambutan hangat juga datang dari Tanah Air. 10 gerai di Jakarta bersedia memasarkan produknya.
Anniesa pun kini fokus menggarap busana. Pemilihan material jadi perhatian. Beberapa kain ia dapatkan secara impor, namun sebagian besar bahan baku masih didominasi pemakaian produk lokal.
" Nggak mungkin bahannya belang blentong jadi harus dipikirkan sekali," katanya melanjutkan.
Sesuai dengan tema Spring Summer, maka Anniesa lebih banyak bermain pada kain-kain yang tipis dan tidak terlalu berat saat dikenakan. Seperti shifon, katun silk dan jackuard yang tipis.
Dari berbagai cibiran kini Anniesa bisa bernapas lega. Panggung New York Fashion Week seolah menjadi pembuktiannya. Namanya harum dan dunia fashion hijab seolah direngkuhnya.
Selamat Anniesa Hasibuan!
(Reporter: Ratih Wulan)
Advertisement
Detail Spesifikasi iPhone 17 Air, Seri Paling Tipis yang Pernah Ada
4 Komunitas Seru di Bogor, Capoera hingga Anak Jalanan Berprestasi
Resmi Meluncur, Tengok Spesifikasi dan Daftar Harga iPhone 17
Keren! Geng Pandawara Punya Perahu Ratusan Juta Pengangkut Sampah
Pakai AI Agar Tak Khawatir Lagi Salah Pilih Warna Foundation