Ilustrasi (Foto: Shutterstock.com)
Dream - Kucing memang hewan peliharaan menggemaskan. Namun bukan berarti tak ada potensi berbahaya di dalamnya. Apalagi jika kucing itu tak terawat dan rutin dicek kesehatannya ke dokter hewan.
Pengalaman seorang dokter hewan di Inggris ini bisa jadi pelajaran buat Sahabat Dream yang memiliki hewan peliharaan berupa kucing.
Mengutip laman Newsweek, Kamis, 20 Juni 2019, seorang dokter hewan di Somerset, Inggris, Victoria Altoft, 41 tahun, tak mampu bergerak. Tubuhnya menderita kelelahan ekstrem dan pandangannya nyaris hilang hampir satu dekade lamanya.
Kondisi yang dialami Altoft ini ternyata dipicu dari cakaran seekor kucing ketika bekerja saat musim gugur 2010 lalu.
Sepekan setelah dicakar kucing, Altoft merasakan nyeri di persendian tubuhnya berkeringat di malam hari.
Dia sempat berpikir sedang terserang flu. Altoft lalu mengambil cuti dua pekan lamanya untuk beristirahat.
" Saya tidak bisa bangun dari tempat tidur," ujar Altoft, seperti dikutip dari Newsweek.
Seiring berjalannya waktu, persendiannya membengkak. Dokternya mendiagnosis kondisi itu merupakan peradangan pasca-virus.
Tetapi, kekhawatiran Altoft meningkat ketika pandangannya mulai kabur. Dia pergi ke pusat darurat mata, dan petugas medis menduga kondisi yang dialami wanita itu disebabkan tumor otak atau kondisi multipel sklerosis yang mempengaruhi sistem syaraf pusat.
Hasil tes laboratorium menunjukkan dokter hewan itu ternyata terinfeksi bakteri langka Bartonella. Bakteri ini dibawa kutu yang sudah terinfeksi yang hidup pada tubuh kucing atau anjing.
Bakteri ini dapat menimbulkan penyakit serius akibat cakaran kucing. Seperti penyakit Carrion (hanya ditemukan di Pegunungan Andes) dan demam parit (paling sering melanda orang yang tinggal di kawasan kumuh).
Bagi banyak orang, cakaran kucing tidak memerlukan perawatan serius dan akan sembuh dengan sendirinya dalam dua hingga empat bulan. Tetapi, untuk kasus serius memerlukan penanganan menggunakan antibiotik.
Gejala baru muncul beberapa pekan setelah bakteri menyerang tubuh. Setelah tiga hingga 10 hari di awal, muncul bintik merah pada kulit yang tidak disertai rasa sakit.
Seiring waktu, bintik itu bisa mengembang berisi cairan dan timbul kerak sebelum sembuh. Sementara kelenjar getah bening di sekitar titik terinfeksi bisa membengkak, memerah, dan terasa panas saat disentuh.
Gejala lain yang timbul yaitu rasa sakit sekujur tubuh, pusing, kelelahan dan demam. Dalam kasus tertentu, bisa menyebabkan sakit tenggorokan dan penurunan berat badan.
Butuh setahun bagi Altoft untuk penglihatannya kembali normal. Namun begitu, dia mengaku masih mengalami kelelahan hingga saat ini.
" Sampai hari ini, sulit diketahui secara pasti apa dampak jangka panjang dari tertularnya Bartonella, karena hasil riset sangat sedikit, tapi saya tahu kondisi saya sekarang berbeda dengan saya yang dulu," kata dia.
Lebih lanjut, Altoft berpesan kepada pemilik kucing untuk lebih rajin merawat hewan peliharaannya. Tidak cukup hanya dengan vaksin.
" Sebagai dokter hewan, saya sering melihat memvaksin kucingnya secara rutin namun sangat kurang untuk perawatan kukunya," kata dia.
Justru pada kuku kucing tersimpan bahaya yang besar. Jika tercakar, bisa jadi terkena infeksi Bartonella.(Sah, Sumber: Newsweek.com)
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas