Ilustrasi Mudik
Dream - Mudik hingga saat ini masih dilarang. Tidak boleh ada pergerakan orang dari Jakarta menuju daerah menggunakan kendaraan dengan niat untuk mudik.
Larangan tersebut nyatanya tidak membuat Maulana Arif Budi Satrio alias Rio menyerah. Dia nekat mudik demi bisa berkumpul bersama keluarganya.
Meski dilarang naik kendaraan umum, warga asli Sudiroprajan, Jebres, Solo ini tidak kehilangan akal. Dia pun nekat berjalan kaki dari Jakarta menuju Solo.
Dikutip dari Liputan6.com, awalnya Rio mudik menggunakan kendaraan. Di tengah perjalanannya dia diharuskan putar balik oleh petugas check point.
Tak hilang akal, Rio memutuskan untuk berjalan kaki dari Jakarta menuju kampung halaman.
" Saya memesan bus, sudah bayar Rp500 ribu tapi yang datang malah mobil minibus. Saya enggak mau, akhirnya tidak jadi berangkat. Kemudian meminjam mobil teman, nah pas sampai di Cikarang, saya diminta balik ke kota asal," kata Rio.
Berbekal tas punggung dan selempang, dia memutuskan nekat berjalan kaki dari Jakarta menuju kampung halamannya di Solo. Perjalanan dimulai pada Senin, 11 Mei 2020.
Dia mengaku hanya mengenakan sandal jepit. Sementara sepatunya dibungkus tas keresek.
Pria yang berprofesi sebagai sopir bus itu hanya mengenakan celana pendek, kaos dan penutup wajah saat memulai perjalanan. Dalam sehari, Rio berjalan kaki selama 12-14 jam atau sekitar 100 kilometer.
Langkahnya dimulai selepas Subuh hingga menjelang dini hari.
" Saking lamanya berjalan di bawah terik matahari, kulit saya sampai terbakar. Selama perjalanan, saya istirahat di SPBU dan warung-warung tempat pemberhentian truk," katanya.
Setelah empat hari berjalan, tepatnya pada Kamis 14 Mei 2020, Rio tiba di Kecamatan Gringsing, Batang. Di sana dia dicegat rekannya sesama sopir yang tergabung dalam wadah Pengemudi Pariwisata Indonesia (Peparindo).
Komunitas itu akhirnya mengantarkan Rio ke Semarang. Di sana, Rio diantar ke Sekretariat Peparindo Jawa Tengah.
Sebagai informasi, jarak Jakarta-Batang bila lewat jalan tol saja mencapai 365 kilometer. Sementara Rio jalan kaki lewat rute Pantura yang lebih jauh, sekitar 400 kilometer.
Sejak saat itu, Rio tak dibolehkan lagi oleh temannya melanjutkan perjalanan pulang kampung dengan jalan kaki. Peparindo mengantarkan Rio sampai tiba di kota kelahirannya.
Rio sampai di Kota Bengawan pada Jumat 15 Mei 2020. Pria 38 tahun itu pun tidak langsung pulang ke rumahnya.
Dia diharuskan menjalani karantina selama 14 hari di Grha Wisata Niaga Solo sesuai protokol kesehatan yang ditetapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.
" Awalnya sempat takut juga karena embel-embel karantina. Tapi ternyata malah di sini nyaman dan penuh kekeluargaan. Kami di sini benar-benar dihargai, makan enak, dan ada hiburan," ungkap Rio.
Warga Solo itu mengisahkan alasannya pulang kampung. Dia kehilangan mata pencaharian lantaran perusahaan travel tempatnya bekerja melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Pandemi Covid-19 menghantam perusahaan tempatnya bekerja sejak Maret. Pegawai dan kru bisnis persewaan bus pariwisata itu pun dirumahkan. Saat di-PHK, dia belum mendapatkan gaji, apalagi tunjangan hari raya (THR).
" Saya pulang karena uang di genggaman tinggal Rp300 ribuan. Kontrakan sudah saya serahkan kepada teman saya yang diusir. Dia lebih kasihan karena punya anak kecil. Saya minta dia tinggal di sana sampai kontrakan saya selesai akhir Juni," ucapnya.
Sumber: Liputan6.com
Kandungan Surah An Naziat, Beserta Asbabun Nuzul dan Keutamaannya
Pengertian dan Cara Baca Idgham Mutajanisain, Lengkap dengan Contohnya dalam Al-Quran
55 Kata-kata Ucapan Maaf Menyambut Ramadhan yang Menyentuh Hati dan Penuh Ketulusan
Kumpulan Doa Khatam Quran dan Keistimewaan Jika Mengamalkannya
Cek Fakta: Petinggi Ansor Minta Menag Pindahkan Sholat Jumat ke Hari Sabtu
Kandidat Capres Cawapres 2024, Berapa Kekayaan Ganjar Pranowo dan Erick Thohir?