Ilustrasi (Shutterstock.com)
Dream - Anak yang mengidap autisme di Babat Toman, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, meregang nyawa di tangan orangtuanya sendiri. Kasus pembunuhan ini diduga akibat emosi orangtua yang tidak tahan dengan perilaku anak.
Kapolsek Babat Toman, Ajun Komisaris Andi Kesuma Jaya, mengatakan korban yang merupakan penderita autisme punya kebiasaan Buang Air Besar (BAB) sembarangan di sudut-sudut rumah. Dari keterangan tersangka, kebiasaan itu berlangsung lama dan selama sepekan terakhir menyulut emosi pelaku.
" Sudah sering BAB sembarangan, tapi baru seminggu emosi kedua orangtuanya memuncak," ujar Andi, dikutip dari Merdeka.com.
Ternyata, para pelaku juga menganiaya korban. Andi mengungkapkan sebelum meninggal, korban dipukuli dengan peralatan yang ada seperti gayung dan selang.
Usai BAB, salah satu pelaku membawa korban ke kamar mandi untuk dibersihkan. Sembari membersihkan korban, pelaku menendang kemaluan korban dan memukul kepalanya dengan gayung.
" Nyaris seperti itu setiap hari selama seminggu sebelum korban meninggal," kata dia.
Selain itu, korban juga punya kebiasaan suka memakan daging mentah. Hal itu juga memicu emosi para tersangka meninggi.
" Tersangka bilang anaknya suka makan daging mentah, ayam atau sapi, itu juga membuat kedua tersangka selalu emosi dan langsung menyiksa korban," kata dia.
Andi mengatakan kebiasaan tersebut menurut tersangka tidak mudah diubah lantaran korban menderita autisme. Tetapi para pelaku tidak berusaha untuk mengobati korban padahal tergolong berkecukupan.
" Ya, termasuk orang berkecukupan, kalangan menengah ke atas, banyak usahanya," kata dia.
Lantaran terkesan dibiarkan, korban terus tumbuh dengan kekurangan tersebut. Dua tersangka mengaku hanya sekali membawa korban ke dokter.
" Itupun sudah lama, mereka kaya, tidak kekurangan, duit banyak, cuma tidak mau saja mengobati anaknya," kata Andi.
Selanjutnya, Andi menerangkan korban adalah anak sulung dan memiliki adik berjenis kelamin perempuan. Saat ini, si adik masih balita dan tampak normal.
" Sebenarnya kedua tersangka punya empat anak, cuma yang dua anaknya yang lain sudah meninggal dunia, tinggal korban dan adiknya saja," kata dia.
Setiap hari, kata Andi, korban tinggal bersama pelaku. Sesekali korban dititipkan ke nenek kakeknya.
" Nenek dan kakeknya sudah kami periksa, mereka tidak tahu kalau korban sering dianiaya," ucap Andi.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN