Ilustrasi: Shutterstock
Dream - Sambil mengucapkan Ramadan Mubarak, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menggelar buka bersama di Gedung Putih pada Rabu, 6 Juni 2018. Penyelenggaraan buka puasa bersama ini sangat mengejutkan mengingat sikap Trump selama ini menunjukkan anti-Islam.
Apalagi acara tersebut merupakan yang pertama kalinya digelar Trump di bulan suci, setelah sebelumnya dia melewatkan buka bersama di Gedung Putih pada tahun lalu.
Selama perjamuan makan malam itu, Trump lebih banyak mengungkapkan pesan persatuan, dan pengakuan terhadap komunitas Muslim di AS dan di luar negeri.
" Hanya dengan bekerja sama, kita bisa mencapai keamanan dan kemakmuran untuk semua di masa depan," kata Trump, dikutip dari Foxnews.com, Kamis 7 Juni 2018.
Dia kemudian mengatakan bahwa buka bersama menandai kebersamaan di antara keluarga dan teman-teman dalam merayakan perdamaian.
Doa buka bersama dipimpin oleh Imam Dawud Abdul-Aziz Agbere, seorang Letnan Kolonel di Angkatan Darat AS. Dia menghadiri acara itu dengan seragam militer dan dipuji oleh Trump.
Sekitar 50 tamu menghadiri acara tersebut, yang terdiri dari para pejabat pemerintah, duta besar dari negara-negara Muslim dan anggota kabinet AS.
Trump duduk di samping Duta Besar Yordania untuk AS, Dina Kawar. Negara-negara Arab lainnya yang diwakili oleh duta besar mereka termasuk Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Bahrain, Kuwait, Tunisia dan Irak.
Buka bersama itu digelar di tengah-tengah upaya Mahkamah Agung melakukan banding terhadap aturan larangan perjalanan yang dikeluarkan oleh Trump.
Larangan perjalanan kontroversial itu menurut para kritikus menargetkan warga negara berpenduduk mayoritas Muslim.
Bersamaan dengan acara tersebut, kelompok hak-hak sipil Muslim AS memprotes Trump di luar Gedung Putih. Mereka menggelar buka bersama tandingan di Lafayette Park yang berada di seberang Gedung Putih.
Mereka mengatakan retorika penuh kebencian Trump selama ini telah berkontribusi pada peningkatan bullying dan diskriminasi terhadap Muslim Amerika.
Sementara itu, kelompok Muslim Amerika, seperti Masyarakat Islam Amerika Utara (ISNA) dan Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), mengkritik acara tersebut.
Kedua kelompok itu mengatakan di acara tersebut lebih banyak pejabat asingnya daripada warga Muslim Amerika sendiri.
Gedung Putih punya tradisi menggelar buka bersama setiap Ramadan sejak pemerintahan Bill Clinton.
Tradisi tersebut dimulai oleh mantan First Lady Hillary Clinton dan dilanjutkan ke administrasi George W. Bush dan Barack Obama.
Namun, Trump memutus tradisi tersebut dengan tidak menggelar buka bersama pada tahun lalu.
Sebagai gantinya, Gedung Putih hanya menyampaikan pernyataan yang menyoroti masalah terorisme.
Aturan larangan perjalanan yang dikeluarkan Trump menarget lima negara berpenduduk Muslim, yaitu Iran, Libya, Somalia, Suriah dan Yaman.
Advertisement
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Ada Mobil Listrik di Konser Remember November Vol.3 - Yokjakarta
75 Ucapan Hari Santri Nasional 2025 yang Penuh Makna dan Bisa Jadi Caption Media Sosial
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal