Gadis Australia Ini `Putri Tidur` Versi Nyata

Reporter : Maulana Kautsar
Kamis, 27 Agustus 2015 11:42
Gadis Australia Ini `Putri Tidur` Versi Nyata
Remaja asal Australia itu menderita penyakit langka sehingga dianggap sebagai versi nyata dari dongeng Putri Tidur atau Sleeping Beauty.

Dream- Georgia Green menderita sindrom Kleine-Levin (KLS). Sindrom itu merupakan gangguan tidur neurologis langka yang membuatnya tertidur tanpa bisa bangun hingga 10 hari. 

Kondisi yang dialami gadis berusia 19 tahun ini hingga saat ini belum ada obatnya. Menurut Georgia, tidak ada gejala yang jelas saat penyakit tersebut menyerang.

" Hanya ada kepala saya pening dan tiba-tiba saya sudah tertidur," kata Georgia kepada Daily Mail.

Awalnya Georgia dan keluarganya tidak tahu tentang penyakit yang hanya menyerang satu dari sejuta orang ini. Tetapi, setelah dilakukan serangkaian tes, mulai dari tes darah, MRI, pemindaian otak, juga beragam pengobatan, baru diketahui Georgia mengidap penyakit langka KLS tiga tahun lalu.

Penderita penyakit ini umumnya mengalami 'serangan' berulang yang membuat mereka tertidur selama 12 sampai 18 jam sehari. Penderita penyakit ini selalu merasa ingin tidur sepanjang hari.

" Saya biasanya tidur selama sekitar 10 hari. Setelah itu saya mengalami insomnia selama semalam karena saya sudah tidur terlalu lama. Setelah hampir dua minggu, serangan itu kembali terulang," katanya.

Sebelum serangan tersebut muncul, ada gejala-gejala yang muncul. Biasanya gejala itu berupa keinginan untuk makan yang sangat kuat dan perubahan suasana hati. Tetapi, yang paling merugikan dari sindrom ini adalah rutinitas Georgia menjadi terganggu.

" Aku ketinggalan sekolah berminggu-minggu, perayaan ulang tahun teman, dan kehilangan pekerjaan. Semuanya menjadi terganggu," katanya.

Georgia terpaksa keluar dari sekolah karena tidak bisa mengikuti serangkaian ujian penting. Dia sekarang bekerja sebagai asisten penjualan sambil kuliah di Flinders University, Adelaide, Australia.

Menurut Georgia, ia telah mengalami sekitar 35 kali serangan yang membuatnya kehilangan aktivitas selama hampir satu tahun. Hingga saat ini belum ditemukan obat yang bisa mengurangi tingkat keparahan dari serangan. Sehingga Georgia terpaksa mengorbankan semua aspek penting dalam hidupnya.

" Keluar dari sekolah dan menjauhi alkohol tidak berpengaruh. Ketika serangan datang saya harus meninggalkan semuanya dan menanggung semua kerugiannya," katanya.

Kondisi ini konon akan berhenti dengan sendirinya saat penderita memasuki usia 30 tahunan. Sehingga sampai dengan saat itu, Georgia hanya bisa bertahan dengan kondisi yang langka tersebut.

 

(Ism, Sumber: Daily Pakistan)

Beri Komentar