Menag: Siapa yang Memecah Belah, Berarti Tak Mengakui Indonesia

Reporter : Ahmad Baiquni
Senin, 28 Desember 2020 14:01
Menag: Siapa yang Memecah Belah, Berarti Tak Mengakui Indonesia
Gus Yaqut menegaskan Indonesia berdiri atas kesepakatan berbagai unsur baik agama, suku, maupun budaya.

Dream - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut menyatakan Indonesia terdiri dari berbagai unsur baik agama, suku maupun budaya. Indonesia berdiri atas kesepakatan antar kultur tersebut.

Untuk itu, dia menegaskan jika ada pihak yang berusaha memecah belah terutama atas nama agama, berarti tidak mau mengakui Indonesia.

" Jadi barang siapa menghilangkan apapun, satu antara lain atas dasar agama, maka artinya mereka tidak mengakui Indonesia," ujar Gus Yaqut, dalam dialog yang disiarkan channel YouTube Humas Polda Metro Jaya.

Gus Yaqut menyatakan potensi memecah belah bangsa selalu ada. Bahkan berasal dari berbagai unsur yang disalahgunakan.

" Jadi semua yang serba salah guna itu mesti tidak baik," kata dia.

 

1 dari 5 halaman

Klarifikasi Soal Afirmasi Hak Ibadah Syiah dan Ahmadiyah

Pernyataan ini disampaikan Gus Yaqut menanggapi pemberitaan media yang menyebut, dia akan mengafirmasi hak beribadah umat Syiah dan Ahmadiyah. Dia menyatakan tidak pernah menyampaikan pernyataan itu.

" Saya selaku Menteri Agama, sebagai wakil pemerintah, saya akan mendudukkan persoalan pada tempat yang semestinya," ucap dia.

Dia menegaskan tidak boleh ada kekerasan yang mengatasnamakan agama. Terutama tindakan main hakim sendiri dari kelompok besar kepada minoritas.

" Ini sikap dasar yang akan pemerintah pegang," ucap dia.

 

2 dari 5 halaman

Gus Yaqut: Syiah, Ahmadiyah, NU, Muhammadiyah, Sama di Depan Hukum

Dream - Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, menegaskan semua warga negara memiliki kedudukan sama di depan hukum. Tidak peduli latar belakangnya.

Negara, tambah Gus Yaqut, wajib memberikan perlindungan kepada semua warga negara. Tidak dibenarkan adanya kekerasan hanya karena perbedaan keyakinan.

" Dia mau Syiah, mau Ahmadiyah, mau NU, mau Muhammadiyah, mau siapa pun, di depan hukum itu sama. Oleh karena itu negara wajib melindungi mereka," ujar Gus Yaqut, dikutip dari Kemenag.

Gus Yaqut menyatakan tidak boleh ada pihak manapun melakukan kekerasan terhadap yang lain. Apalagi jika dilakukan kelompok mayoritas kepada minoritas.

" Jika berbeda keyakinan, tidak boleh ada alasan kelompok yang paling besar mempersekusi, menghakimi sendiri kelompok yang lain. Ini sikap dasar pertama yang akan pemerintah pegang," kata dia.

3 dari 5 halaman

Mendorong Dialog

Selanjutnya, Gus Yaqut mendorong terjadinya dialog untuk mengatasi perbedaan yang terjadi. Utamanya dalam hal kehidupan keagamaan.

" Jika ada perbedaan pandangan, jika ada perbedaan keyakinan, jika ada perbedaan pendapat terkait hal-hal keagamaan, kita selesaikan dengan dialog," ucap dia.

Lebih lanjut, Gus Yaqut menyatakan sebagai Menteri Agama siap memfasilitasi terjadinya dialog antar umat beragama.

" Forum ini akan menjadi saksi dan mengawal, bahwa saya akan pegang dua hal itu selama saya diberikan amanah sebagai Menteri Agama," ucap dia.

4 dari 5 halaman

Gus Yaqut: Selamat Merayakan Natal 2020, Wujudkan Harmoni Dalam Kemajemukan

Dream - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengucapkan selamat merayakan Natal bagi Umat Kristiani di Indonesia. Gus Yaqut berharap kebahagiaan Natal mampu membangkitkan semangat mewujudkan kehidupan damai serta harmoni dalam kemajemukan Indonesia.

" Selamat Natal 2020. Semoga kebahagiaan Natal menyertai umat Kristiani. Kehidupan damai dalam harmoni kemajemukan Indonesia juga tetap terjaga," ujar Gus Yaqut di Instagram.

Gus Yaqut menjelaskan tema Natal tahun ini yaitu 'Mereka Akan Menamakannya Emmanuel" . Dia mengimbau perayaan Natal 2020 digelar secara sederhana mengingat pandemi masih berlangsung.

" Rayakan Natal dengan penuh kesederhanaan dan terus berbagi kasih pada sesama," kata Gus Yaqut.

Dia menyatakan hal terpenting dari perayaan Natal adalah kesadaran umat Kristiani untuk semakin dekat dengan Sang Maha Kuasa sebagai pemberi hidup. Kesadaran itu lalu diwujudkan dalam perubahan dan pembaharuan pola hidup ke arah yang lebih baik.

" Peringatan Natal pada hakikatnya adalah momentum bagi Umat Kristiani untuk meningkatkan kesadaran bahwa anugerah keselamatan telah Tuhan berikan bagi umat manusia. Hal ini perlu direfleksikan melalui perbuatan-perbuatan kebaikan, kesederhanaan, perhatian terhadap kaum lemah dan cinta kasih bagi sesama," ucap Gus Yaqut.

 

5 dari 5 halaman

Peningkatan Kualitas Hidup

Dia melanjutkan pada hakikatnya perayaan Natal juga sarana meningkatan kualitas hidup beragama Umat Kristiani. Peningkatan kualitas itu diharapkan berdampak pada meningkatnya pengabdian kepada bangsa dan negara, sebagaimana teladan Yesus Kristus yang senantiasa memberi yang terbaik bagi umat manusia.

Kepada para tokoh agama dan Umat Kristiani, Menag mengajak untuk menjadi pelopor pemersatu bangsa. Serta menjadi mitra pemerintah dalam menyelesaikan berbagai permasalahan demi mewujudkan Indonesia yang lebih baik.

" Para pemimpin umat beragama perlu membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi yang mengajarkan kebersamaan dan sikap toleransi," ucap dia..

Menag berharap umat Kristiani dapat merefleksikan kasih Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, menjadi garam dan terang dunia, senantiasa membawa damai sejahtera serta mampu membangun semangat kebersamaan dan toleransi di antara pemeluk agama yang berbeda.

Beri Komentar