Keluarga Aziz, Pengungsi Afghanistan Di Indonesia (Foto: Reuters)
Dream - Pada Senin lalu, militan Taliban berhasil merebut setengah dari Afghanistan dan menduduki Istana Kepresidenan di Kabul. Presiden Ashraf Ghani pun kabur ke luar negeri.
Dalam pernyataan resmi yang disampaikan langsung oleh juru bicaranya, Zabihullah Mujahid, Taliban berjanji mengubah seluruh sistem tata kelola negara dan tidak akan menggunakan sistem yang kuno.
Merujuk Taliban di masa lalu, termasuk perang 20 tahun, janji yang mereka ucapkan dirasa belum cukup meyakinkan para pengungsi Afghanistan di luar negeri, termasuk mereka yang berada di Indonesia. Mereka tidak yakin kelompok militan itu akan benar-benar berubah.
Aziz, seorang pengungsi Afghanistan yang tinggal di Ciawi, Bogor, Jawa Barat, kini mengkhawatirkan kondisi sanak saudaranya di negara asalnya. Pria dari suku minoritas Hazara harus meninggalkan Afghanistan ketika usianya 5 tahun.
" Situasi saat ini sangat berbahaya bagi kami suku Hazara, karena mereka (Taliban, suku Pashtun) tidak menyukai keberadaan kami," kata pria 34 tahun yang sudah 7 tahun terakhir tinggal di Indonesi bersama keluarganya dan menunggu relokasi ke negara ketiga.
Dia menambahkan, kabar terbaru dari pihak keluarganya, sang paman harus mengunci diri di rumah sejak jatuhnya pemerintah Afghanistan ke tangan Taliban pada Senin lalu.
" Mereka takut keluar rumah. Saat ini mereka tengah mencari cara pergi dari Afghanistan lantaran keluarganya tak merasa aman di sana," ujarnya dikutip dari Reuters, Jumat 20 Agustus 2021.
Selama kurang lebih 10 tahun, suku Hazara menjadi sasaran kekerasan kelompok militan Taliban, termasuk ISIS, terutama atas keyakinan mereka. Sebagian besar suku Hazara merupakan penganut Syiah yang sangat dibenci kelompok garis keras Sunni.
Aziz mengatakan, kekhawatiran kebabasan lainnya, seperti aktivitas berolahraga dan hak-hak perempuan Afghanistan.
" Saya tidak tahu bagaimana masa depan sepak bola Afghanistan. Bagaimana nasib perempuan dan olahraga disana? Bagaimana nasib perempuan yang ingin bersekoah? Saya berharap Afganistan akan menjadi lebih baik di masa depan, tapi saya tak yakin akan hal tersebut," tuturnya.
Sumber: Reuters
Dream - Aksi kelompok Taliban yang berhasil menguasai Kabul, ibu kota Afghanistan pada Minggu, 15 Agustus 2021, telah menyebabkan gelombang kepanikan. Peristiwa ini langsung menarik perhatian dunia.
Berbagai jejak digital yang tersebar di media sosial menunjukkan video dan potret pilu warga yang memadati jalan serta bandara, agar dapat keluar dari kota. Bahkan di antaranya ada yang rela melakukan tindakan ekstrem.
Beberapa hari setelah Taliban bersumpah menghormati hak-hak perempuan Afghanistan, poster ataupun iklan perempuan yang tersebar di Shar-eNaw di Kabul, justru dihapus.
Lewat cuitan Twitter, jurnalis dengan akun @AlinejadMasih, pada 18 Agustus, membagikan kondisi penghapusan potret iklan wanita di salah satu salon.
" Kemarin juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid berjanji akan menjunjung tinggi hak-hak perempuan. Tetapi hari ini di Kabul: hal pertama yang mereka lakukan menghapus poster perempuan yang berada di properti publik. Iran sendiri sudah mengalami hal ini selama kurang lebih 42 tahun lamanya," tulis cuitan Masih dalam bahasa Inggris.
Yesterday Taliban spokesman Zabihullah Mujahid, made headlines by claiming that they respect women’s rights. But today this is the reality in Kabul: first they erased photographs of women then they’ll remove women from public sphere. Iran have experienced these lies 42 years ago. pic.twitter.com/UfubfDZ6UQ
— Masih Alinejad 🏳️ (@AlinejadMasih)August 18, 2021
Tak hanya Masih, salah satu media di Afghanistan Inquirer.net juga mengunggah potret wajah seorang perempuan di depan salon di hapus menggunakan piloks atau cat berwarna hitam. Terlihat pula militan Taliban berjalan di depannya membawa senjata AK47 dengan santainya.
" Dengan kembalinya kekuasaan Taliban, apakah wanita akan aman?
LIHATLAH: Poster di depan salon wanita dengan wajah yang telah dicoret dengan piloks di wilayah Shar-e-Naw di Kabul pada 18 Agustus, beberapa hari setelah Taliban mengambil alih wilayah Afghanistan," tulis cuitan mereka.
With the Taliban’s return to power, are women safe?
LOOK: The facade of a beauty saloon is pictured with images of women defaced using a spray paint in Shar-e-Naw in Kabul on August 18, after Taliban's military takeover in Afghanistan. | 📷Wakii Kohsar/AFP pic.twitter.com/p0Jx5n5Dr4— Inquirer (@inquirerdotnet)August 19, 2021
Seorang reporter TOLONews TV melalui unggahan Twitter pribadinya @LNajafizada juga membagikan potret yang serupa mengenai kondisi Kabul saat ini.
Kabul. pic.twitter.com/RyZcA7pktj
— Lotfullah Najafizada (@LNajafizada)August 15, 2021
Aktivis perempuan di seluruh dunia telah menyatakan keprihatinannya atas kondisi di Kabul. Mereka takut akan adanya penghapusan hak perempuan di Afghanistan dari ruang publik.
Meski Taliban sudah berjanji untuk menghormati hak-hak perempuan dengan menjujung tingggi " inklusifitas" , tetapi para komunitas perempuan dunia skeptis dengan janji itu.
" Para wanita akan sangat aktif di masyarakat tetapi dalam kerangka Islam," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid pada awal pekan lalu.
Women for Women International, sebuah organisasi non-profit yang memberi dukungan pada perempuan yang selamat dari perang, dalam cuitan Twitter menyatakan bahwa mereka tengah mengumpulkan donasi untuk membantu perempuan menemukan tempat yang aman.
" Kami tetap memantau dengan cermat situasi yang terjadi di #Afghanistan. Tim kami dalam kondisi aman. Mereka sangat sedih, tapi tetap tenang, dan berlindung di tempat aman," kata organisasi itu.
" Apa pun yang terjadi dalam beberapa hari mendatang, kami berpegang teguh pada gagasan bahwa perempuan dapat dan harus membantu membentuk masa depan Afghanistan."
Georgetown Institute for Women, Peace, and Security juga menyebarkan berita tentang cara berdonasi. Direktur institutnya, Melanne Verveer, ikut menulis opini di The Washington Post yang menyerukan pada pemerintah AS untuk berbuat lebih banyak dalam melindungi perempuan di Afghanistan.
Ia dan rekan penulisnya, Tanya Henderson, dari Mina's List, meminta AS menyediakan penerbangan evakuasi langsung bagi para aktivis perempuan Afghanistan. Mereka juga meminta pemerintah AS untuk mendanai upaya relokasi pengungsi Afghanistan.
" Ini adalah saat yang berbahaya bagi perempuan dan anak perempuan Afghanistan," tulis institut itu di situs webnya.
" Setiap hari Taliban semakin kuat, membunuh para pemimpin perempuan, menyerang gadis-gadis di sekolah, dan menggulingkan hak-hak perempuan dalam prosesnya. Kami kehabisan waktu untuk mencegah hal terburuk terjadi."
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati