Dream – Jika menyebut Jakarta, pasti yang ada di benak banyak orang adalah kota metropolitan dengan deretan gedung pencakar langit yang saling berdesakan. Banyak orang mengatakan Jakarta tak pernah tidur, menyala kala siang dan gemerlap ketika malam.
Tapi faktanya, tidak semua wilayah di Jakarta ‘hidup’ seperti yang kita lihat di layar televisi maupun lini masa media sosial. Ada wilayah di Jakarta yang sepi, bahkan tidak punya penghubi.
Kondisi itu ditunjukkan oleh salah satu konten kreator yang menemukan permukiman tak berpenghuni di tengah Jakarta.
Dalam unggahan channel YouTube Dua Sepatu memperlihatkan suasana pemukiman terbengkalai tersebut.
Sekilas, rumah-rumah di sana dibangun secara massal dan berdempetan mirip kampung padat penduduk. Namun, kondisinya yang ditinggalkan membuat permukiman ini menjadi sunyi tanpa kehidupan.
Kondisi ini terasa berbeda dengan mayoritas permukiman lainnya di Jakarta yang penuh sesak, dan selalu ramai. Padahal, kondisi rumah dari pemukiman tersebut masih terlihat utuh serta terletak tak jauh dari pinggir jalan.
Beberapa rumah terlihat memiliki tumpukan endapan lumpur dan kondisi tanah yang basah serta lembap di sekelilingnya.
Ternyata, tumpukan endapan lumpur itu membuktikan bahwa kawasan pemukiman tersebut sering dilanda banjir. Saking parahnya, air yang menggenang di pemukiman tersebut pernah memiliki ketinggian tiga sampai empat meter.
Meskipun tidak sering diguyur hujan, daerah tersebut sering terdampak limpahan air dari sungai yang terletak di samping pemukiman. Limpahan air itu berasal dari dataran tinggi yang membuat pemukiman tersebut memiliki permukaan tanah yang lebih rendah ketimbang daerah lainnya.
“Karena tempat ini sering banjir, liat ini tanah semua, tanah yang naik ke rumah warga. Makanya ditinggalin. Bahkan, kalau Jakarta enggak hujan aja, disini bisa banjir karena air kiriman,” ungkap pemilik akun.
Menurut warga setempat, ratusan rumah di pemukiman tersebut telah ditinggalkan pemiliknya sejak masa pemerintahan Gubernur Sutiyoso. Awal banjir besar yang terjadi pada 1996 membuat warganya mengungsi ke tempat yang lebih aman.
“Ini sudah lama ditinggalin, dari zaman yang banjir gede itu, zamannya (Gubernur) Sutiyoso, saya tinggal disini, lahir disini. Awalnya mulai banjir kan tahun 1996,” ujar salah satu warga.
Beberapa perabot yang sudah rusak masih terlihat di dalam rumah
Endapan lumpur di dalam rumah menandakan pemukiman tersebut sering digenangi air
Potret rumah kosong yang tidak ditinggali oleh pemiliknya masih terlihat utuh
Sungai yang berada di samping pemukiman tersebut dan sering membawa limpahan air.
Laporan: Nisya Aprilya