World Muslimah, Yogya, dan `Hotel Dusun`

Reporter : Kusmiyati
Senin, 17 November 2014 06:05
World Muslimah, Yogya, dan `Hotel Dusun`
Memasuki hari kedua di Yogyakarta, para finalis World Muslimah 2014 dihadapkan dengan serangkaian kegiatan yang lebih mengarah sosial dan kemanusiaan.

Dream - Hawa dingin seakan merasuk ke dalam tulang para gadis ayu yang telah siap menikmati indahnya kota Yogyakarta. Senyum ramah masyarakat Yogyakarta ditemani rintik gerimis menyambut mereka yang merupakan finalis World Muslimah 2014.

Kegembiraan terpancar dari senyum para finalis, " Merasa sebagai artis atau putri raja yah. Sambutannya begitu alhamdulillah," kata Safitri finalis dari Indonesia.

Setelah mendapatkan perawatan tubuh dari Hotel Eastparc Yogyakarta dan tata rias dari Wardah, para finalis menjalani sesi pemotretan.

Sore harinya sekitar pukul 17.00 para wanita yang sudah tampil layaknya putri dari negeri dongeng dengan balutan busana cantik dari desainer hijab Yogyakarta, Afif Syakur bersiap untuk makan menjalani rangakain kegiatan di hari pertama.

Seperti apa keseruan 25 finalis dari 15 negara itu? Klik halaman berikutnya:

 

1 dari 3 halaman

Kesultanan Yogyakarta

Kesultanan Yogyakarta © Dream

Dream - Sang surya telah berganti bulan, awan mendung disertai rintikan gerimis membuat suhu Yogyakarta begitu dingin. Suasana ini yang menemani perjalanan para finalis menuju undangan makan malam dari kesultanan Yogyakarta di kantor gubernur kepatihan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Spanduk besar bertuliskan selamat datang finalis world muslimah award 2014 terpampang jelas di depan pintu gerbang kepatihan Yogyakarta.

Bangku dan meja berjajar cantik yang didominasi warna putih dan emas. Di atas meja dekorasinya begitu mewah gelas-gelas berisikan air putih dan garpu serta sendok yang tertata rapi membuat suasana makan malam begitu elegan.

Setelah para finalis duduk di tempat yang telah disediakan, para pelayan berbaju putih hitam menawarkan minuman jahe dingin yang begitu menyegarkan. Tak lama kemudian dari pihak kesultanan Yogyakarta datang menghampiri para finalis.

Wakil Gubernur Yogyakarta Sulistyo menyapa semua finalis dengan senyum ramah. Pria berbatik ini pun memperkenalkan diri dan mengucapkan selamat datang.

" Kami sangat senang kehadiran para finalis di Yogyakarta ini. Kota wisata yang begitu cantik, selamat datang dan semoga menikmati hari-hari kalian semua para finalis," ujar Sulistyo yang dipercaya mewakili Sultan Hamengku Buwono X di kepatihan, kemarin.

Tak hanya dari pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta, perwakilan dari juri pun hadir duduk manis di sebelah kanan meja para finalis. " Ini juri utamanya, ada 100 anak yatim. Malam ini yang datang hanya perwakilannya. Bismillah pilih yang baik minta sama Allah," kata Founder dan CEO World Muslimah Foundation, Eka Shanty memperkenalkan kepada Dream.co.id yang malam itu duduk di antara para finalis.

Sulistyo berharap ajang yang memiliki tujuan mulia ini bisa menjadi contoh untuk banyak orang. " Ini ajang yang baik dan bermanfaat untuk yang menontonnya. Bismillah, ini juga insya Allah bisa mendongkrak pariwisata Indonesia khususnya Yogyakarta. Memperkenalkan wisata indah di sini ke luar negeri," kata Sulistyo.

Para finalis pun merasa senang dengan penyambutan yang dilakukan pihak Yogyakarta. Setelah itu para finalis pun menikmati santapan yang telah disediakan dengan menu nasi yang dibentuk meyerupai tumpeng kecil di atas piring putih. Tampak menu utama itu didampingi lauk oseng daun pepaya, iga dengan saos lada hitam, gurame tepung goreng dan puding karamel.

Suasana hangat sangat terasa saat itu, lantunan musik pop dari grup musik asal Yogyakarta ikut serta mendukung suasana semakin akrab.

Di pertengahan acara, finalis dari indonesia Elisa ikut menyumbangkan suara merdunya dengan menyanyikan lagu tradisional berjudul suwe ora jamu. Jam sudah menununjukan pukul 9 malam, para finalis pun kembali ke hotel Eastparc untuk berisitirahat mempersiapkan kegiatan keesokan harinya. (Ism)

2 dari 3 halaman

Menikmati Keindahan Yogyakarta

Menikmati Keindahan Yogyakarta © Dream

Dream - Sang surya belum menampakan dirinya, tetapi para finalis World Muslimah 2014 sudah bersiap di lobi hotel Eastparc Yogyakarta. Biasanya mereka tampil begitu feminin dengan dres dan riasan wajah lengkapnya, namun berbeda di hari keduanya ini.

Semua finalis tampil casual tanpa riasan, walaupun begitu kecantikan mereka masih terpancar. " Hari ini kita sudah siap habis salat subuh kumpul di lobby hotel itu jam 4.30 siap untuk jalan sehat 5 km, alhamdulillah tidur kami cukup malam tadi," kata Gesti finalis dari Indonesia. Gesti memang telah mempersiapkan sejak semalam untuk kegiatan jalan sehat ini.

Begitu juga dengan finalis asal Malaysia, Ainur. " Alhamdulillah tidurnya cukup, dan sangat excited untuk kegiatan jalan sehat hari ini," kata wanita mungil ini.

Para finalis berkaos kuning dengan tulis Jogjakarta Heritage Walk dan celana abu-abu ini siap berangkat menuju lokasi jalan sehat. Candi prambanan menjadi lokasi yang mereka tuju. Kekaguman pun terlihat dari wajah para finalis, keriuhan pun terjadi di dalam bus.

" Waaah bagus sekali, cantik," ucap mereka menimbulkan sedikit kebisingan, semangat mereka pun terpancar dari senyum yang menghiasi wajah mereka.

Di garis start, masyarakat dan berbagai media dalam dan luar negeri seakan tidak ingin menyia-nyiakan momen tersebut. Setelah hitungan mundur dari 10 ke satu, para finalis pun berjalan dengan membawa bendera masing-masing dari negara mereka.

Jarak 5 km mengelilingi pedesaan dekat dengan candi prambanan cukup menguras tenaga mereka, walaupun lelah mereka selalu tersenyum. Sepanjang perjalanan dari semua finalis, tiga yang sangat antusias dengan apapun yang dilihatnya. Mereka adalah Sama dari Iran, Dina dari United Kingdom dan Tasnima dari Bangladesh.

Mereka bertiga selalu mengekspresikan ketertarikannya terhadap sesuatu hal. " Lihat ada anak ayam, ada kambing juga," kata Dina sembari memberikan daun kepada hewan ternak milik salah satu warga.

Begitu juga Tasnima, wanita ini mengaku baru pertama kali merasakan ke luar negeri. " Ini pertama saya keluar dari negera saya, di Indonesia banyak yang menarik. Makanannya dan budayanya, indah dan enak. Saya suka, jadi mungkin wajar kalau saya terlalu ekspresif," ujar Tasnima.

Sementara Sama sibuk dengan buah cermai yang ada di sekitar pedesaan tersebut. " Ini apa? Boleh saya mencobanya?," kata Sama kepada panitia. " Tadi kelapa saya baru melihatnya langsung dari pohonnya, dan ini buah kecil merah rasanya manis dan asam. Tapi saya suka. Kota Yogya ini manis dan indah," ujar Sama.

Setelah sampai di garis finish, semua peserta pun kembali ke hotel untuk mempersiapkan diri lagi mengikuti rangkaian kegiatan. Waktu menujukan pukul 9.30 WIB, para finalis sampai di hotel Eastparc dengan wajah begitu lelah. " Aku mau tidur," ujar Prima, finalis dari Indonesia.

Para finalis pun dikasih kesempatan untuk istirahat sampai jam makan siang, mereka memiliki waktu sekitar 3 jam setengah. " Alhamdulillah kami akan memanfaatkan waktu istirahat ini agar memiliki jam tidur berkualitas," kata Aninur dari Malaysia.

Jam makan siang pun tiba, para finalis pun berkumpul di restoran Verandah yang ada di hotel tersebut. Bus putih bertuliskan World Muslimah 2014 pun telah siap pukul 13.30 WIB. Lagi-lagi ditemani oleh hujan, suasana dingin pun sangat terasa. Tak banyak yang menggunakan pendingin AC bus, semuanya sibuk dengan menghangatkan tubuhnya. (Ism)

3 dari 3 halaman

Belajar dari Perkampungan

Belajar dari Perkampungan © Dream

Dream - Mereka semua akan menuju desa wisata Pentingsari yang terletak di kecamatan Cangkringan kelurahan Umbulharjo, Sleman Yogyakarta.

" Mereka semua akan kami bawa tinggal di perumahan warga yang berada di desa wisata pentingsari. Nantinya mereka akan belajar memasak, mengasuh anak, membuat makanan khas Yogyakarta dan masih banyak lagi," kata Founder dan CEO World Muslimah Foundation, Eka Shanty.

Eka juga mengatakan kepada Dream.co.id rangkaian acara ini bertujuan untuk mengajarkan kehidupan itu selalu berputar. Panitia ingin mengajarkan bahwa hidup itu tidak hanya di satu situasi.

" Kemarin sudah merasakan di hotel menginapnya dan dijamu layaknya putri. Nah di desa ini mereka tidak akan dianggap seperti putri, mereka hanya wanita biasa yang memang harus mengerjakan semuanya sendiri. Semua kegiatan lebih ke sosial dan kemanusiaan," ungkap Eka.

Para finalis pun antusias dengan kegiatan ini. " Nanti satu rumah warga itu dua orang ditemani dengan pendamping dari panitia. Mereka semua akan banyak belajar di sana, bersosialisasi juga dengan masyarakat di sini," ujar Widodo, Ketua RT desa Pentingsari ini.

Semua finalis mengaku senang mendapatkan kesempatan untuk menginap dan menghabiskan waktu di rumah warga. " Pertama diberi tahu saya excited. Ini pengalaman dan pembelajaran untuk kami. Terutama saya, jadi tahu bagaimana rasanya tidur di pedesaan dan emmang hidup itu berputar," kata Tasnima, finalis dari Bangladesh.

Desa wisata sendiri memang sudah sekitar enam tahun lalu menjadi homestay untuk rombongan yang ingin tinggal. " Bisa dibilang ini hotel dusun, banyak yang sudah datang ke sini dari dalam dan luar negeri. Bisa dibilang ibu atau bapaknya mereka di sini," ujar Wuidji sambil tertawa, wanita yang rumahnya ditempati Lulu dan Sama.

Malam ini tak ada kegiatan yang dilakukan para finalis, mereka hanya bercengkrama dan menikmati peduren atau syukuran dengan makan bersama para warga.

" Malam ini tidak ada kegiatan, hujan juga jadi mereka tetap tinggal di rumah baru mereka di sini. Dan menghabiskan banyak kegiatan di sana, bersosialisasi," kata Alissa, salah satu pendamping sekaligus panitia acara. (Ism)

Beri Komentar