Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (Muhammadiyah.or.id)
Dream - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, berharap umat Islam tidak menanggapi berlebihan pidato yang disampaikan Ketum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Said Aqil Siradj. Dia juga meminta agar ucapan tersebut tidak dijadikan polemik.
" Hendaknya pernyataan Kiai Aqil Siradj jangan jadi polemik di lingkungan umat Islam, lebih-lebih di tahun politik," ujar Haedar, dikutip dari Muhammadiyah.or.id, Rabu 30 Januari 2019.
Haedar meminta semua pihak bijak dalam memberikan tanggapan, juga tidak memperpanjang masalah yang sudah terjadi.
" Kita lebih baik mengedepankan ukhuwah dan mengerjakan agenda-agenda yang positif bagi kemajuan umat dan bangsa," kata Haedar.
Muhammadiyah, tambah Haedar, berpandangan negara dan instansi pemerintahan harus menjadi milik bersama. Hal ini sesuai amanat konstitusi.
" Pemerintah harus berasaskan meritokrasi atau dasar kepantasan dan karier, jangan di atas kriteria primordialisme atau sektarianisme," kata dia.
Untuk menjadi negara modern dan maju, ucap Haedar, yang harus dibangun di Indonesia adalah tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan profesionalisme di semua lini. Bukan didasarkan pada kriteria golongan, apalagi milik kelompok tertentu.
Menurut Haedar, primordialisme jika dibiarkan dominan dalam institusi pemerintahan dapat menghilangkan objektivisme dan prinsip negara milik semua.
" Bahayanya jika hal itu dibiarkan, akan menjadi preseden buruk bagi demokrasi, bahkan dapat memicu konflik atau perebutan antargolongan di Indonesia," ucap dia.
Dream - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj, memberikan mengklarifikasi pidatonya pada peringatan Hari Lahir Muslimat NU di Gelora Bung Karno, Minggu 27 Januari 2019. Said mengaku tidak bermaksud menyepelekan pihak lain dengan mengatakan, " kalau bukan NU salah semua."
" Pidato saya ketika hadir di Muslimat, Harlah Muslimat ke-73, saya katakan Menteri Agama, Kepala Kemenag, khatib, imam Jumat, imam masjid, harus NU karena kalau bukan NU, nanti salah semua. Itu artinya, kalau bukan NU, amalan amaliah-amaliah NU akan disalah-salahkan semua," ujar Said, dikutip dari NU Online.
Said menjelaskan, dia sebenarnya bermaksud mengingatkan warga NU untuk berperan di masyarakat. Jika peran keagamaan diisi pihak di luar NU, dia khawatir amaliah yang selama ini dijalankan warga Nahdliyin akan terus dicap salah dan bid'ah.
" Wiridan setelah sholat, salah. Maulid Nabi, salah. Rajabiyah, salah. Isra Mi'raj, ziarah kubur, salah. Tawasul, salah. Haul, salah. Malah musyrik. Bid’ah semua itu," kata dia.
Said menguatkan pendapatnya dengan ucapan yang sempat dia sampaikan di momen yang sama. Ucapan tersebut terkait dengan pembid'ahan praktik sufisme oleh pihak di luar NU.
" Itu maksudnya. Bukan saya nyalahin orang, bukan berarti nganggap orang salah, bukan," kata Said.
Pidato Said menuai kritik dari banyak pihak. Salah satunya dari Sekjen MUI, Anwar Abbas.
Anwar menyesalkan pidato yang disampaikan Said. Dia sampai menilai pernyataan Said tidak mencerminkan akal sehat karena tampak seperti menyalahkan pihak lain di luar NU.
" Jelas kita sangat kita sesalkan. Pernyataan ini jelas tidak mencerminkan akal sehat. Saya yakin pernyataan ini adalah pernyataan dan sikap pribadi dari Said Aqil Siradj dan bukanlah sikap dari NU," ujar Anwar dalam keterangan tertulis yang diterima Dream, Senin 28 Januari 2019.
Dream - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj, menegaskan tidak akan menarik pernyataannya yang menyebut bahwa imam, khotib, hingga Menteri Agama, selain NU salah semua.
" Enggak usah ditarik, masing-masing punya alasan, gitu saja. Saya punya pendapat, mereka punya pendapat," ujar Said saat dihubungi Dream, Senin 28 Januari 2019.
Said Aqil mengatakan, jika ada yang tersinggung dengan pernyataannya, itu merupakan hal biasa. " Kalau itu menyinggung mereka, silakan mereka mengeluarkan pernyataan," ucap dia.
Menurut dia, orang-orang yang berasal dari pesantren NU paham mengenai hukum tajwid, rukun sholat, rukun khotbah. Sehingga dalam pelaksanaannya tidak menyimpang dari apa yang telah diajarkan.
" Khotbah enggak boleh panjang tapi (bacaan) sholat boleh, khotbah itu yang penting memenuhi syarat rukun khotbah. Di sini khotbah panjang lebar, caci maki orang, politik lah, enggak sah itu kalau di kitab kuning," ucap dia.
Dia menegaskan, NU sama sekali tidak menginginkan jabatan strategis di pemerintahan. Menutur dia, apa yang disampaikan itu demi menyelamatkan agama.
" Bukan kemaruk jabatan. Ingin menyelamatkan agama yang benar lah. Membangun agama yang benar," kata dia.
Sebelumnya, Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, meminta Said Aqil menarik kembali pernyataannya itu.
" Untuk itu saya meminta Said Aqil Siradj untuk menarik ucapannya, agar negeri ini tidak rusuh karena ucapannya tersebut jelas-jelas sangat mengancam persatuan dan kesatuan umat," ujar Anwar.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik