Dream - Kisah-kisah orang yang membelot dari Korea Utara - seperti Kim Kyu-li - bukanlah sesuatu yang aneh di negara pimpinan Kim Jong-Un itu.
Banyak warga Korut membelot karena tidak tahan dengan penderitaan di negaranya
Kim Kyu-li menganggap dirinya sebagai 'wanita paling beruntung di dunia' setelah satu dekade dalam pelarian, kelaparan, dan pernikahan paksa.
Setelah selamat dari bencana kelaparan yang menghancurkan negara dystopian Kim Jong-Un pada pertengahan 1990-an, ia melarikan diri ke China dan tinggal di negara itu selama tujuh tahun.
Ketika pertama kali di China, Kyu-li tidak mengerti bahasa Mandarin. Kyu-li tidak tahu apa yang dibicarakan makelarnya, apakah pria itu bernegosiasi untuk menjual dirinya.
" Banyak perempuan Korea Utara yang dijual akhirnya mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan sering kali tidak dapat melarikan diri dari lingkungan mereka," kenangnya.
Inilah salah satu alasan mengapa Kyu-li menganggap dirinya beruntung.
Setelah membelot, ia dijual kepada seorang pria etnis Tionghoa Korea yang tiga tahun lebih tua darinya.
Keluarganya memperlakukan dirinya dengan baik. Bahkan membantunya mendapatkan pekerjaan di sebuah restoran di Tian Jin, dekat Beijing.
Dari China, Kyu-li melarikan diri ke Mongolia; kemudian bergerak ke Korea Selatan, dan akhirnya tiba di London pada tahun 2007, di mana dia sekarang tinggal.
Kini, ia sedang berjuang untuk menemukan saudara perempuannya, Kim Cheol-ok, salah satu dari 600 pembelot yang dideportasi dari China kembali ke Korea Utara dua bulan lalu.
Deportasi ini menimbulkan ketakutan di kalangan warga Korea Utara seperti dirinya. Mereka dicap sebagai 'penjahat' dan 'pengkhianat' oleh rezim Kim Jong Un.
Pyongyang menganggap meninggalkan negara tanpa izin sebagai kejahatan 'pengkhianatan terhadap negara,' yang dapat dihukum mati atau ditahan di kamp kerja paksa.
Di sana, para pembelot menghadapi penyiksaan. Perempuan menjadi sasaran kekerasan berbasis gender dan seksual serta aborsi paksa.
Metro.co.uk telah memetakan lima titik penyeberangan perbatasan di Provinsi Jilin dan Liaoning, China, yang digunakan untuk mengirim mereka kembali ke Korea Utara.
Titik penyeberangan imigran ilegal Korea Utara di China ini termasuk Dandong ke Sinuiju, Changbai ke Hyesan, Helong ke Musan, Tumen ke Onsong dan Hunchun ke Kyongwon.
Menurut organisasi HAM di Seoul, Transitional Justice Working Group (TJWG), lokasi tersebut merupakan tempat penyeberangan para pembelot. Bus-bus dan mobil van yang dijaga ketat akan mengangkut ratusan pelarian tersebut masuk ke Korea Utara saat hari gelap.
Cheol-ok adalah salah satu dari sedikit warga Korea Utara yang baru-baru ini dipulangkan kembali ke negaranya. Setelah membelot pada usia 14 tahun pada tahun 1998, ia menetap di sebuah kota di Provinsi Jilin, China timur laut.
Seperti Kyu-li, dia dipaksa menikah dengan seorang pria China yang sudah disiapkan pelaku perdagangan orang, dan kemudian melahirkan seorang anak perempuan.
Dia sudah mencintai keluarganya selama 25 tahun terakhir. Tetapi tiba-tiba ditangkap karena alasan yang tidak diketahui pada tanggal 5 April, beberapa bulan sebelum kelahiran cucunya.
Setelah investigasi yang dilakukan oleh TJWG, Metro.co.uk mengungkapkan bahwa Cheol-ok ditahan di Rumah Detensi Imigrasi Baishan di Distrik Hunjiang, di Provinsi Jilin.
Terakhir kali Kyu-li berbicara dengan adik perempuannya adalah pada tanggal 4 April, sebelum dia meninggalkan rumah dan ditahan.
Setelah dipulangkan, Cheol-ok akan menghadapi hukuman berat, kerja paksa, kekurangan makanan, dan tidak ada akses untuk mendapatkan obat ketika sakit.
" Selain itu, pihak berwenang Korea Utara tidak peduli apakah tahanan, seperti kakak laki-laki saya, hidup atau mati di penjara.
" Dia membelot pada tahun 2002 dan mengalami hukuman berat dan kelaparan. Lokasi di mana dia dikuburkan masih belum diketahui," ungkap Kyu-li.
Tidak ada komunikasi yang terjalin dengan para pembelot sejak dipulangkan. Lokasi dan kesejahteraan mereka tidak diketahui dengan jelas.
Identitas mereka juga tidak diketahui, meskipun sebagian besar - lebih dari 70% - diperkirakan adalah perempuan.
Baik pemerintah China maupun Korut menolak berkomentar tentang deportasi baru-baru ini.
Hal ini terjadi setelah pemerintah Kim Jon Un mengumumkan pembukaan kembali perbatasan pada Agustus lalu, yang ditutup pada awal pandemi Covid-19.
Ada kekhawatiran besar sebanyak 1.500 orang akan dipulangkan ke Korut dalam beberapa bulan mendatang.
Namun, China tidak pernah mengakui mereka yang melarikan diri sebagai pembelot. China malah menyebut mereka sebagai 'migran ekonomi'.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR