Kisah Guru Ngaji Marsudin, Ikhlas Mengajar Tanpa Dibayar Meski Nafkah Hanya dari Jual Kangkung

Reporter : Sandy Mahaputra
Selasa, 12 April 2022 10:01
Kisah Guru Ngaji Marsudin, Ikhlas Mengajar Tanpa Dibayar Meski Nafkah Hanya dari Jual Kangkung
Kisah Marsudin, guru mengaji di pelosok Bali yang ikhlas tak dibayar. Demi mencukupi kebutuhan hidup, ia sehari-hari berjualan kangkung dan rela makan nasi aking.

Dream - Mengabdikan diri sebagai guru mengaji selama puluhan tahun tanpa mau digaji membuat Marsudin menjadi sosok panutan. Hampir 40 tahun Marsudin menjadi guru mengaji Alquran di pelosok Bali. Selama itu pula ia tidak mau diupah.

Dia mengajar warga mengaji dengan ikhlas tanpa ada pikiran ingin mendapatkan materi.

Tak hanya itu, setiap hari Marsudin harus menempuh medan yang berat agar bisa menemui para muridnya untuk mengajar mengaji.

Marsudin harus berjalan cukup jauh melintasi sungai besar yang kapan saja bisa meluap menghanyutkan tubuhnya. Sungai tersebut merupakan jalur lahar Gunung Agung. 

Guru mengaji di Bali rela tak dibayar

Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, Marsudin memilih berjualan kangkung.

1 dari 2 halaman

Jualan kangkung demi memenuhi kebutuhan sehari-hari

Tak kenal lelah tiap hari mencari kangkung, uang hasil penjualan sayuran itu diupayakannya dengan keras oleh Marsudin. Maklum uangnya akan digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari,

" Semua ia lakukan dengan ikhlas sambil terus berikhtiar. Sehari Ust. hanya mendapatkan 20 ribu dari hasil menjual kangkung. Itu pun jika kangkungnya sedang musim panen," dikutip dari website kitabisa.com, Senin 11 April 2022.

Jika tak menerima hasil dari berjualan kangkung, ia akan menjemur sisa nasinya dan sisa nasi milik tetangga. Kemudian menjualnya ke orang yang mencari bahan pakan dan kerupuk.

" Sekilonya dihargai Rp2500," demikian keterann dalam website.

2 dari 2 halaman

Makan nasi aking

Meski hanya mendapat penghasilan dari berjualan kangkung, Marsudin tak pernah mengeluh. Baginya yang penting ada lauk untuknya dan keluarga yang bisa dimakan.

" Ustad juga terbiasa berpuasa atau bahkan makan nasi aking. Jika memang tak ada uang sepeserpun" .

Meski serba terbatas, Marsudin tidak pernah meminta sepersen pun upah dari ia mengajar mengaji.

Setelah lelah mencari kangkung, dia akan langsung bersiap mengajar para santri di desanya. Satu harapannya, dia ingin anak-anak di desanya mengenal dan menjalankan ajaran agama Islam dengan baik.

Laporan: Nabila Hanum

Beri Komentar