Kisah Para Pesepakbola Muslim

Reporter : Syahid Latif
Rabu, 18 November 2015 22:26
Kisah Para Pesepakbola Muslim
Mereka berlatih dari jalanan. Lalu menjadi bintang. Tetap bersahaja.

Dream - Babak ke dua baru dibuka. Lelaki ini langsung merangsek. Dia terus berlari. Melewati dua pemain lawan, kakinya kian gesit. Hingga bola bundar itu cuma beberapa depa dari jaring. Sekali sentuh, kiper musuh hilang akal. Congkelan kaki kiri bikin jala bergetar. Lalu semua berseru, gollllll!

Tuan rumah unggul. Dan stadion Camp Nou bergemuruh. Puluhan ribu orang mengelu-elukan pria ini, yang sebagian penonton baru tahu namanya setelah setelah melihat papan skor. Dialah pencetak gol ke dua Barcelona dalam laga kontra Elche. Masih belia dan namanya Munir El Haddadi.

Usai laga Agustus 2014 itu, Munir menjadi headline surat kabar seantero negeri. Foto pemuda kelahiran Madrid ini menghias halaman muka koran serta sampul majalah-majalah di Negeri Matador itu. Semua mimpi Munir seperti menjadi kenyataan.

Dia memang pantas dicatat. Sebab petang itu, pemuda muslim ini tampil trengginas. Berlari tanpa lelah. Mencari peluang. Kadang turun jauh ke belakang, membantu pertahanan. Sekejap kemudian sudah berada di pertahanan lawan. Menebar ancaman ke gawang Elche.

Tapi sayang, peluang-peluang itu menguap begitu saja. Salah satu tendangannya hanya membentur tiang gawang. Hingga wasit meniup peluit tanda babak awal usai, Munir belum mencetak gol. Paruh pertama itu menjadi waktu paling mendebarkan bagi sang pendatang baru. Dan di babak ke dua, Munir masuk ke lapangan dengan segenap tenaga. Dia harus mencetak gol seperti sang idola, Lionel Messi.

Sampailah saat itu. Babak dua baru berjalan beberapa detik. Ivan Rakitik melepaskan umpan lambung dari tengah lapangan. Munir berlari kencang. Melepaskan diri dari jepitan dua pemain lawan. Bola yang baru memantul dari tanah itu dia sepak dengan punggung kaki kiri. Melewati kiper yang tersungkur. Meluncur ke pojok kiri gawang. Lahirlah gol ke dua pada detik ke 52 babak terakhir itu.

Laga itu tak akan dilupakan Munir. Dia bahkan tak bisa tidur pada malam sebelum pertandingan. Dia masih tak percaya namanya dilipih pelatih Luis Enrique. Namun dia segera sadar. Mimpi selama ini segera jadi nyata. Jantung Munir terus terpacu. Tak sabar melakoni laga impian itu.

“ Saya sangat bangga telah mencetak gol di Camp Nou dengan Messi dan pemain besar lain di sekeliling saya. Bermain bersama mereka adalah mimpi yang jadi kenyataan,” tutur Munir.

1 dari 2 halaman

Merangkak dari Jalanan

Merangkak dari Jalanan © Dream

Masuk skuad utama Blaurgana sungguh tidaklah mudah. Butuh kemampuan di atas rata-rata. Dan Munir punya syarat itu. Dia telah terasah selama menjalani penggemblengan di padepokan sepakbola Barca, La Masia.

Namun pencapaian itu tak gampang didapat. Butuh proses panjang. Tak sesingkat umur pertandingan bola, yang hanya 2 kali 45 menit saja. Munir harus meretas jalan dari jalanan. Merangkak dari bawah. Seperti banyak dilakukan imigran muslim di Benua Biru sana.

Ayah Munir, Mohamed El Haddadi, memang pendatang. Masuk ke Spanyol tanpa dokumen saat usia 18 tahun. Pada masa awal, harus hidup di jalanan. Menjadi pedagang kaki lima. Dikejar-kejar aparat keamanan. Hingga akhirnya berlabuh ke sebuah restoran sebagai juru masak.

Dari restoran itulah keluarga Munir mulai tertata. Sang ayah punya penghasilan cukup. Dan bos rumah makan itu memperkenalkan bakat Munir ke seteru abadi Barca, Real Madrid. Namun tim ibukota tak menaruh minat. Munir tak dianggap.

Jatuhlah bakat muda ini ke tetangga El Real, Atletico Madrid. Di sana, bocah kelahiran 1 September 1995 ini berkembang pesat. Semakin mumpuni mengolah si kulit bulat. Kemampuan itu kemudian diendus oleh pemandu bakat La Masia dan diboyong ke Barcelona. Sang “ wonderkid” digadang-gadang menjadi bintang masa depan Barca.

Dan kesempatan datang setelah Enrique membesut Barca pada 2014. Penampilan selama di tim yunior membuat Enrique kepincut. Munir membayar tuntas kepercayaan itu pada laga debut, 18 Agustus 2014 itu. Satu gol dia persembahkan. Meski akhirnya digantikan oleh seniornya, Pedro Rodrigues, pada menit 67.

2 dari 2 halaman

Bertabur Bakat Muslim

Bertabur Bakat Muslim © Dream

Talenta muslim di liga Eropa buka hanya Munir. Bakat-bakat muda ini tak hanya menjadi penghangat bangku cadangan saja. Mereka mampu menembus tim utama, yang tampil reguler di kasta tertinggi liga negara-negara Eropa. Bersaing menjadi yang terbaik di lapangan hijau.

Bergeserlah ke Gijon. Jauh di sebelah barat Barcelona. Di klub Sporting Gijon, bakat mulsim tengah mencorong. Dia adalah Allen Halilovic. Pemain yang dipinjam dari Barcelona. Pemuda 19 tahun ini disebut sebagai “ The Next Messi”. Di negaranya, Halilovic menjadi langganan Timnas Kroasia. Sejak U-14 hingga timnas senior.

Atau terbanglah ke Leicester. Kota di wilayah tengah Inggris itu kini sedang punya pujaan baru. Dia adalah Riyad Mahrez. Pemain muslim kelahiran Prancis yang bersinar awal musim ini. Pemuda keturunan Aljazair itu telah mencetak 7 gol. Menjadi yang terbanyak ke dua di Liga Inggris, setelah rekan setimnya, Jamie Vardy dengan 12 golnya.

Dulu, Mahrez bukanlah siapa-siapa. Saat remaja, dia diremehkan oleh setiap pelatih bola di kota kelahirannya, Sarcelles, Prancis. Mahrez dianggap tak punya masa depan di lapangan hijau karena postur tubuh yang kerempeng. Namun Mahrez tak pernah menyerah. Dengan didampingi sang ayah, dia berkelana di liga-liga amatir di kotanya.

Titik balik Mahrez terjadi pada 2006. Kala itu, sang ayah sakit keras. Sebelum meninggal, sang ayah berpesan agar Mahrez menjadi pemain bola. Kepergian sang ayah itulah yang membajakan tekad Mahrez yang kala itu masih berusia 15 tahun.

Sejak itu, hidup Mahrez semakin religius. Saban hari ke masjid. Berdoa. Memohon petunjuk Yang Maha Kuasa. Dia renungkan wasiat sang ayah. Hingga hatinya bulat. Sepak bola adalah jalan hidupnya. Giat berlatih dan memulai karier di klub lokal, Quimper sejak 2009.

Setahun kemudian dia pindah ke Le Havre II. Selama dua musim dia berada di klub yang berlaga di kasta ke dua Liga Prancis itu. Dan tahun lalu dia hijrah ke Leicester City. Turut mengangkat klub ini dari kasta ke dua ke kelas wahid di negeri Ratu Elizabeth itu.

Saat ini, Mahrez menjadi pemain sayap tersubur di Liga Inggris. Pertengahan Agustus silam, dia dinobatkan sebagai pemain terbaik Liga Inggris dalam sepekan. Gelar yang hanya diberikan kepada pemain dengan permainan paling bagus saja.

Munir, Halilovic, dan Mahrez, hanya sebagian saja. Masih banyak lagi bakat-bakat muslim yang siap menggantikan pemain-pemain top di liga Eropa. Bibit-bibit muda inilah yang akan mengganti bintang-bintang muslim di sepakbola Eropa.

Saat ini boleh jadi masih bertengger nama-nama beken sekelas Mesut Ozil di Arsenal, yang baru memecahkan rekor legenda Inggris, Eric Cantona, sebagai pemain dengan rata-rata assist paling banyak perpertandingan. Atau Karim Benzema di Madrid yang baru masuk jajaran 10 pencetak gol terbanyak di Liga Champion Eropa.

Boleh jadi beberapa tahun ke depan bakat-bakat muda ini akan menggantikan nama-nama tenar itu. Bahkan melampaui mereka. Menjadi legenda pemain muslim lainnya yang sudah pensiun, seperti Zinedine Zidane dan Thiery Henry yang mempersembahkan trofi Piala Dunia untuk negaranya pada 1998.

Beri Komentar