Dream – Mahabbah atau cinta kepada Nabi Muhammad SAW merupakan modal utama untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Kecintaan kepada sang kekasih Allah SWT ini tidak cukup hanya diucapkan, melainkan butuh pembuktian yang nyata.
Dari sekian banyak cara untuk membuktikan cinta kepasa Rasulullah SAW, ada dua yang dapat Sahabat Dream lakukan. Yaitu pertama memperbanyak sholawat dan yang kedua dengan memperbanyak sedekah.
Sebuah kisah tentang mahabbah bisa dilihat dari cerita Abu Lahab. Ia adalah paman Nabi Muhammad SAW yang dikenal menolak keras ajaran Islam. Bahkan Abu Lahab menghalang-halangi dakwah Sang Nabi hingga hendak membunuhnya.
Padahal, Abu Lahab adalah orang yang paling berbahagia ketika kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Namun demikian, karena ia tidak beriman kepada Allah maka ia mati dalam keadaan kafir.
Namun demikian, sebuah riwayat menyebutkan bahwa Abu Lahab dibebaskan dari siksa kubur setiap malam Senin hanya karena mahabbah (cinta) atas kelahiran Rasulullah SAW.
Dikisahkan pula seorang sahabat yang sangat dicintai Nabi SAW meskipun ia terkenal pemabuk dan suka berbuat maksiat. Sahabat tersebut bernama Nu’aiman.
Nabi SAW sangat mencintainya karena dialah yang selalu membuat beliau SAW tertawa bahagia di kala sedang bersedih.
Dikisahkan, Sahabat Nu’aiman wafat. Rasulullah SAW sendirilah yang memandikan, mengkafani dan memakamkan jenazahnya. Ketika para sahabat lain sudah pergi meninggalkan pemakaman, Rasulullah SAW sengaja tetap tinggal untuk mendengar jawaban Nu’aiman saat ditanya Malaikat Munkar dan Nakir.
Tak lama kemudian, Malaikat Munkar dan Nakir mendatangi Nu’aiman. Kemudian bertanya, “Siapa Tuhanmu?” Dengan tegas Nu’aiman menjawab, “Allah.”
Akan tetapi ketika diberi pertanyaan kedua, “Siapa Nabimu?” Nu’aiman hanya diam saja meskipun pertanyaan itu diulang beberapa kali.
Akhirnya ia pun menjawab setelah ditanya ke sekian kali oleh Malaikat Munkar dan Nakir, “Sssttt…! Jangan keras-keras. Orang yang kalian tanyakan masih ada di atas sana.” Mendengar jawaban dari Nu’aiman tersebut, Rasulullah SAW pun tersenyum.
Kisah tersebut disampaikan dalam ceramah Imam Syajaroh, pengasuh Pondok Pesantren Ibnu Hadi Sleman, Yogyakarta.
Kisah Nu’aiman dan Abu Lahab di atas menjelaskan betapa penting bagi umat Islam untuk mencitai Rasulullah SAW.
Tidaklah pantas bagi kita untuk tidak mencintainya, sebab ketika menjelang wafat, yang dikhawatirkan beliau SAW hanyalah umatnya.
Beliau sangat mencintai umatnya, sehingga ketika usianya sudah habis, beliau khawatir dengan kondisi kita yang semakin jauh dari ajaran Islam.
Mencintai Nabi SAW seharusnya dilakukan hanya untuk mengharap keridhaan Allah SWT semata. Kita mungkin belum sepenuhnya mampu melaksanakan seluruh ajaran yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW, sehingga perlu lebih meningkatkan rasa cinta terhadapnya. Cinta kepada Nabi merupakan salah satu jalan untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT, yang akan mengakibatkan pengampunan atas segala dosa dan kesalahan kita.