Kisah Wanita Yang Taat Beribadah Masuk Neraka Karena Air Wudu (Shutterstock)
Dream - Segala sesuatunya telah ditakdirkan oleh Allah SWT, begitu juga dengan manusia. Setiap manusia memiliki takdirnya masing-masing.
Takdir itu telah ditetapkan oleh Allah SWT sebelum manusia ada di dunia. Tugas manusia adalah melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.
Seperti kisah tentang dua manusia yang hidup dalam kondisi kontras berikut ini. Seorang laki-laki kaya-raya dan perempuan serba kekurangan.
Dalam kesehariannya, keduanya tampak begitu berbeda. Sang lelaki hidup dalam kesibukan duniawi. Sementara wanita yang miskin itu justru menghabiskan waktunya untuk selalu beribadah.
Si perempuan miskin hanya memiliki satu harta yang bisa terlihat oleh tetangganya, yakni sebuah bejana dengan persediaan air wudu di dalamnya.
Ya, bagi wanita taat ini, air wudu menjadi kekayaan yang membanggakan meski hidup masih pas-pasan.
Syekh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani dalam kitab al-Minahus Saniyyah mengisahkan, suatu ketika ada seorang yang mengambil wudu dari bejana milik perempuan itu.
Melihat hal demikian, si perempuan berbisik dalam hati, “ Kalau air itu habis, lalu bagaimana aku akan berwudu untuk menunaikan sembahyang sunnah nanti malam?”
Apa yang tampak secara lahir tak selalu menunjukkan keadaan sebenarnya. Diceritakan, setelah meninggal dunia, keadaan keduanya jauh berbeda.
Sang lelaki kaya-raya itu mendapat kenikmatan surga, sementara si perempuan yang taat beribadah itu justru masuk neraka. Mengapa bisa demikian?
Lelaki kaya-raya tersebut menerima kemuliaan lantaran sikap zuhudnya dari gemerlap duniawi.
Kekayaannya yang banyak tak lantas membuatnya larut dalam kemewahan, cinta dunia, serta kebakhilan.
Apa yang dimilikinya semata untuk kebutuhan hidup, menunjang keadaan untuk mencari ridha Allah. Pandangan hidup semacam ini tak dimiliki si perempuan.
Hidupnya yang serba kekurangan justru menjerumuskan hatinya pada cinta kebendaan.
Buktinya, ia tak mampu merelakan orang lain berwudu dengan airnya, meski dengan alasan untuk beribadah.
Ketidakikhlasannya adalah petunjuk bahwa ia miskin bukan karena terlepas dari cinta kebendaan melainkan “ dipaksa” oleh keadaan.
Syekh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani menjelaskan dalam kitab yang sama bahwa zuhud adalah meninggalkan kecenderungan hati pada kesenangan duniawi, tapi bukan berarti mengosongkan tangan dari harta sama sekali.
Segenap kekayaan dunia direngkuh untuk memenuhi kadar kebutuhan dan memaksimalkan keadaan untuk beribadah kepada-Nya.
Nasihat ulama sufi ini juga berlaku kebalikannya. Untuk cinta dunia, seseorang tak mesti menjadi kaya raya terlebih dahulu.
Karena zuhud memang berurusan dengan hati, bukan secara langsung dengan alam bendawi.
Sumber: NU Online
Bacaan Ijab Kabul Bahasa Arab dan Indonesia, Lengkap dengan Ucapan Tawkil Wali
Jerry Adriaan Pessiwarisa - Proses Pengembalian Dana Pembatalan Haji (BPKH Talks) - DreamID
Potret Rumah Serba Pink di Tengah Desa, Tampilannya Super Cantik, Bikin Betah Seharian!
Potret Cantiknya Inara Rusli saat Hadir Sidang Cerai dengan Virgoun