KNKT Nyatakan AirAsia QZ8501 Jatuh Bukan karena Cuaca

Reporter : Dwi Ratih
Selasa, 1 Desember 2015 15:47
KNKT Nyatakan AirAsia QZ8501 Jatuh Bukan karena Cuaca
Ketua Tim Investigasi AirAsia QZ8501 Mardjono mengatakan penyebab jatuhnya pesawat yaitu adanya gangguan pada sistem RTL di bawah ekor pesawat.

Dream - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah menyelesaikan investigasi terkait kasus jatuhnya pesawat milik maskapai penerbangan asal Malaysia, AirAsia QZ8501. Pesawat tersebut jatuh di Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah saat terbang dari Surabaya menuju Singapura pada 28 Desember 2014 lalu.

" Dibutuhkan waktu sekitar 11 bulan hingga akhirnya kami berani mengeluarkan data, kronologi jatuhnya pesawat dan rekomendasi untuk semua pihak terkait," ujar Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dalam konferensi pers hasil investigasi di Gedung KNKT, Jakarta, Selasa, 1 Desember 2015.

Proses investigasi dijalankan oleh beberapa tim yang terbagi sesuai tugas masing-masing. Beberapa tugas investigasi tersebut meliputi operasi, enginering, human factor dan kelompok ATC.

Ketua Tim Investigasi AirAsia QZ8501 Mardjono Siswosuwarno mengatakan pesawat tersebut lepas landas dari Bandara Juanda pada pukul 05.35 WIB dan terbang pada ketinggian 32.000 kami melalui jalur M 635.

Pada ketinggian itu, kata dia, terjadi gangguan pada sistem RTL dan pilot dapat mengatasi dengan prosedur selazimnya.

Meski begitu, KNKT mendapat sejumlah temuan terkait penyebab kejatuhan pesawat itu. Tetapi, dia menerangkan tim tidak menemukan bukti faktor cuaca yang menjadi penyebab kejatuhan pesawat itu.

" Begitu pula kami juga tidak akan pernah menyatakan bahwa ini human error. Semua tindakan pilot sesuai dengan prosedur yang diperintahkan e-cam," kata Mardjono.

Mardjono mengatakan tim menemukan fakta terjadinya 23 kali gangguan pada sistem Rudder Travel Limiter (RTL) pada pesawat tersebut. Fakta itu didapat setelah bangkai pesawat berhasil diangkat.

" Setelah diangkat bangkainya kami bawa ke pabriknya di paris kemudian terdeteksi retakan solder pada electronic module yang terdapat di Rudder Travel Limiter (RTLU) yang lokasinya berada di vertical stabilizer atau ekor pesawatlah, yang menyebabkan kecelakaan terjadi," pungkas Marjono. (Ism) 

Beri Komentar