Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memang telah mengeluarkan hasil penyelidikan sementara terkait jatuhnya pesawat Lion Air JT610 di Tanjung Karawang, Jawa Barat. Namun, penyelidikan kecelakaan itu masih terus berlangsung.
Tak hanya memeriksa data Flight Data Recorder (FDR) di kotak hitam yang ditemukan di dasar laut. Penyelidik KNKT juga telah mewawancarai teknisi pesawat Lion Air dengan nomor registrasi PK-LQP tersebut.
Penyelidik, kata Ketua Sub Komite Invesitasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo, menanyakan cara perbaikan ketika pesawat mengalami kerusakan.
" Mereka bilang, 'Saya mengacu buku. Sekian buku bilang apa, ikutin'," Nurcahyo menjelaskan jawaban teknisi Lion Air, Kamis 29 November 2018.
" Kan banyak sekali judul, apakah dia memilih judul yang sesuai. Kalau memang judulnya sesuai apakah itu bisa menyelesaikan masalah. Itu lah yang sedang kita pelajari," tambah dia.
Setelah itu, barulah diketahui apakah ada kesalahan dari pilot atau tidak dalam menangkap informasi yang ada di dalam kokpit. " Apakah buku-bukunya sudah sesuai, apakah trainingnya cukup," imbuh Nurcahyo.
Selain wawancara, KNKT akan menyimulasikan black box dari data Flight Data Recorder (FDR). Sementara Cockpit Voice Recorder (CVR) hingga kini belum ditemukan.
" Kita akan mencoba recreate, mengulang kecelakaan ini, berdasarkan data FDR. Hanya saja mengulang ini tidak bisa di tempat simulator pilot training, harus di engineer simulator," ucap Nurcahyo.
Dalam simulasi itu, akan bisa diketahui data FDR yang muncul di dalam kokpit sebelum pesawat mengalami kecelakaan. " Kita akan melihat apa saja informasi yang dilihat pilot di kokpit," ucap dia.
Dream - Fakta mengenai jatuhnya pesawat Lion Air JT610 perlahan-lahan terkuak. Dalam laporan terbaru yang terdapat di kotak hitam, terungkap betapa keras usaha dua pilot untuk tetap mengudara.
Laman Business Insider, yang mengutip The New York Times menyebut terjadi kesalahan sistem otomatis. Sistem Boeing generasi terbaru, yang mencegah hidung pesawat terlalu tinggi dan stall, itu diduga memaksa hidung pesawat Lion Air turun karena kesalahan sensor mengirim data ke badan pesawat.
Menurut informasi yang dikumpulkan dari kotak hitam, JT610 berulang kali didorong ke posisi turun. Kondisi itu diduga disebabkan oleh sensor sistem yang tidak berfungsi otomatis. Kesalahan itu mulai terjadi beberapa saat setelah lepas landas.
Saat sayap-sayap ditarik pada ketinggian 3.000 kaki, kedua pilot berjuang hidup dan mati menghadapi sistem anti-stall otomatis baru yang dilaporkan tidak disebut dalam manual kokpit dari Boeing 737 Max 8.
Pembacaan pada data recorder itu juga membantah pesawat telah meledak di udara. Kolom kendali pesawat mulai bergetar saat terbang, mengarah ke stall atau kehilangan daya dorong.
Selama 13 menit berikutnya, pilot dan sistem beradu kendali. Lebih dari 24 kali pilot berusaha merebut kendali, sebelum akhirnya jatuh dengan kecepatan 724 kilometer per jam.
" Para pilot terus bertempur sampai akhir penerbangan," kata Kepala Subkomite Kecelakaan Udara dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Kapten Nurcahyo Utomo.
Nurcahyo mengatakan, pada kasus Lion Air Flight JT610 sistem pencegahan-stall telah diaktifkan dan merupakan fokus utama penyelidikan.
“ Jika pilot Lion Air 610 benar-benar menghadapi keadaan darurat dengan sistem anti-stall semacam ini, mereka harus mengambil serangkaian langkah cepat yang rumit untuk memahami apa yang terjadi dan membuat pesawat terbang normal kembali. Langkah-langkah ini tidak ada dalam manual, dan pilot tidak dilatih di dalamnya," kata dia.
Sudah banyak kecurigaan para peneliti adalah sistem augmentasi karakteristik manuver, atau MCAS, sistem anti-stall Boeing yang baru
MCAS dimaksudkan untuk menghentikan pilot ketika mendorong hidung pesawat terlalu tinggi. Sebab, cara itu dapat memengaruhi kecepatan dan menyebabkan stall.
Dari penjelasan itu muncul pertanyaan yang masih menjadi misteri: mengapa pilot tidak mematikan sistem kontrol itu, yang hari sebelumnya telah dilakukan pilot ketika mereka mengalami masalah yang sama?
Menurut Allied Pilots Association, banyak penerbang, pekerja, dan organisasi pelatihan penerbangan tidak menemukan satu pun dokumentasi termasuk manual pilot untuk Boeing 737 Max 8.
Boeing menolak keras menahan informasi tentang sistem setelah kecelakaan itu. Tapi, Boeing telah dikritik karena kurangnya pelatihan dan persiapan pada pilot.
Sebelumnya, Boeing dan Federal Aviation Administration (FAA) mengeluarkan petunjuk yang memberitahukan awak pesawat tentang sistem ini. Disebut, sistem anti-stall ini dirancang untuk memberikan perlindungan ekstra terhadap pilot yang kehilangan kontrol.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!