Masyarakat Sparta pada zaman kuno melakukannya, dan reputasi mereka terkenal karena semangat perjuangan dan keberanian yang luar biasa.
Masyarakat Sparta pada zaman kuno melakukannya, dan reputasi mereka terkenal karena semangat perjuangan dan keberanian yang luar biasa.
Pernahkah Anda membayangkan kehidupan tanpa tembok sebagai bentuk perlindungan? Hal ini dilakukan oleh orang-orang Sparta kuno, yang terkenal dengan semangat perjuangan dan keberanian yang luar biasa.
Keyakinan mereka pada kemampuan sendiri membuat mereka merasa tak perlu tembok, karena pasukan mereka sendiri yang bertindak sebagai perlindungan.
Di dalam era modern yang dipenuhi dengan teknologi, mungkin kita merasa terkejut dengan pandangan ini. Namun, para Spartiates, sebutan untuk mereka, hidup dalam zaman yang berbeda di mana keberanian dan kekuatan fisik memiliki nilai yang tinggi.
Sparta, yang terletak di semenanjung selatan Yunani, Peloponnese, merupakan salah satu kota tertua dan terkuat dalam sejarah. Mungkin Anda familiar dengan kisah Helen dari Troya yang menikah dengan raja Sparta, peristiwa yang memicu Perang Troya.
Pada abad ke-2 SM, Sparta juga menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi. Kota ini tidak hanya memiliki sejarah yang kaya, tetapi juga telah menjadi ikon dalam budaya populer melalui karya-karya seperti film " 300" dan " Troy," serta permainan video seperti " Assassins' Creed: Odyssey" dan " Rome: Total War."
Namun, yang menarik, Sparta terkenal di dunia kuno bukan karena tembok yang kokoh, tetapi karena ketiadaan tembok. Mereka tinggal di kota tanpa dinding, membedakannya dari kota-kota Yunani lainnya.
Thucydides, sejarawan Athena, mencatat primitifnya urbanisasi Sparta. Plato, filsuf terkenal, melihat tanpa temboknya Sparta sebagai simbol keunggulan prajurit yang adil dan pemberani.
Lycurgus, pendiri mitos Sparta, mengatakan, " Sebuah kota akan kuat jika dikelilingi oleh pribadi pemberani, bukan oleh batu bata." Ini adalah pandangan mendasar Sparta tentang kekuatan sejati.
Tokoh Sparta lainnya mengejek kota-kota yang membangun tembok, menyebutnya sebagai " tempat yang baik untuk wanita."
Walaupun tanpa tembok, Sparta tak rentan. Mereka melindungi diri dengan pasukan prajurit tangguh. Sparta mengandalkan keberanian, bukan dinding batu, menghadapi ancaman.
Meskipun begitu, bukan berarti Sparta mengesampingkan nilai tembok sama sekali. Mereka memandang tembok sebagai pembatas yang mengisolasi kota-kota Yunani lainnya.
Inilah mungkin yang membuat mereka berusaha meyakinkan warga Athena untuk tidak mendirikan tembok di sekitar kota mereka.
Sparta tidak ingin melihat Athena dengan tembok yang kokoh karena mereka tahu bahwa Athena dapat menjadi ancaman serius terhadap dominasi mereka di darat.
Sumber: Greek Reporter
Sumber: Greek Reporter
Pada abad ke-5 SM, dalam persaingan persenjataan di antara kota-kota Yunani, Athena berkeinginan untuk memiliki tembok mereka sendiri, sejajar dengan anggota konfederasi lainnya.
Menurut Thucydides, orang Sparta akhirnya begitu cemas terhadap kekuatan yang cepat berkembang di Athena sehingga mereka terperangkap dalam " perangkap Thucydides," di mana kekuatan dominan membiarkan ketakutan mereka terhadap kekuatan yang tumbuh memicu konflik.
Hal ini menghasilkan Perang Peloponnesos, yang terjadi sekitar tahun 431 hingga 404 SM.
Sumber: Greek Reporter
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN