Mahasiswi di Sulut Tawarkan Jual Ginjal Demi Bangun Jembatan di Desa

Reporter : Okti Nur Alifia
Kamis, 12 Mei 2022 11:01
Mahasiswi di Sulut Tawarkan Jual Ginjal Demi Bangun Jembatan di Desa
“Saya mau jual ginjal untuk pembangunan jembatan Goyo,” tulis sang mahasiswi.

Dream - Alin Pangalima, warga Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) yang berstatus mahasiswi membuat keputusan mengejutkan. Alin memutuskan menawarkan ginjalnya dengan harapan uang hasil penjualan cukup untuk membangun jembatan di desanya.

Keputusan warga dari Desa Goyo, Kecamatan Bolangitang Barat, di Sulawesi Utara (Sulut) seketika viral di media sosial. Lewat unggahan di akun Facebook 'Alin Pangalima' dia mengatakan dana daerah tidak cukup untuk membiayai pembangunan jembatan yang sudah 16 tahun mangkrak.

Dia pun memutuskan mempromosikan ginjalnya di akun Facebooknya pada 6 Mei 2022. Setidaknya dengan menjual ginjal, Alin berharap bisa sedikit membantu biaya pembangunan jembatan tersebut.

“ Saya mau jual ginjal untuk pembangunan jembatan Goyo,” tulis Alin dalam kertas besar yang ia gunakan untuk promosi ginjalnya.

Langkah tak lazim yang ditempuh Alin ternyata sudah dipikirkan matang-matang. Dia juga merasa punya alasan kuat untuk memperjuangan pembangunan kembatan di desanya itu.

1 dari 3 halaman

Kondisi Jembatan Saat Banjir dan Biaya Menyeberang

Alin salah satunya menyoroti akses jembatan penghubung antara Ollot dan Goyo ketika terjadi banjir dan menyebabkan sungai meluap.

" Bayangkan jika ada orang yang lagi kena sial, terus masuk ke dalam sungai, lalu tenggelam dan meninggal, siapa yang bertanggung jawab?" tanya dia.

Alasan lain yang dikemukan Alin adalah biaya untuk menggunakan jasa penyeberangan sungai menggunakan rakit memberatkan warga. Saat kondisi normal, setiap penyeberang dikenakan biaya Rp3.000 untuk sekali jalan.

Untuk warga Bolangitang yang rutin berkebun, Alin menghitung setidaknya uang senilai Rp6.000 pe rhari harus dikeluarkan.

BIaya itu akan membengkak ketika sungai sedang banjir dan air meluap. Sekali menyeberang warga dikenakan tarif Rp10.000 sekali lewat dengan risiko yang cukup tinggi.

" Bayangkan jika datang musim penghujan, berapa biaya yang harus dikeluarkan, sedangkan penghasilan masyarakat rata-rata memprihatinkan (soalnya kita rasa sandiri)," tanya Alin kembali.

2 dari 3 halaman

Tiang Jembatan Sudah 16 Tahun Lamanya dan Banyak Kecelakaan

Alin juga beralasan tiang jembatan yang ia sebut sudah ‘tatono’ selama kurang lebih 16 tahun lama tak pernah diperbaiki. Bahkan sebelum Bolmut ditetapkan sebagai daerah otonom baru di Sulawesi Utara.

" Sangat disayangkan jika pemerintah terus mempertontonkan kegagalan di tengah masyarakat dengan dalih 'nanti, nanti, nanti.'" lanjutnya.

Tak sekadar berucap soal bahaya yang mengintai, Alin menyebut banyak kecelakaan yang terjadi saat warga menyeberangai sungai baik saat kondisi hujan maupun tidak. Gadis ini sering menjadi saksi ketika kecelakaan itu terjadi di depan mata. 

" Mungkin bisa ditanyakan kepada yang bertugas menyeberangkan kendaraan, berapa korban yang sudah 'tabulengkar' di situ," kata dia.

3 dari 3 halaman

Desa Goyo yang Tertinggal

Alin Pangalima

Dari semua alasan itu Alin hanya tak ingin melihat Desa Goyo tertinggal dibandingkan daerah lainnya hanya karena tidak adanya jembatan. Tak dipungkiri ada rasa iri dalam diri Alin dengan desa bernama Pangkusa yang berada di pedalaman dan sulit jaringan tetapi memiliki jembatan.

" Bukan hanya jembatan yang terbengkalai, tapi jalan juga yang belum diaspal sepenuhnya membuat masyarakat menjadi berlipat ganda kesulitannya," terangnya.

" Jika orang hamil muda lewat secara terus-menerus di Jalan Goyo itu pasti akan mengalami keguguran atau bahkan lahir prematur. Juga banyaknya kecelakaan yang terjadi menjadikan ini sekali lagi layak diusut tuntas. Sangat disayangkan sekali," pungkasnya.

Beri Komentar