Tim Jadi Canvas Hidup Bagi Seniman Tato Terkenal Wim Delvoye. (Foto: Cuplikan Video YouTube)
Dream - Museum of Old and New Art (MONA) di Tasmania, Australia, menjadi salah satu museum yang terpaksa tutup karena pandemi Covid-19.
Namun, ada pajangan spesial yang membuat MONA menjadi satu-satunya museum paling unik di Australia meski sudah tutup selama beberapa pekan terakhir
Pajangan itu adalah galeri seni pada tubuh manusia yang diperagakan oleh Tim, mantan pemilik salon tato di Zurich, Swiss.
Dilansir OddityCentral.com, Tim mengizinkan tubuhnya jadi galeri seni oleh seniman tato Wim Delvoye pada tahun 2006.
Sejak itu, Tim sering memamerkan seni tato pada tubuhnya di museum dan galeri seni di berbagai negara.
Namun sejak 2011, Tim datang ke MONA tiga kali dalam setahun. Dia akan menjadi galeri seni hidup yang bisa berlangsung hingga enam bulan.
Dalam diamnya, Tim akan duduk bersila di depan museum untuk memamerkan karya seni Delvoye.
Dan meskipun MONA ditutup sejak 18 Maret akibat pandemi Covid-19, Tim akan terus jadi galeri seni hidup di depan museum kosong itu selama enam jam sehari.
Tim tidak pernah wawancara. Tim juga tak pernah bicara ke orang lain selama pameran atau menunjukkan wajahnya.
Tim bersedia menjadikan tubuhnya sebagai 'kanvas' bagi karya seni Wim Delvoye melalui pacarnya.
Delvoye membutuhkan waktu 40 jam selama dua tahun untuk membuat tato di seluruh tubuh Tim.
Namun ada hal mengerikan yang menanti Tim ketika dia meninggal dunia di kemudian hari.
Tato-tato di tubuhnya ternyata sudah 'terjual' ke para kolektor seni terkenal di dunia.
Jika Tim meninggal, maka kulit yang ada tatonya akan diambil oleh para kolektor seni tersebut.
Kulit tersebut kemudian diberi frame seperti layaknya karya seni lukis. Hanya saja yang menjadi kavasnya adalah kulit manusia betulan.
Advertisement
4 Cara Ampuh Hilangkan Lemak di Perut, Cobain Yuk!
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal