Dream – Umat Islam tentu sudah familiar dengan kisah Nabi Nuh as. Terlebih mengenai bahtera beliau yang sangat besar dan digunakan untuk mengangkut makhluk Allah SWT, termasuk hewan.
Pembutan kapal itu adalah atas perintah Allah SWT untuk menyelamatkan Nabi Nuh, kaumnya yang beriman , serta hewan dari air bah. Kisah itu mendorong rasa penasaran para peneliti tentang keberadaan kapal Nabi Nuh.
Lalu, bagaimana fakta sebenarnya tentang keberadaan kapal Nabi Nuh? Berikut sebagaimana dirangkum Dream melalui berbagai sumber.
Untuk mengetahui keberadaan kapal Nabi Nuh, para peneliti membentuk sebuah tim, yakni Peneliti Gunung Ararat dan Bahtera Nuh. Di mana melibatkan tiga universitas Turki dan Amerika Serikat.
Inti penemuan itu adalah ditemukannya formasi Durupinar yang berada di distrik Dogubayazit di Agri, Turki.
Menurut Al-Quran surat Hud ayat 44, kapal Nabi Nuh berlabuh di Joudi, yakni puncak tertinggi dari gunung-gunung Ararat di Armenia. Sedangkan menurut Bibel adalah di Gunung Ararat sebagaimana dijelaskan dalam Kejadian 8, 4.
Menurut Dr Maurice Bucaille, nama Joudi sendiri sebenarnya ada banyak di Arabia. Sehingga bisa saja terjadi persamaan nama yang mungkin dibuat-buat.
Penemuan tentang bahtera Nabi Nuh yang lebih modern, secara teratur dimulai dari adanya laporan seorang dokter mata yang melihat ada formasi buatan di atas gunung tahun 1940.
Selain itu, ada klaim para pendeta Injil yang menemukan kayu dalam kondisi sudah membatu di puncaknya tahun 2000-an.
Arkeolog dari Turki melakukan penggalian yang kemudian diyakini sebagai sisa kapal yang mirip dengan bahtera Nabi Nuh.
Diberitakan oleh surat kabar Turki Hurriyet, proyek itu dimulai tahun 2021 yang tujuannya untuk mengeksplorasi formasi geologi di wilayah itu dan mengungkap wawasan sejarah kuno.
Penemuan itu berada di formasi Durupinar, yakni fitur geografis setinggi 538 kaki.
Di mana sebagian besar terdiri dari limonit. Beberap orang meyakini hal itu sebagai sisa-sisa dari bahtera Nabi Nuh.
Penggalian yang dilakukan di formasi Durupinar tersebut dilakukan pengambilan sampel pada batuan dan tanah tua. Mereka menemukan adanya bahan tanah liat, bahan laut, dan makanan laut dalam formasi geologi.
Penelitian itu menemukan tentang adanya aktivitas manusia di wilayah itu antara tahun 5500 sampai 3000 sebelum Masehi.
Profesor Faruk Kaya, yakni Wakil Rektor AICU menjelaskan bahwa banjir yang dialami Nabi Nuh sebagaimana diceritakan dalam Injil terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu.
Dalam hal, ditekankan untuk penting diketahui bahwa keberadaan kapal Nabi Nuh tidak bisa dikonfirmasi hanya melalui penanggalan saja. Perlu adanya penelitian dan analisis ekstensif lebih lanjut untuk bisa membuktikannya.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN