Dua Lansia Tinggal Di Kandang Kambing Di Karawang (Merdeka.com/Bram Salam)
Dream - Kisah hidup dua wanita lanjut usia ini sungguh memprihatinkan. Mereka terpaksa menikmati masa senja dengan tinggal di tempat sangat tidak layak.
Mak Uka, 80 tahun dan Mak Icih, 70 tahun, merupakan kakak beradik warga Desa Medang Asem, Jayakerta, Karawang, Jawa Barat. Sudah puluhan tahun mereka tinggal di kandang kambing minim penerangan.
" Kalau tidur bareng sama kambing dan malam hari tidak ada penerangan, hanya cahaya lampu minyak," ujar Mak Uka, dikutip dari Merdeka.com.
Keduanya juga masih harus berjuang untuk bertahan hidup. Bahkan lebih sering kebutuhan mendasar terutama makan jarang bisa terpenuhi.
Beruntung, masih banyak warga yang peduli. Mereka membantu memenuhi kebutuhan Mak Uka dan Mak Icih.
Sesekali, warga menawarkan pekerjaan dengan imbalan upah. Meski begitu, pekerjaan yang diberikan tidak berat mengingat usia keduanya sudah begitu senja.
" Sesekali suka ada dari pekerjaan membantu tetangga, tapi ya namanya juga nenek-nenek, kerjanya semampunya. Buruhnya juga seikhlasnya, selebihnya untuk makan sehari-hari mengandalkan pemberian dari yang merasa kasihan saja," kata Mak Uka.
Kondisi keduanya semakin miris lantaran tidak mendapat bantuan dari pemerintah setempat. Hal ini dibenarkan oleh salah satu warga, Ayu Retna Rassani, 24 tahun.
" Saya sempat datang ke lokasi, informasi dari dua janda lansia tidak pernah dapat bantuan," kata dia.
Ayu mengatakan keduanya pernah bercerita harus menahan rasa lapar lantaran tidak ada makanan. Bahkan makanan kecil sekadar mengganjal perut pun tak ada.
" Tidak jarang keduanya kelaparan karena tidak ada uang," ucap Ayu.
Lebih lanjut, Ayu berharap ada kepedulian dari pemerintah setempat kepada dua lansia ini. Sehingga mereka bisa tinggal di tempat yang lebih layak.
" Berharap ada bantuan untuk keduanya supaya bertahan hidup," tutur Ayu.
Sumber: Merdeka.com/Bram Salam
Dream - Kencangkan ikat pinggang. Idiom itu dipakai untuk berhemat. Menekan pengeluaran agar cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Tapi, istilah itu benar-benar dilakukan oleh sepasang suami istri lansia di Desa Poni-poniki, Kecamatan Motui, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
Istilah itu dilakukan bukan dalam artian penghematan. Tapi karena menahan lapar karena tak ada makanan yang bisa dikonsumsi. Inilah kisah prihatin pasangan Tahir dan Nauru.
" Tetangga tak setiap hari bawa makanan. Suami juga tidak setiap hari dapat uang," kata Nuru, dilaporkan Liputan6.com, Selasa 2 April 2019.
Sehari-hari, Tahir bekerja sebagai pemanjat kelapa dengan upah sistem bagi hasil. Setiap kelapa yang berhasil dia dapat, akan dikupas dan dijemur untuk dijadikan kopra.
Tapi, semenjak tubuhnya bongkok, dia tak dapat lagi memanjat banyak pohon kelapa.
Tahir dan Nuru hidup dalam kemiskinan. Pasangan ini hanya hidup berdua dan tak memiliki keluarga.
" Tahir sekarang hanya bertugas memungut kelapa supaya dapat uang untuk membeli makanan mereka berdua. Kalau terpaksa, kadang masih panjat juga," kata Lislani, tetangga pasangan itu.
Kasmin, tetangga yang lain, menyebut pasangan ini tinggal di gubuk yang dibangunkan warga. Rumah tersebut terletak di dalam lorong yang tak begitu jauh dari jalan raya.
Gubuk tersebut terbuat dari kayu beratap rumbia. Terkadang, Nuru dan Tahir mengandalkan sambungan listrik dari tetangga, namun kadang hanya menggunakan penerangan lampu minyak.
" Kalau lihat langsung rumahnya, mirip kandang. Kasihan sebenarnya, kami juga sudah berusaha bantu-bantu," ujar Kasmin.
Tetangga lainnya, Asman, mengatakan, pasangan ini tak mendapat bantuan untuk warga miskin.
" Bantuan warga miskin sepertinya tak pernah mereka terima. Sebab, identitas mereka kata beberapa pihak tak jelas," kata Asman.
Sumber: Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua
Dream - Selama puluhan tahun, para lansia di Korea Selatan dan Korea Utara hanya bisa berharap bertemu dengan keluarganya di negeri seberang. Mungkin banyak dari mereka yang berpikir momen itu hanya bakal jadi mimpi.
Pada Senin kemarin, 20 Agustus 2018, rupanya mimpi itu menjadi kenyataan. Dengan linangan air mata keharuan, para lansia itu akhirnya bisa bertemu dengan keluarga setelah 70 tahun terpisah akibat perang saudara.
Masing-masing dari mereka menunjukkan foto keluarganya untuk mengingatkan kembali kehangatan masa lalu. Mereka saling berpelukan, bergandengan tangan demi melepas rasa rindu yang membuncah.
Seperti dialami lansia asal Korea Selatan, Han Shin-ja, 99 tahun. Dia menangis bahagia bisa bertemu dengan dua putrinya yang kini sudah berusia 72 dan 69 tahun.
Advertisement
Doodle Art Indonesia, Tempat Ngumpul para Seniman Doodle
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Momen Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Pengganti Kerugian Negara Rp13,25 Triliun dari Korupsi CPO
Mantan Ketum PSSI Usulkan STY Kembali Latih Timnas, Ini Alasannya
9 Kalimat Pengganti “Tidak Apa-Apa” yang Lebih Hangat dan Empatik Saat Menenangkan Orang Lain
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
PT Taisho Luncurkan Counterpain Medicated Plaster, Inovasi Baru untuk Atasi Nyeri Otot dan Sendi
Mentereng! Penampakan Jam Tangan Suami Nikita Willy Senilai Rp9 Miliar
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025