Dream - Seorang nenek asal Durham, Inggris bernama Helen Taylor, terpaksa diusir dari dalam pesawat saat hendak liburan bersama sang suami.
Taylor tak terima diusir dan disebut sebagai ancaman penerbangan hanya karena berkeringat.
Dilansir dari NY Post, Taylor dan suami telah membayar Rp55 juta untuk membeli tiket liburan mereka.
Keduanya berencana berlibur dengan menggunakan pesawat di Bandara Internasional Newcastle.
Tak disangka, ketika hari-H, wanita tersebut diusir pihak maskapai tepat sebelum naik ke dalam kabin pesawat.
Awalnya ia izin kepada pramugari untuk pergi ke toilet. Karena sedang menopause, ditambah tengah menderita diabetes tipe 2, wanita paruh baya ini terlihat penuh keringat saat keluar dari toilet.
Pramugari yang melihat gelagatnya merasa sikap Taylor sedikit aneh.
Awak kabin itu lantas menghampiri dan menanyakan kondisi Taylor
Taylor kemudian menjelaskan bahwa ia sedang mengalami menopause. Kondisi inilah yang membuat tubuhnya selalu mengeluarkan keringat.
Ia juga menambahkan, dua menit istirahat, kondisinya akan kembali normal.
Meski sudah menjelaskan kondisinya, pramugari tersebut masih merasa aneh dengan kondisi Taylor.
Akhirnya dIa meminta Taylor untuk menjalani pemeriksaan medis.
Setelah 10 menit berlalu, wanita ini syok mendapat keputusan jika dia tidak bisa terbang untuk menikmati liburan. Pihak maskapai menganggap Taylor adalah ancaman penerbangan.
Taylor berkata, awalnya sang pilot membela dan memutuskan masih diizinkan untuk ikut terbang.
Namun karena peraturan, pilot itu tetap harus menyetujui awak pesawat dan membuatnya harus keluar dari pesawat.
Taylor menyebut alasan awak maskapai sangat tidak masuk akal. Ia juga merasa diperlakukan dengan tidak adil.
Dia juga menganggap keputusan itu dibuat dengan memaksanya keluar dari pesawat.
Pihak maskapai juga menjanjikan akan mengembalikan pembelian bebas bea cukai mereka, sebelum itu mereka juga terpaksa harus menjalani pemeriksaan oleh pihak imigrasi.
Juru bicara Jet2 yang menyelediki kasus Taylor menyebutkan, pihak maskapai telah melakukan klarifikasi. Hasilnya, keputusan tersebut diajukan karena alasan kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan penumpang selalu menjadi prioritas utama.
Meski mendapat keluhan dari penumpang, maskapai harus tetap mematuhi peraturan penerbangan tersebut.
Taylor tetap tidak terima dengan keputusan pihak maskapai, ia mengkritik dan menyebut awak kabin seharusnya tidak bisa membuat keputusan semacam itu.
" Mereka membuat keputusan berdasarkan bukti yang tidak dapat dipertanggungjawabkan karena mereka bukan dokter," jelasnya kepada Chronicle Live.
Kemudian Taylor juga berkata, pihak maskapai tidak memberikan bantuan medis atau mobilitas saat turun dari pesawat. Mereka memaksanya keluar kemudian dibiarkan tanpa bantuan apa pun dengan bagasi.
“Dan inilah saat mereka mengatakan bahwa saya tidak layak terbang,” tutup wanita paruh baya tersebut kepada Chronicle Live.
Advertisement
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Trik Wajah Glowing dengan Bahan yang Ada di Dapur