Video Ajakan Jihad Lewat Gubahan Azan Di Majalengka (Liputan6.com)
Dream - Video ajakan jihad melalui azan yang diubah sempat viral di media sosial dan memicu kecaman dari banyak pihak. Tidak hanya satu video, melainkan cukup banyak, dibuat oleh kelompok-kelompok dengan lokasi berbeda.
Salah satunya terlacak di Majalengka, Jawa Barat. Para pelaku diduga merupakan warga Desa Sadarsari, Kecamatan Argapura.
Pemerintah Kabupaten bersama Kepolisian Resor Majalengka segera melakukan penelusuran asal video tersebut. Setelah video ajakan jihad itu viral, tak berapa lama muncul video berisi permintaan maaf dari para pelaku.
Bupati Majalengka, Karna Sobahi, membenarkan para pelaku merupakan warga yang tinggal di daerahnya. Dia mendapat kepastian tersebut dari laporan Camat Argapura.
" Ya betul, dari laporan Pak Camat Argapura salah satu video viral azan jihad itu salah satunya warga kami. Tapi Alhamdulillah mereka sudah diberikan pengarahan dan sudah menyadari kesalahannya," ujar Karna.
Menurut Karna, pada Selasa, 1 Desember 2020 malam, para pelaku membuat video permintaan maaf. Lalu mengunggahnya ke media sosial.
Karna mengatakan begitu mendapat kabar tentang video tersebut, dia langsung memerintahkan Camat Argapura melakukan penelusuran terkait kebenaranna. Dia juga meminta camat mengambil langkah strategis agar masalah tidak meluas.
Sedangkan video permintaan maaf tersebut dibuat tujuh orang pelaku disaksikan Plt Desa Sadasari, Abdul Miskad dan sejumlah saksi. Para pelaku juga membuat permintaan maaf secara tertulis dibubuhkan materai.
" Melalui surat pernyataan ini kami tujuh orang memohon maaf kepada semua pihak, atas video yang sempat viral sebelumnya. Permohonan maaf ini kami sampaikan kepada warga Desa Sadasari, Pemerintah Desa dan seluruh umat Islam di seluruh Tanah Air," ujar salah satu pelaku, Anggi Wahyudin mewakili enam rekannya.
Anggi menyatakan pembuatan video tersebut tidak ada maksud untuk memfitnah, menuduh, atau menyerang pihak tertentu. Jika video tersebut membuat tidak nyaman, Anggi bersama rekan-rekannya memohon maaf.
" Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, kami mengaku khilaf dan berjanji tidak akan mengulangi hal serupa di lain kesempatan," ucap dia.
Kapolres Majalengka, Ajun Komisaris Besar Bismo Teguh Prakoso, mengatakan pihaknya masih melakukan pendalaman. Kasus tersebut masih dalam penyelidikan
" Masih dalam penyelidikan ya. Informasi lebih lanjut akan diberitahu kembali," ucap Bismo.
Sumber: Liputan6.com/Panji Prayitno
Dream - Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla, menilai ajakan jihad dengan gubahan azan merupakan kekeliruan. DMI menolak tegas ajakan semacam itu termasuk mengimbau agar masjid tak dijadikan tempat untuk kegiatan yang menganjurkan pertentangan
" Azan 'hayya 'alal jihad' itu keliru, harus diluruskan. DMI menyatakan secara resmi menolak hal-hal seperti itu.," ujar Kalla dalam keterangan tertulis.
Pernyataan ini disampaikan Kalla dalam webinar bersama pengurus DMI se-Indonesia serta pemuda-remaja masjid pada Selasa, 1 Desember 2020. Rapat tersebut dihadiri pula oleh Waketum DMI Syafruddin, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI KH Masdar Mas'udi, Wakil Sekjen MUI KH Manan Abdul Ghani, Sekjen DMI Imam Addaruquthni, serta Ketum Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia Said Al Idrus.
Kalla menegaskan jihad jangan dijadikan seruan untuk membunuh atau saling mematikan. Dia menyinggung kasus pembunuhan di Kabuppaten Sigi, Sulawesi Tengah, adalah pelanggaran yang harus dihukum.
Makna jihad, kata Kalla, tidak selamanya negatif. Menuntut ilmu atau berdakwah bisa dimaknai dengan berjihad.
Pada kesempatan yang sama, Wasekjen MUI Kiai Manan, menjelaskan jihad mengandung makna melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Sehingga ajakan jihad untuk kebaikan yang bermanfaat bagi banyak orang.
Sementara, Wakil Ketua Wantim MUI Kiai Masdar mengatakan jihad tidak selamanya terkait dengan perang namun bisa dimaknai untuk memerangi kemiskinan. Kiai Masdar juga secara tegas menyatakan mengubah azan dengan ajakan jihad tidak dapat dibenarkan.
Lebih lanjut, Kalla mengingatkan seluruh pengurus masjid semakin disiplin terhadap protokol kesehatan. Ini mengingat masjid kini sudah melaksanakan sholat jemaah lima waktu.
Sementara terkait Pilkada, Kalla meminta para pengurus masjid menjaga netralitas. Dia menegaskan sejak awal DMI memastikan masjid tidak bisa dijadikan tempat kampanye.
" Kita harus menjaga masjid, tidak boleh membawa masalah perbedaan pilihan ke masjid," tegas Kalla.