Dream – Sejarah mencatat banyak peristiwa alam besar yang berdampak signifikan pada roda kehidupan manusia. Seperti letusan dahsyat dari Gunung Toba sekitar 74.000 tahun silam.
Dampak dari letusan berskala besar dari gunung di Sumatera itu tidak dapat dihindari oleh kebanyakan makhluk hidup pada zamannya.
Terlebih, Gunung Toba adalah salah satu gunung berapi yang termasuk ke dalam kategori supervolcano terbesar dalam sejarah.
Meski kemungkinan manusia yang masih hidup setelah letusan tersebut sangat kecil, para peneliti dari University of Texas menemukan bukti-bukti baru yang bisa membantah anggapan yang sudah diyakini cukup lama itu.
Dari penelitian di semenanjung Somalia ditemukan bukti yang menunjukkan manusia pada Zaman Batu pertengahan bertahan hidup setelah letusan Gunung Toba.
Bukti tersebut ditemukan ilmuwan dari University of Texas dalam studi terbarunya di Nature yang berpendapat manusia telah menyebar atau melakukan ekspansi selama interval kering di sepanjang jalan raya berwarna biru oleh sungai musiman.
Para peneliti juga menemukan peralatan batu yang menjadi bukti tertua dari panahan pada zaman itu.
Tak hanya itu, manusia yang hidup di zaman itu telah mencoba melakukan ekspansi ke Afrika selama beberapa kali.
Namun, peristiwa letusan besar itu menyebabkan ekspansi secara global terjadi kurang dari 100 ribu tahun lalu. Sehingga, beberapa peneliti memiliki hipotesis bahwa penyebaran dilakukan secara terbatas.
Penyebaran itu pada daerah yang dinamakan ‘Koridor Hijau’ dan terbentuk selama periode lembab ketika pasokan makanan berlimpah serta populasi manusia berkembang sejalan dengan lingkungan mereka.
Untuk membuktikan hal tersebut, tim ilmuwan akhirnya meneliti sebuah situs bernama Shinfa-Metema 1 di dataran rendah bagian barat laut Ethiopia dekat Sungai Shinfa.
Ketika mengunjungi situs tersebut, mereka menemukan bukti baru bahwa situs itu dihuni sebelum dan sesudah Gunung Toba meletus di Sumatera sejauh 4.000 mil.
Berbagai temuan seperti fragmen-fragmen kecil kaca vulkanik atau cryptotephra ditemukan dari endapan arkeologi. Temuan itu dianggap cocok dengan ciri-ciri secara kimiawi letusan Gunung Toba.
John Kappelman selaku professor antropologi dan ilmu geologi di University of Texas dan panelis utama dari studi itu mengungkapkan fragmen-fragmen yang ditemukan berukuran kurang dari diameter rambut manusia.
Dengan ukuran sekecil itu, John menilai fragmen itu masih cukup besar untuk dianalisis zat kimia dan elemen-elemen didalamnya.
“Fragmen-fragmen ini berukuran kurang dari diameter rambut manusia. Sekecil itu pun mereka masih cukup besar untuk menganalisis kimia dan elemen-elemennya,” kata John melalui jurnal Nature dikutip dari arkeonews.net.
Pecahan mikroskopis dari kaca vulkanik itu dapat digunakan untuk menentukan tanggal meletusnya gunung tersebut secara tepat dan menghubungkannya dengan situs-situs arkeologi yang berjarak ribuan mil.
Diketahui, letusan besar terjadi ketika situs di Ethiopia itu disinggahi oleh manusia dengan bukti pecahan kaca kecil yang kandungan kimianya cocok dengan Gunung Toba.
Dampaknya, iklim yang dihasilkan setelah letusan adalah musim kemarau panjang dan menyebabkan orang-orang di daerah tersebut mengandalkan ikan sebagai pasokan makanannya.
Seiring berjalannya waktu, musim kemarau itu menyebabkan kubangan air menyusut dan mendorong orang-orang untuk bermigrasi ke tempat selanjutnya untuk mencari lebih banyak pasokan makanan.
Walaupun menemukan banyak bukti, beberapa peneliti menduga musim dingin vulkanik berdampak cukup besar terhadap kehidupan dan memusnahkan sebagian besar manusia purba karena adanya bukti genetik menunjukkan penurunan tajam populasi manusia.
Penelitian mutakhir oleh para peneliti pada situs arkeologi di barat laut Ethiopia ini menambah bukti-bukti baru yang menunjukkan kejadian itu tidak ‘sedahsyat’ kelihatannya.
Laporan: Nisya Aprilya
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR