Masyarakat Mesir Kuno memiliki suatu pandangan tentang kehidupan setelah mati yang tertuang dalam sebuah karya yang dikenal sebagai
'Book of the Dead" atau " Kitab Orang Mati" .
Seperti peradaban kuno lainnya, masyarakat Mesir Kuno memiliki keyakinan kuat terkait kehidupan setelah kematian.
Mereka memandang bahwa kematian merupakan awal dari perjalanan panjang dan penuh tantangan menuju keabadian.
Meskipun disebut sebagai buku, sebenarnya karya ini tidak berbentuk seperti buku.
Mantra-mantra ini diciptakan sebagai dukungan bagi individu yang telah meninggal, membantu mereka menghadapi tantangan khusus yang mungkin muncul di alam setelah kematian.
Seperti bangsa kuno lainnya, orang Mesir Kuno percaya bahwa jalan ke surga penuh dengan tantangan dan iblis yang menakutkan, sehingga mereka menggunakan mantra untuk membantu mereka melewatinya.
Orang Mesir Kuno percaya bahwa orang yang telah meninggal akan pergi ke dunia bawah untuk bertemu Dewa Osiris. Di sana, mereka dihakimi berdasarkan apa yang mereka lakukan di dunia nyata.
Banyak mantra dalam Kitab Orang Mati berfungsi untuk menjinakkan monster-monster dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan monster.
Oleh karena itu, para juru tulis menjual Kitab Orang Mati karena dianggap sebagai perlengkapan penting bagi mereka yang akan meninggal.
Mereka biasanya hanya akan menerima bagian kecil dari bab tertentu daripada seluruh bab. Papyrus yang ditemukan di makam mengandung berbagai kombinasi mantra ini.
Setelahnya, mantra-mantra ini diukir pada peti mati elit non-kerajaan dan dikenal sebagai Teks Peti Mati. Pada abad ke-16 SM, koleksi ini diperbaharui dan diberi nama baru, yaitu " Kitab Keluar pada Siang Hari:" .
Teks Peti Mati kemudian digunakan untuk meletakkan mantra ini pada peti mati elit non-kerajaan. Kitab ini diberi nama baru, " Keluar pada Siang Hari" , pada abad ke-16 SM.
Istilah " Keluar pada Siang Hari" merujuk pada kehidupan setelah kematian yang akan dihadapi oleh individu yang telah melewati ujian di dunia bawah.
Nama Kitab Orang Mati pertama kali diberikan pada tahun 1842 ketika Karl Richard Lepsius, seorang ahli Mesir Kuno Jerman, menerbitkan koleksi mantra ini.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR