Penemuan Tengkorak Abad ke-16 di Papua, Kepala Terbelah dan Diduga Kena Sihir

Reporter : Editor Dream.co.id
Jumat, 29 Desember 2023 10:28
Penemuan Tengkorak Abad ke-16 di Papua, Kepala Terbelah dan Diduga Kena Sihir
Ditemukannya tengkorak perempuan dari zaman kolonial yang diduga karena adanya perbudakan atau dukun.

1 dari 7 halaman

Penemuan Tengkorak Abad ke-16 di Papua, Kepala Terbelah dan Diduga Kena Sihir

Penemuan Tengkorak Abad ke-16 di Papua, Kepala Terbelah dan Diduga Kena Sihir © Dream

2 dari 7 halaman

© Dream

Tengkorak seorang perempuan dari masa kolonial Indonesia memiliki kekerasan yang tajam, diduga karena perbudakan atau karena dia dianggap sebagai dukun.

3 dari 7 halaman

© Dream

Seorang perempuan yang kemungkinan besar menjadi budak telah menjalani hukuman eksekusi dengan senjata tajam di wilayah Papua, Indonesia.

Satu-satunya sisa yang dapat dianalisis adalah tengkorak korban, dan ditemukan bahwa wanita tersebut berusia antara 26 dan 42 tahun saat peristiwa pembunuhan terjadi.

4 dari 7 halaman

Tim menggunakan fotografi digital dan ultraviolet untuk memeriksa luka di tengkorak dan menemukan beberapa luka benda tajam diidentifikasi pada tulang tengkorak bagian depan, temporal, dan oksipital.

5 dari 7 halaman

Misteri tengkorak wanita pada masa kolonial.

Perempuan tersebut hidup selama periode yang disebut sebagai " masa kolonial" di Indonesia, yakni rentang waktu dari abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-20 ketika negara ini berada di bawah kekuasaan negara-negara Eropa.

Penemuan tengkorak dilakukan di Pulau Biak pada tahun 1935 oleh tim ilmuwan dari Universitas Airlangga di Indonesia.

Menurut penelitian, tahun dan kata " Biak" (mungkin merujuk pada orang Biak) terukir di tengkorak perempuan tersebut.

6 dari 7 halaman

Penemuan Tengkorak di Indonesia Mengungkap Kegelapan Praktik Perbudakan dan Penggerebekan Selama Masa Kolonial Eropa

Selama masa kolonial, orang Eropa sering melakukan penggerebekan terhadap budak dan menangkap penduduk lokal. Belanda, yang menguasai Indonesia sebagian besar waktu tersebut, terlibat dalam praktik perbudakan yang meluas.

Meskipun ada kemungkinan bahwa wanita tersebut tewas dalam penggerebekan tersebut, penelitian menyatakan bahwa sulit untuk membedakan tengkorak yang dianalisis dalam penelitian ini milik korban konflik antarsuku atau apakah mereka menjadi korban perbudakan.

7 dari 7 halaman

Tim peneliti mencatat bahwa dukun perempuan yang dikenal sebagai " mon" menjadi incaran selama penggerebekan tersebut.

Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah perempuan ini dianggap sebagai seorang penyihir. Identitas pembunuhnya juga masih tidak jelas.

Rizky Sugianto Putri menyatakan, " Kami belum mengetahui siapa pelakunya. Namun, luka trauma dari benda tajam tersebut diduga berasal dari parang, senjata yang umum digunakan oleh suku Papua pada masa penjajahan."

Beri Komentar