Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Penyebaran virus Corona baru, Covid-19, yang masif membuat warga Iran panik. Sebagian warga Iran bahkan menelan bulat-bulat berita tidak benar hingga berujung pada kematian.
Di Provinsi Khuzestan dan Alborz, Iran barat daya, setidaknya 44 orang meninggal dunia setelah keracunan alkohol. Sebelumnya mereka percaya kabar bohong yang menyebut alkohol bisa membubuh Covid-19.
Karena percaya dengan kabar yang beredar itu mereka menenggak alkohol dengan harapan tidak tertular Covid-19. Tapi ternyata kabar itu hanyalah berita hoaks belaka.
" Beberapa warga mendengar kabar bahwa minum alkohol dapat membantu mereka melawan virus corona. Jadi mereka meminumnya sebagai tindakan pencegahan," kata Ali Ehsanpour, juru bicara Universitas Ilmu Kedokteran Universitas Ahwaz kepada Mehr News Agency.
Menurut Ehsanpour, lebih dari 200 orang dirawat di rumah sakit di selatan Provinsi Khuzestan setelah minum alkohol yang terbuat dari metanol.
Bahan metanol biasa ditemukan dalam produk antibeku, pelarut, dan bahan bakar. Sebagian besar dari korban meninggal dunia akibat keracunan alkohol berbahan metanol tersebut.
Selain Khuzestan dan Alborz, korban tewas akibat keracunan alkohol berbahan metanol juga terjadi di wilayah barat Provinsi Kermanshah.
Karena minuman alkohol dilarang di Iran, warga mengakalinya dengan membeli alkohol untuk sanitasi tapi kemudian mengonsumsinya.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran melaporkan hingga Selasa lalu sebanyak 8.042 orang positif virus Corona dan 291 orang tewas akibat Covid-19.
Sedangkan jumlah warga Iran yang dinyatakan sudah sembuh dari virus Corona dilapoirkan mencapai 2.731 orang.
Sumber: FoxNews
Dream - Virus corona tengah mewabah dan menewaskan puluhan orang di Iran. Sejumlah pejabat Negeri Mullah turut terinfeksi virus ini, bahkan ada yang sudah meninggal.
Untuk mencegah penularan virus ini, Iran memutuskan membebaskan 54 ribu tahanan untuk sementara waktu. Ini agar para tahanan tidak tertular infeksi Covid-19.
Juru bicara pengadilan, Gholamhossein Esmaili, menerangkan tahaman dibolehkan keluar penjara setelah dinyatakan negatif dari Covid-19 usai pemeriksaan dan memberikan jaminan. Tetapi, tahanan dalam pengawasan yang dijatuhi hukuman lebih dari lima tahun tidak akan dibebaskan, dilaporkan BBC.
Iran menjadi negara keempat dengan kasus infeksi virus corona terbesar di dunia. Jumlahnya mencapai 2.336 kasus dengan angka kematian mencapai 77 jiwa.
Pada Selasa, Kementerian Kesehatan Iran menyatakan jumlah kasus yang terkonfirmasi meningkat lebih dari 50 persen di dua hari awal pekan ini.
Sejumlah kasus yang berkaitan dengan Iran juga bermunculan di sejumlah negara. Antara lain Afghanistan, Kanada, Libanon, Pakistan, Kuwait, Bahrain, Irak, Oman, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
Sejumah pejabat senior Iran dilaporkan telah tertular. Pejabat terakhir yang dilaporkan terinfeksi virus ini adalah kepala layanan darurat medis, Pirhossein Kolivand.
23 dari 290 anggota parlemen Iran juga telah dinyatakan positif terinfeksi virus corona.
Pada Senin, anggota Dewan Kemanfaatan, badan pemberi saran kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, meninggal akibat Covid-19 di Teheran. Identitas pejabat tersebut diketahui sebagai Mohammad Mirmohammadi, 71 tahun, yang diketahui memiliki hubungan dekat dengan Ayatollah Khamenei.
Dalam upacara penanaman pohon memperingati Hari Margasatwa Dunia pada Selasa, Khamenei meminta masyarakat untuk mematuhi pedoman kebersihan yang disampaikan Kementerian Kesehatan. Dia juga memerintahkan badan pemerintah untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada Kementerian Kesehatan.
Khamenei juga menegaskan Pemerintah Iran sama sekali tidak menyembunyikan informasi mengenai persoalan ini.
" Para pejabat kita sudah melaporkan dengan tulus dan transparan sejak pertama. Tetapi sejumlah negara dengan serangan wabah yang lebih serius mencoba menyembunyikannya," ucap Khamenei.
Dream - Sejumlah masyarakat Bandar Abbas, Iran mengamuk dan membakar sebuah klinik. Hal itu dipicu kabar pasien terinfeksi Covid-19 dikarantina di klinik yang kemudian dijuluki 'Rumah Sakit Corona'.
Dikutip dari International Business Times, insiden pembakaran terjadi pada Jumat malam waktu setempat. Mereka menolak pemerintah mengkarantina pasien corona dari kota lain di kawasan Bandar Abbas.
Para pengunjuk rasa awalnya berkumpul di luar klinik dan meneriakkan slogan menentang kebijakan pemerintah Iran. Sebelum akhirnya mereka memutuskan membakar klinik tersebut.
Lembaga penyiaran resmi Iran, Fars News Agency, mengutip pernyataan pejabat pemerintah yang mengklaim pasien corona dipindahkan ke Bandar Abbas selatan sebatas rumor tak berdasar. Sebaliknya meminta warga tidak percaya rumor yang tersebar di internet.
Akun Twitter milik Iran International memuat gambar detik-detik terbakarnya klinik tersebut. Terlihat ada banyak orang berada di depan klinik.
Mereka berkumpul di jalanan Bandar Abbas. Sesaat kemudian, video memperlihatkan kobaran api berasal dari balik pagar klinik.
????? ??? ? ???? ?????? ???? ?????? ??????? ??? ????? ????? ?? #????? ?? ???????? ???? ????? ????????? ????? ?? ???? ????? ?? ??? ????? ?? ???? ?? ????????? ???? ?? ?? ?? ?? ??? ??????. pic.twitter.com/CQVM7noFcQ
— ????? ?????????? (@IranIntl)February 28, 2020