Ilustrasi (Shutterstock.com)
Dream - Paniknya beberapa warga Ponorogo mengenai adanya kabar hari kiamat akan datang dalam waktu dekat, juga ternyata dialami juga oleh warga Jember, Jawa Timur.
Dikutip dari Liputan6.com, setidaknya ada 28 warga di Desa Umbulsari dan warga dari Desa Gunungsari, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember memilih mengungsi karena mereka percaya hari kiamat akan tiba dua bulan lagi yakni pada malam Lailatul Qadar bulan Ramadan tahun ini.
" Benar warga kami ada 8 Kepala Keluarga (KK), perkiraan sebanyak 25 orang dan ada juga yang berasal dari desa lainnya, Desa Gunung Sari, namun tidak semuanya ikut ke Malang," Kepala Desa Umbulsari, Fauzi.
Fauzi mengatakan, warganya yang mengungsi itu merupakan jemaah Thoriqoh. Orang yang menjadi ustaz jemaah Thoriqoh ini diketahui bernama Ahmad Mudasir, ia juga yang mengajak warga untuk mengungsi ke Malang.
Menurut Fauzi, kegiatan yang dilakukan jemaah Thoriqoh ini lambat laun menjadi tidak masuk akal. Salah satunya yakni dengan mempercayai datangnya hari akhir dua bulan lagi.
" Saya tahu informasi ini, karena salah seorang saudaranya ikut aliran tersebut, mau menjual tanahnya. Pemahaman mereka harta sudah tidak ada gunanya, karena kiamat segera datang," ucap dia.
(Sumber: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Dream - Kabar kepindahan sejumlah warga Ponorogo ke Malang menjadi viral di media sosial. Kepindahan itu diduga terjadi karena adanya isu kiamat.
Kabar ini menjadi viral setelah akun Facebook Rizki Ahmad Ridho menulis pertanyaan ke grup Cegatan Wilayah Ponorogo. Dia bertanya tentang eksodus warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo, Jawa Timur.
Akun itu berusaha mengonfirmasi apakah kepindahan warga terkait isu kiamat yang menyebar di antara warga. Dia juga bertanya tentang warga yang menjual murah rumah dan tanah mereka sebelum pergi.
Sejak diunggah 11 Maret 2019, posting itu telah mendapat 1.300 komentar dan 991 reaksi.
Kepala Dusun Krajan, Desa Watu Bonang, Sogi, membenarkan informasi mengenai banyaknya warga yang pindah ke Malang. Setidaknya, ada 16 kepala keluarga yang pergi.
" Mereka perginya tidak bersamaan, mulainya sudah sebulan yang lalu," kata Sogi, dikutip dari laman BeritaJatim.com, Rabu 13 Maret 2019.
Sogi menyebut tidak semua warga yang pergi ke Malang menjual rumah dan tanah mereka. Menurut dia hanya ada tiga kepala keluarga yang menjual tanah dan rumahnya untuk pergi ke Malang.
Meski berpindah, Sogi menyebut warga itu tetap masih berstatus penduduk Desa Badegan. Sebab, warga yang berpindah tersebut tidak mengurus surat kepindahan.
Sogi juga mengatakan bahwa warga yang pindah ke Malang tidak pamit dengan perangkat desa.
" Jangankan Pemdes dipamiti. Lha wong sanak saudaranya saja juga tidak dipamiti. Mereka biasanya pergi saat malam hari," kata dia.
Menurut Sogi, warga yang pindah ke Malang tersebut untuk menuntut ilmu di salah satu pondok pesantren di daerah Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.
" Saya kira tidak ada masalah dengan warga lain," ujar dia.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN