AMbreen Sadiq (The Telegraph)
Dream - Ambreen Sadiq adalah petinju wanita. Mantan juara nasional Inggris ini mendirikan sasana tinjunya sendiri sebagai bisnis dan melatih tinju di waktu luang. Petinju cantik ini terbilang masih muda, 20 tahun dan dia seorang muslim.
Sebagai petinju wanita muslim pertama di Inggris, Sadiq menghadapi berbagai tudingan miring dan cemoohan dari masyarakat muslim Inggris. Bahkan dari beberapa anggota keluarganya. Kebanyakan dari mereka keberatan dengan profesi Sadiq yang tidak sesuai norma agama dan gendernya sebagai perempuan.
Keluarga ayah Sadiq adalah muslim Pakistan yang taat. Bagi mereka, profesi Sadiq memalukan budaya mereka karena dia seorang gadis muslim dari Asia.
Kendati demikian, orang tua Sadiq mendukung profesi putrinya. Ketertarikan Sadiq pada tinju memang berawal dari hobi adik laki-laki dan ayahnya yang suka berlatih tinju di gym lokal. " Ibuku tidak keberatan. Dia hanya tidak ingin anak gadisnya memiliki hidung patah," kata Sadiq.
Yang menjadi masalah bagi profesi Sadiq adalah paman dan bibinya. Sadiq bercerita, saat pertama kali bertarung di usia 15 tahun, keluarganya datang untuk mendukung. Sehari setelahnya, orangtua Sadiq mengadakan pesta kemenangan. Namun karena ayahnya pergi ke luar kota, paman Sadiq yang menggantikannya.
" Paman mendekatiku sambil berkata 'kamu sudah melakukannya dengan baik, tapi ini yang pertama dan yang terakhir'," kata Sadiq menirukan ucapan pamannya. " Setelah itu kamu tidak boleh melakukannya lagi karena kamu membuat malu keluarga."
Dalam hati Sadiq, ucapan pamannya itu seakan meruntuhkan semangatnya. " Aku sudah berlatih selama dua tahun dan di pesta kemenanganku ini Anda bilang aku tidak bisa bertarung? Maafkan aku, ini adalah apa yang aku sukai."
Tudingan tidak mengenakkan tidak berhenti di situ saja. Keberhasilan Sadiq dalam dunia tinju membuatnya terkenal sehingga seluruh komunitas muslim di lingkungannya mengenalnya.
Tetangga dan orang-orang dari masjid datang kepada Sadiq dan mengatakan 'yang kamu lakukan benar-benar hebat'. Namun mereka akan pergi ke ibu dan ayah Sadiq dan berkata 'mengapa kalian biarkan dia bermain tinju?'
Di sekolah bahkan lebih buruk lagi. Banyak teman-teman Sadiq yang mengatakan dia seorang transeksual. " Kamu melakukan olahraga pria, kamu punya otot seperti pria," katanya. Sadiq merasa di-bully teman-teman sekolahnya.
Bagi Sadiq, pandangan negatif terhadap profesinya lebih banyak dilakukan oleh perempuan dibandingkan pria. Perempuan cenderung mengadakan bahwa profesi Sadiq membuat mereka terlihat buruk. Sementara pria muslim memiliki pandangan beragam. Beberapa menyuruhnya tetap optimis dengan profesinya. Sementara yang lain menentang sambil menanyakan alasan Sadiq memilih profesi tinju.
Sadiq kadang merasa bimbang dengan profesinya. Apa yang membuat orang-orang di sekitarnya melihatnya sebagai kontroversi. Apakah mereka menentang karena faktor agama atau gender?
" Banyak orang muslim mengatakan itu karena faktor agama," katanya. " Tapi saya pikir itu lebih tentang budaya dan bagaimana orang telah dibesarkan. Pria dan wanita diperlakukan sama (dalam agama)."
" Ini juga seperti stereotip: seorang dewasa melihat ibu di rumah dan ayah bekerja. Jika Anda tidak seperti itu, maka akan terlihat aneh dan itu tidak diperbolehkan," imbuh dia. Stereotip tinju adalah itu olahraga laki-laki. Orang saling memukul dan menjatuhkan. Mereka bertarung seperti anak laki-laki.
Tidak hanya karena faktor agama dan gender. Masyarakat muslim di lingkungan Sadiq memandangnya dari sisi cara dia berpakaian saat masuk ring. Sebagai seorang petinju, Sadiq tentu kesulitan menerapkan kostum yang sesuai syariah. Sadiq mengaku sudah berbicara kepada Asosiasi Tinju Amatir agar mengizinkannya memakai kostum yang menutup seluruh tubuh kecuali muka dan tangan, namun mereka menolak. " Aku sudah berusaha untuk mengubahnya, tapi tidak berhasil."
Untungnya, teman-teman Sadiq sesama petinju mendukung kariernya, bahkan ketiga saudaranya. Mereka selalu hadir di setiap pertandingan tinju Sadiq. Namun kurangnya dukungan dari komunitas yang lebih luas tetap menganggu pikiran Sadiq.
" Hal tersulit bukan mendapatkan dukungan dari komunitas Muslim dan masyarakat Asia, namun mengirim pesan kepada dunia bahwa gadis-gadis muslim dapat melakukan sesuatu yang berbeda." (Ism, Sumber: The Telegraph)
Advertisement
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal