Warga Muslim Di New York Sholat Jemaah Di Jalanan (http://news.mb.com.ph/)
Dream - Ratusan warga Yaman dan Muslim di New York menggelar demonstrasi besar-besaran memprotes kebijakan Presiden Donald Trump yang melarang masuknya imigran dari tujuh negara Muslim ke Amerika Serikat.
Tidak sekadar berorasi, mereka menggelar protes dengan menutup toko dan menggelar sholat jemaah di jalanan pada Kamis waktu setempat
Azan dikumandangkan melalui pengeras suara yang dipajang di luar Balai Kota Brooklyn. Para demonstran segera merapatkan barisan menghadap ke arah Kabah, melafalkan takbir, hingga bersujud ke atas tanah.
Dua helikopter beroperasi, merekam suasana yang begitu tenang dan khusyuk di sekitar Balai Kota Brooklyn. Para non-Muslim berdiri diam menunjukkan respek pada para Muslim.
Penyelenggara menyebut ada sekitar 1.000 warga Yaman pemilik toko grosir menutup tempat usahanya di seluruh New York sejak siang hingga pukul 20.00 waktu setempat. Ini untuk memprotes larangan imigran dari tujuh negara Muslim masuk ke AS.
Para pemilik toko dan para pekerja imigran lalu berkumpul di Brooklyn. Sembari mengibarkan Bendera AS dan Yaman, mereka berteriak, 'Bersatu Kami Berdiri Melawan Larangan Muslim' dan 'USA!'
Pelarangan yang dikeluarkan Trump resmi berlaku pada Jumat Pekan lalu dan menutup AS dari pengungsi selama 120 hari. Juga dari pemegang visa resmi dari Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Yaman selama 90 hari. Sementara larangan itu berlaku tanpa batas bagi pengungsi asal Suriah.
" Tak ada larangan, tak ada dinding pembatas, keadilan untuk semua," teriak para demonstran sebelum sholat berjamaah.
Mereka juga membawa plakat berisi tulisan 'Kebencian Tak Akan Pernah Membuat Kita Besar' dan 'Tuan Trump, Dari Mana Asal Istrimu?'. Mereka ingin mengingatkan Trump sang istri, Melania Trump, lahir di Slovenia, yang artinya juga seorang imigran.
" Kami berdiri di sini untuk keadilan, untuk martabat," ujar salah satu demonstran Yousef Al Baadani, 31 tahun, kepada AFP.
Seperti yang lain, dia bekerja di toko kelontong di Queens, yang dikenal di New York dengan sebutan 'bodega'. Toko-toko tersebut, menjual apa saja dari makanan harian hingga barang-barang rumah tangga, tutup seharian penuh demi aksi ini.
" Kebanyakan toko tutup hari ini," kata Baadani.
" Kami tidak pedulikan uang, kami hanya peduli tentang kemerdekaan dan kami tidak butuh di rasisme di negara ini," ucap salah satu demonstran.
(Sumber: news.mb.com.ph | AFP)
Advertisement
Traveling Rame-Rame Bareng Komunitas Backpacker Jakarta

Mengenal Kampung Korea di Baubau yang Gunakan Aksara Hangeul Korea

Manajemen Lapangan Padel yang Roboh di Meruya Minta Maaf, Keamanan Pondasi Dipertanyakan

Komunitas Pengguna Motor Listrik PEVR Pecahkan Rekor MURI

7 Rekomendasi Matcha Cafe di Jakarta, Surga Bagi Pecinta Matcha


Raisa dan Hamish Soal Perceraiannya: Bukan Menyerah, tapi Bijaksana


Pria Ini Dirikan Pusat Terapi dengan Anjing, Bantu Pasien Autisme hingga Alzheimer

Potret Tak Biasa Prilly Latuconsina, Pede Meski Pakai Banyak Koyo


Mengenal Kampung Korea di Baubau yang Gunakan Aksara Hangeul Korea

Manajemen Lapangan Padel yang Roboh di Meruya Minta Maaf, Keamanan Pondasi Dipertanyakan