Instagram Ridwan Kamil
Dream - Program vaksinasi Covid-19 tengah gencar dilakukan pemerintah pusat dan daerah, tak terkecuali Jawa Barat (Jabar). Untuk menjalankan program vaksinasi Covid-19 secara massal, menurut Ridwan Kamil, Jabar membutuhkan banyak gedung atau balai pertemuan besar.
Gubernur Jawa Barat ini sangat membutuhkan panitia penyelenggara yang terbiasa mengatur acara besar secara efektif dan efisien untuk program vaksinasi. Rupanya Kang Emil, sapaan akrabnya, mengundang para EO (event organizer) untuk bermitra dengan Pemda Jabar untuk menggelar vaksinasi massal.
" Jawa Barat butuh puluhan gedung besar dan butuh EO untuk menjadi panitia penyelenggaraan vaksinasi massal agar target cepat tercapai. Para EO event/wedding, jika tertarik menjadi mitra pemerintah untuk mengerjakan kegiatan vaksinasi masal ini Silakan kontak dinkes jabar utk detailnya," tulis Ridwan Kamil, di akun Instagram resminya.
Ia mengungkap kalau saat ini Jawa Barat berada di peringkat pertama dalam hal jumlah vaksinasi tenaga profesi publik. Sementara, jumlah vaksinasi lansia belum maksimal.
" Vaksin grup lansia masih kurang. Karenanya minggu-minggu ini vaksinasi lansia akan dimaksimalkan," ungkap Kang Emil
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Sejumlah negara di Eropa memutuskan untuk menghentikan penggunaan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca. Pemicunya, vaksin ini diklaim bisa menyebabkan penggumpalan darah.
Pihak AstraZeneca segera bergerak melakukan peninjauan pada produknya. Hasilnya, mereka mengklaim orang menjalani vaksinasi dengan produk AstraZeneca tidak ada yang menunjukkan risiko penggumpalan darah.
Peninjauan dilakukan AstraZeneca kepada lebih dari 17 juta orang tervaksinasi di Inggris dan Uni Eropa. Seluruhnya tidak menunjukkan indikasi yang disangkakan otoritas kesehatan sejumlah negara.
" Peninjauan yang cermat terhadap semua data keamanan yang tersedia lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Uni Eropa dan Inggris dengan Vaksin Covid-19 AstraZeneca tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko emboli paru, trombosis vena dalam atau trombositopenia, dalam kelompok usia yang ditentukan, jenis kelamin, kelompok atau di negara tertentu," demikian pernyataan AstraZeneca, dikutip dari Channel News Asia.
Badan Obat Eropa (EMA) menyatakan tidak ada indikasi yang mengarah pada kejadian penggumpalan darah akibat vaksinasi. Pandangan ini sebelumnya juga disampaikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Otoritas pembuatan obat di Eropa itu menyatakan sejauh ini ada 15 kejadian trombosis vena dalam dan 22 kejadian emboli paru yang telah dilaporkan. Kejadian ini serupa dengan vaksin Covid-19 berlisensi lain.
" Perusahaan telah dan sedang menjalankan pengujian tambahan bekerja sama dengan otoritas kesehatan Eropa dan tidak ada satupun hasil uji ulang menunjukan hasil mengkhawatirkan. Laporan keamanan bulanan akan disampaikan ke publik lewat laman EMA pada pekan berikutnya," demikian ungkap AstraZeneca.
Vaksin AstraZeneca dikembangkan melalui kerja sama dengan Universitas Oxford. Vaksin ini sudah mendapatkan izin penggunaan darurat di Uni Eropa dan banyak negara lain namun belum dari regulator Amerika Serikat.
AstraZeneca kini tengah mempersiapkan dokumen untuk izin penggunaan darurat (EUA) di AS. Mereka berharap data uji klinis tahap III akan tersedia dalam beberapa pekan ke depan.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Indonesia telah menerima sekitar 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca melalui skema pengadaan multilateral. Vaksin ini akan digunakan untuk vaksinasi tahap kedua menyasar kelompok lanjut usia dan petugas pelayanan publik.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan izin penggunaan darurat untuk vaksin ini. BPOM juga belum membuat perubahan atas izin tersebut.
" Sampai saat ini BPOM belum memberikan perubahan atas penggunaan darurat dari vaksin AstraZeneca," ujar Nadia dalam diskusi virtual, disiarkan channel BNPB.
Atas pertimbangan itu, Pemerintah tetap menggunakan vaksin AstraZeneca untuk vaksinasi. Khususnya bagi lansia dan petugas layanan publik.
" Nanti kalau memang ada perubahan dari peruntukan atau yang kita sebut sebagai indikasi vaksin ini, tentunya ini yang akan kita ubah dalam pelaksanaannya," kata Nadia.
Selanjutnya, Nadia menjelaskan jika sudah ada izin darurat, aspek keamanan dari vaksin sudah dikaji. Pengkajian pun melibatkan banyak pihak.
" Sudah mendapatkan masukan baik itu dari ITAGI juga apra ahli dokter spesialis yang memang bekerja atau berkecimpung di bidang tersebut," kata dia.
Pernyataan ini disampaikan Nadia terkait keputusan beberapa negara menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca untuk vaksinasi Covid-19. Pemicunya, vaksin ini disebut menimbulkan penggumpalan darah.
Kasus penggumpalan dilaporkan otoritas kesehatan Austria, memicu negara tersebut menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca. Laporan tersebut kemudian menjadi pertimbangan otoritas kesehatan Denmark sampai mereka memutuskan untuk mengambil langkah sama.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.