Suasana Rumah Makan Gratis Purwokerto (koleksi Pribadi)
Dream – Gedung itu berdiri tegak di atas tanah 900 meter persegi. Di luar gedung, nampak orang tengah antre untuk memasuki ruang yang dibuka lebar-lebar.
Gedung itu terletak di Jalan Mangunjaya Nomor 50, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Di salah satu dinding gedung itu tertulis “ Rumah Makan Gratis Purwokerto.”
Saat masuk ke ruangan yang luas itu, satu persatu pengunjung antre menuju ke meja panjang. Di atas meja panjang itu tersedia berbagai macam sayuran, nasi putih, dan lauk pauk. Pengunjung tinggal menunjuk sayur atau lauk yang dia suka. Lalu petugas akan memasukkan sayur atau lauk yang ditunjuk ke dalam piring yang sudah terisi nasi. Mirip seperti rumah makan prasmanan.
Setelah piring terisi lauk dan sayur, si pengunjung tinggal memilih duduk di kursi yang tersedia. Jangan khawatir, ada 80 kursi dengan belasan meja yang tersedia. Tidak perlu berebut, karena pasti akan mendapat tempat duduk.
Setelah makan, apakah pengujung membayar? Ternyata tidak. Pengunjung cukup membayar dengan mencuci piring dan gelas yang sudah selesai mereka pakai dan meletakkan kembali ke tempatnya.
Rumah makan itu biasa menyediakan makanan dalam bentuk prasmanan mulai jam 10 pagi. Tak sampai satu jam, biasanya hidangan yang disediakan untuk 300 orang itu sudah ludes. Rumah makan itu buka Senin sampai Jumat. Sementara Sabtu dan Minggu tutup.
Rumah makan gratis itu sudah setahun ini berjalan. Pendirinya adalah seorang dokter spesialis kandungan terkenal di Purwokerto. Ia adalah dr. Edy Priyanto, Sp.OG(K). Bersama istrinya, dr Norina Agatri, mereka berdua adalah pengagas rumah makan gratis Purwokerto.
“ Alhamdulilah, sampai hari ini masih berjalan,” kata dr Edy saat dihubungi Dream.co.id pekan lalu.
***
Edy Priyanto lahir 1 April 1980. Umurnya kini 42 tahun. Dari pernikahannya dengan Norina Agatri, mereka berdua memilik dua anak laki-laki. Yang pertama bernama Shakhtar Al Khairi yang masih berumur 10 tahun. Sedangkan anak kedua Dastan Adzikri Kahfi, umur 7 tahun.
(dr Edy Piyanto dan istrinya dr Norina/koleksi pribadi)
Edy lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang tahun 2006. Lalu mengambil spesialis kandungan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo tahun 2011.
Sehari-hari Edy praktik sebagai dokter kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Selain itu dia juga menjabat sebagai Ketua Program Studi Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto.
Menurut Edy, cikal bakal rumah makan gratis Purwokerto itu sebenarnya sudah dimulai tahun 2017.
Saat itu Edy bersama istrinya mulai membuat makanan prasmanan setiap hari Jumat untuk dibagikan secara gratis, ke jemaah yang salat di Masjid Asy-Syifa RSUD Margono Soekarjo Purwokerto.
“ Yang biasa menyiapkan makanan itu tiap hari Jumat adalah istri saya dengan dibantu asisten rumah tangga,” ujar Edy.
Jumlah makanan yang disediakan bisa mencapai 400 porsi setiap Jumat. Yang makan tidak perlu membayar. Semuanya gratis. Mereka yang makan hanya perlu mencuci piring dan gelas yang mereka pakai setelah mereka selesai makan.
Tapi saat pandemi, masjid tutup. Akhirnya makan prasmanan setiap Jumat juga berhenti.
Sehingga untuk mensiasatinya Edy terpaksa turun ke jalan setiap Jumat untuk membagi-bagikan makanan yang dibungkus. Itu terjadi bulan April 2020, di awal Ramadhan.
Edy mengaku, pada masa awal, biaya untuk makan gratis itu semuanya diambil dari kocek pribadi Edy dan istri.
Menurutnya, dia merupakan pelopor makan gratis tiap hari Jumat di Purwokerto. Gerakan ini kemudian diikuti oleh banyak kelompok. Maka, setiap hari Jumat, banyak kelompok yang turut membagi-bagikan makanan gratis di Purwokerto.
Yang membuat Edy berubah dan kemudian berpikir keras untuk mengadakan makan gratis tidak hanya hari Jumat tapi tiap hari, karena dia mendengar keluh-kesah langsung dari seorang tukang becak.
Tukang becak itu bilang ke Edy, " Kalau hari Jumat, saya menerima banyak nasi bungkus. Tapi bagaimana pada hari Senin sampai Kamis?"
Keluhan tukang becak itu membuat Edy berpikir keras. Lalu mulai berpikir untuk memberi makan gratis setiap hari. Paling tidak menyediakan makanan gratis sejak Senin sampai hari Jumat.
Kebetulan Aditya Prayoga, orang pertama yang menggagas rumah makan gratis di Indonesia, suatu hari berkunjung ke Purwokerto. Saat itu mata Aditya sakit sehingga dia pun berobat pada seorang dokter mata di Purwokerto. Aditya lalu bercerita ke dokter mata bahwa dia mendirikan rumah makan gratis di Jakarta dan Bogor.
Lalu dokter mata itu bercerita ke istri Edy yang juga dokter tentang perjumpaannya dengan Aditya. Istrinya lalu bercerita ke Edy. Dari dokter mata, istri Edy bisa mendapat nomer telepon Aditya.
Edy pun kemudian menghubungi Aditya melalui telepon. Ia lalu menceritakan niatnya untuk membuat rumah makan gratis di Purwokerto. Sama seperti yang dilakukan Aditya di Jakarta dan Bogor. Aditya menyambut dengan baik niat itu. Aditya malah mendorong Edy untuk segera mewujudkannya.
Tekad Edy dan istri pun semakin bulat untuk membuka rumah makan gratis di Purwokerto.
***
Edy lalu berpikir tentang lokasi rumah makan gratis yang akan dia dirikan.
Ia kemudian teringat ada lahan kosong atas nama istrinya di Jalan Mangunjaya No 50 Purwokerto yang tidak terpakai. Tanah itu luasnya 900 meter persegi.
Lalu di atas lahan itu mulai didirikan bangunan untuk rumah makan gratis. Pembangunan itu dimulai Maret 2020. Pembangunan berjalan selama delapan bulan. Biaya pembangunanya lebih dari Rp 1 miliar.
Karena gedung itu dua lantai. Yang lantai bawah akan digunakan khusus untuk rumah makan gratis. Sementara lantai dua adalah Islamic Center dan tempat pengajian.
Pada bulan November 2020, gedung itu selesai dibangun. Biaya pembangunan gedung itu berasal dari dana pribadi dr Edy dan istri.
“ Rencananya 1 Januari 2021 rumah makan gratis itu akan dibuka untuk umum. Tapi mendadak saya dan istri kena Covid. Saya terkena varian Alpha atau Betha, dan sempat dirawat di rumah sakit selama 12 hari,” kata Edy.
Akhirnya pembukaan rumah makan gratis itu molor. Kepada guru mengaji sekaligus salah satu pengelola rumah makan gratis Purwokerto, Ustad Adhi Tri Satya, dia meminta agar rumah makan gratis itu segera dibuka. Karena dia khawatir umurnya tak panjang.
Tapi Ustad Adhi tidak setuju dan bilang nanti saja. Rumah makan gratis Purwokerto akan dibuka setelah Edy dan istri sembuh dari Covid-19 dan keluar dari rumah sakit.
Akhirnya setelah Edy keluar dari rumah sakit, pada tanggal 10 Februari 2021, rumah makan gratis itu mulai dibuka untuk umum. Siapa pun boleh makan di sana, terlepas dari suku, ras dan agamanya. Juga bila dia naik mobil mewah. Semua boleh makan tanpa syarat. Saat itu pengelola rumah makan gratis juga mencetak pamflet untuk mengundang relawan yang mau bekerja cuma-cuma di rumah makan gratis.
Jadi, kata Edy, di rumah makan gratis, yang menerima gaji hanya tiga orang. Yaitu dua orang juru masak dan satu orang petugas bersih-bersih. Gaji mereka bertiga sekitar Rp 6 juta per bulan.
Sementara di luar mereka, masih ada 9 orang relawan yang tidak digaji dan bekerja secara cuma-cuma. Relawan itu bekerja sejak Senin sampai Jumat, untuk melayani mereka yang makan gratis.
Rumah makan gratis Purwokerto mulai dibuka jam 10 pagi. Ada 80 kursi yang tersedia. Pada masa awal rumah makan ini hanya menyediakan 100 porsi karena belum banyak yang tahu lokasi rumah makan gratis. Maka pengelola pun membuat pamflet pengumuman pembukaan rumah makan gratis sehingga lebih banyak orang yang datang.
(Suasana rumah makan gratis Purwokerto/koleksi pribadi)
Sekarang, setiap hari Senin sampai Jumat, rumah makan gratis Purwokerto bisa menyediakan 300 porsi per hari. Hidangannya prasmanan. Tapi karena masih pandemi Covid, mereka yang makan tidak bisa mengambil sendiri, melainkan diambilkan oleh relawan yang bertugas. Jadi pengunjung tinggal menunjuk saja lauk apa yang mereka inginkan dan relawan akan mengambilkannnya.
Buka jam 10 pagi, jam 11 atau satu jam kemudian, biasanya makanan sudah ludes. Tandas.
Pada saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM, rumah makan gratis Purwokerto sempat dilarang buka karena dianggap bisa menimbulkan kerumunan.
Akhirnya Edy memilih tutup 4-5 bulan. Tapi, meski rumah makan tutup, dia tetap membagi-bagikan makanan gratis. Tapi tidak menyediakan makanan prasmanan.
Caranya, pengurus tetap menyediakan makanan gratis selama PPKM, tapi kini dibungkus. Sebanyak 300 porsi nasi bungkus dan dibagi-bagikan dari dalam pagar rumah makan gratis. Selama PPKM, praktis rumah makan gratis tidak menerima pengunjung masuk ke dalam untuk makan.
***.
Sebetulnya, kata Edy, jumlah porsi makanan mau dinaikkan menjadi 500 porsi setiap harinya. Itu ide dari Ustad Adhi. Tapi rencana ini terpaksa ditunda karena sudah mau masuk bulan Ramadhan. Setelah Ramadhan mungkin pengurus akan coba menyediakan 500 porsi per hari.
Rumah makan gratis juga tetap buka pada saat Ramadhan. Pada bulan puasa, pengelola rumah makan mengatur hanya menerima 80 pengunjung sebelum waktu berbuka, sesuai jumlah kursi yang ada. Makanan kemudian akan dihidangkan ke meja masing-masing menjelang buka puasa.
Sementara, sisanya yang tidak kebagian kursi untuk makan di tempat, akan diberi nasi kotak. Dengan demikian sebelum jam 7 malam, pelayanan rumah makan gratis bisa selesai, dan relawan bisa salat taraweh.
“ Kalau ditanya berapa biaya yang saya keluarkan, boleh dibilang fluktuatif. Tapi sebulan saya bisa mengeluarkan Rp 30 juta-Rp 40 juta," ujarnya Jadi setahun sekitar Rp 360 juta-Rp 480 juta yang dikeluarkan Edy dari kantung pribadi.
(Suasana rumah makan gratis Purwokerto/koleksi pribadi)
Edy bersyukur dia nyaris tak pernah membeli beras. Menurutnya, sejak buka, ada saja yang menyumbang beras. Ada yang menyumbang beras 25 kg. Tapi pernah ada juga yang menyumbang 1 ton beras.
Saat disumbang 1 ton beras, karena takut berasnya rusak karena menghabiskannya butuh waktu lama, sebagian beras itu diputuskan pengelola rumah makan untuk dibagi-bagikan ke kaum dhuafa. Beras sumbangan itu lalu dikemas dalam paket beras 3 kg.
Ia juga mengaku juga membuka rekening donasi untuk rumah makan gratis Purwokerto. Awalnya rekening donasi menggunakan rekening istri Edy, Norina Agatri. Tapi karena khawatir ada fitnah, lalu dibuatlah rekening donasi baru atas nama rumah makan gratis Purwokerto.
Uniknya lagi, kegiatan di rumah makan gratis Purwokerto, bukan cuma pembagian makan gratis. Tapi juga kerap diisi dengan acara donor darah. Yang bersedia jadi donor darah, akan diberi sembako atau door prize. Dan akhirnya pesertanya lumayan banyak, Sehingga dr Edy pernah mendapat penghargaan dari PMI karena jumlah darah yang dikumpulkan di rumah makan gratis termasuk yang terbanyak.
“ Motivasi saya mendirikan rumah makan gratis, karena saya diberi banyak rejeki oleh Allah. Maka saya pikir kenapa rejeki itu tidak dikembalikan pada masyarakat yang membutuhkan,” ujarnya.
Tapi itu bukan berarti dia tak punya ketakutan. “ Ada yang saya takut dalam melakukan ini. Saya takut riya,” lanjutnya.
Riya, takut amal perbuatan baik seseorang diketahui orang, dianggap dosa dan merupakan penyakit hati. Inilah yang ditakuti Edy.
“ Itulah kenapa dari dulu saya tidak mau diwawancara dan muncul ke permukaan. Tapi rahasia saya terbongkar saat Aidtya Prayoga selaku pengelola rumah makan gratis diwawancara Arie Untung di Youtubenya. Saat ditanya siapa pemilik rumah makan gratis Purwokerto, Aditya menyebut nama saya. Sehingga nama saya akhirnya muncul ke permukaan,” ucapnya mengenang.
Saat ditanya sampai kapan membuka rumah makan gratis bagi kaum dhuafa di Purwokerto, dr Edy menjawab: “ Saya sendiri bertekad selagi saya sehat dan mampu, saya akan terus membuka rumah makan gratis ini. Untunglah istri saya mendukung total. Bahkan pada masa awal dia yang memasak.”
Sebuah tekad yang mulia. Dan dengan niat mulia itu, pasti jalan dr Edy dan istri juga akan dimudahkan oleh Tuhan. Pasti! (eha)
Advertisement
5 Tanda Komunikasi Orang Tua dan Remaja Sudah Berjalan Sehat
3 Komunitas Kesehatan Mental di Indonesia, Kini Kamu Tak Perlu Merasa Sendiri Lagi
Saat Anak Mulai Ngebet Punya Akun Sosmed: Umur Berapa Sebenarnya Boleh?
Remote Work Hub, Pejuang Kerja dari Rumah yang Sat Set Banget!
Kajian Musawarah, Komunitas Pengajian Digagas Sederet Artis Pria
Komunitas Padel Bro Celebrity, Kumpulan Artis Ganteng Pecinta Padel
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Video Viral Atap SMK Negeri 1 Cileungsi Roboh, Para Murid Berusaha Menyelamatkan Diri
So Sweet, Sekolah Ini Punya Tradisi `Kiss Your Mom`di Hari Pertama Sekolah
Kajian Musawarah, Komunitas Pengajian Digagas Sederet Artis Pria
5 Tanda Komunikasi Orang Tua dan Remaja Sudah Berjalan Sehat
3 Komunitas Kesehatan Mental di Indonesia, Kini Kamu Tak Perlu Merasa Sendiri Lagi
Momen Pengantin Rela Hemat Biaya Nikah Demi Bantu Anak Yatim