Karin Novilda Atau Awkain Membagikan Nasi Kotak Untuk Demonstran (Foto: Instagram @awkarin)
Dream - Awkarin mencuri perhatian di tengah-tengah demo mahasiswa di depan Gedung DPR, Jakarta. Dara bernama asli Karin Novalinda ini terlihat membagi-bagikan nasi kotak kepada para mahasiswa.
Dalam aksi demo Selasa 24 September 2019 itu, Awkarin terlihat memakai baju hitam lengan panjang. Dia dan timnya menenteng plastik merah. Isinya kotak berisi makanan.
Fotonya tertangkap layar seorang demonstran. " Aku salut sama kamu kak!" tulis seorang warganet.
aku salutt sama kamu kak!! pic.twitter.com/lyCFJAU7Hf
— ð��² (@asalsalann)September 24, 2019
Melalui Twitter, Awkarin menulis sedang mengantarkan 3.000 nasi kotak buat pendemo. Dia butuh perjuangan untuk menembus mahasiswa yang menyemut di depan gedung dewan.
" Hari ini sepertinya semua kerjaanku harus di-postpone demi mengantarkan untuk mereka yang sudah hebat dan lelah seharian di jalan. Doakan kami!" tulis Awkarin.
Perjuangan banget mau nganterin 3000 nasi kotak buat kakak2 yg lg demo :”)
Hari ini sepertinya semua kerjaanku harus dipost pone demi mengantarkan makanan untuk mereka yang sudah hebat dan lelah seharian dijalan. Doakan kami! â�¤ï¸ï¿½— karin novilda (@awkarin)September 24, 2019
Awkarin tak hanya berbagi kotak nasi. Di hadapan 4,7 juta pengikutnya di Instagram, Awkarin menyuarakan aksi dan pergerakan kaum muda.
" Agenda hari ini di depan gedung DPR. Jangan sekadar tunda RKUHP, TOLAK DAN BATALKAN RKUHP. JANGAN BATASI RUANG GERAK WANITA," tulis Awkarin di Instagramnya.
Keren Awkarin. pic.twitter.com/mG0StVAnkT
— ™ (@mmaryasir)September 24, 2019
Awkarin meminta anggota parlemen menyuarakan aspirasi rakyat. " Mau jadi apa negara ini kalau yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin?" tanya dia.
" Buat yang cuma koar koar aksi demonstrasi tidak merubah keadaan, lalu kita harus bagaimana? Duduk manis dan diam ketika hak hak kita DIPERKOSA NEGARA?" ucap dia.
Tak berhenti di satu unggahan, Awkarin juga menyindir perlakuan anggota DPR di Twitter miliknya.
Dream - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto, menilai aksi unjuk rasa sejumlah elemen mahasiswa sudah tidak relevan lagi. Alasannya, pemerintah dan DPR sepakat untuk menunda pengesahan sejumlah Rancangan Undang-Undang yang dipersoalkan publik.
Wiranto mengatakan DPR sepakat menunda pengesahan lima RUU seperti RUU KUHP, RUU Minerba, RUU Permasyarakatan, RUU Ketenagakerjaan dan RUU Pertanahan.
" Saya kira dengan adanya penundaan itu yang didasarkan oleh kebijakan pemerintah, untuk lebih mendengarkan suara rakyat, maka sebenarnya demonstrasi yang menjurus kepada penolakan Undang-undang pemasyarakatan, KUHP itu sudah tidak relevan lagi, tidak penting lagi," kata Wiranto, Selasa, 24 September 2019.
Wiranto mengatakan, sebaiknya mahasiswa atau masa aksi menyampaikan pendapat melalui jalur yang lebih terhormat ketimbang turun ke jalan berunjuk rasa.
" Yakni dialog yang konstruktif baik dengan DPR, nanti DPR yang akan dilantik atau pemerintah," ucap dia.
Pada akhir masa jabatannya, DPR menjadwalkan akan mengesahkan delapan RUU. Namun, hanya tiga beleid yang disahkan, yakni RUU KPK, RUU MD3, dan RUU Tata Cara Pengelolaan Pembuatan Undang-Undang.
Dalam sejumlah aksi, massa diketahui tidak hanya menuntut kepada DPR untuk tidak mengesahkan RUU yang sudsh ditunda itu, tapi juga membatalkan RUU KPK.
Tapi, RUU untuk lembaga anti rasuah itu sudah keburu disahkan oleh wakil rakyat.
Dream - Ada yang menarik saat aksi demonstrasi menolak pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Kota Malang, Jawa Timur. Dua penjual es, Adhim Setya dan Suwito menyumbangkan es jualannya untuk massa di sekitar Jalan Tugu, depan Gedung DPRD Kota Malang.
Secara bergantian, Adhim dan Suwito membentangkan poster bertuliskan, `Gratis untuk Generasi Anti Korupsi`. Dua penjual es itu menggratiskan barang dagangan secara gratis.
Bahkan, Adhim dan Suwito menyediakan gunting untuk memotong ujung es agar mudah dikonsumsi.
" Paling enggak saya tahu alasannya mereka berdemo. Saya mendukung, paling tidak berkontribusi lewat es ini untuk disalurkan," kata Adhim, dilaporkan Merdeka.com, Selasa, 24 September 2019.
Adhim mengaku sebagai lulusan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Suwito lulusan Universitas Islam Malang (Unisma). Adhim berjualan es sehari-harinya.
Mereka patungan untuk menggratiskan 500 batang es. Nilainya Rp500 ribu.
" Baru hari ini, kemarin tidak tahu kalau ada demo. Tergantung dari konteks demonya, kalau demonya sesuai dengan saya harapkan. Intinya saya tidak suka dengan pelemahan KPK, itukan ada isu pelemahan KPK," urainya.
Baik Adhim maupun Suwito juga terlihat memunguti potongan ujung es yang bertebaran di lokasi. Es pun tidak lama habis oleh para demonstran yang terus berdatangan.
Sumber: Merdeka.com/Darmadi Sasongko
Dream - Sejumlah kampus di Yogyakarta menyatakan tidak terkait dengan ajakan berdemonstrasi melalui tagar #GejayanMemanggil yang viral di media sosial. Mereka menyatakan ajakan tersebut tidak jelas tujuannya.
Salah satu kampus yang mengeluarkan pernyataan tak terlibat gerakan itu adalah Universitas Sanata Dharma (USD). Kampus ini menilai gerakan tersebut tak jelas tujuannya.
" Universitas Sanata Dharma mendukung gerakan tersebut oleh karena tidak jelasnya tujuan serta penanggungjawabannya," tulis surat yang ditandatangani Rektor USD, Johanes Eka Priyatma.
Taggar #GejayanMemanggil memang tengah menjadi perbincangan di dunia maya. Taggar itu merupakan undangan kepada seluruh mahasiswa untuk demonstrasi yang digelar di pertigaan Colombo, Gejayan, Yogyakarta.
Demonstrasi itu menolak sejumlah rancangan undang-undang dan kasus terkini di Indonesia. Misalnya, rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP), Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS).
Selain itu, RUU Ketenagakerjaan, RUU Pertanahan, Kriminalisasi Aktivis, dan menyoroti kinerja pemerintah yang dianggap tidak serius menyelesaikan kebakaran hutan dan kekerasan di Papua.
Sementara itu, Universitas Gadjah Mada (UGM) juga menyatakan tidak mendukung dan terlibat dalam aksi tersebut. Surat itu dikeluarkan UGM dan bertandatangan Rektor UGM, Panut Mulyono.
" Partisipasi terhadap aksi tersebut diminta untuk tidak melibatkan UGM dalam bentuk apapun dan segala hal yang dilakukan atas aksi tersebut menjadi tanggung jawab pribadi," kata Panut.
© Twitter
Tetangga UGM, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) turut mengeluarkan imbauan serupa. Dalam suratnya, Rektor UNY, Sutrisna Wibawa, menyebut UNY tak terlibat aksi demonstrasi.
Selain itu, dia juga mengklarifikasi munculnya akun bernama Rektor UNY @JeveViole yang mengedarkan kabar bohong mengenai dukungan aksi. " Akun resmi media sosial UNY adalah @unyofficial," tulis Sutrisna.
— Sutrisna Wibawa (@sutrisna_wibawa)September 23, 2019
Satu kampus yang tidak mengeluarkan larangan yaitu, Universitas Islam Indonesia (UII). Di Instagram resminya, @uiiyogyakarta, Bidang Kemahasiswaan UII, tak melarang mahasiswa untuk aksi damai dan penyampaian pendapat.
" UII mempercayakan kepada DPM dan LEM UII sebagai penanggung jawab dan koordinator pengawalan aksi," tulis UII.
Masya Allah! 5 Anak Artis Ini Hafiz Quran, Suara Maryam Putri Oki Setiana Dewi Merdu Banget
Lakukan Operasi Caesar Lebih dari Tiga Kali, Amankah?
Doa Agar Keinginan Terkabul dan Cara Berdoa yang Benar, Perbanyak Sedekah serta Taubat
Baru Pakai Hijab? Ada 5 Trik yang Wajib Diketahui
Gaya Busana Nisa Cookie, Padukan Kaus Stripes untuk Tampil Stylish
209 Kata-Kata Motivasi Kehidupan, Penuh Inspirasi dan Bangkitkan Semangat
BERANI BERUBAH: Siswa Menyulap Sampah Jadi Paving Block - Berani Berubah
Doa Agar Keinginan Terkabul dan Cara Berdoa yang Benar, Perbanyak Sedekah serta Taubat
Sempat Menghilang di Puncak Karir, Ressa Herlambang Bangkrut Sampai Orangtua Sakit