Chinatown Singapura (Shutterstock.com)
Dream - Gelombang ke dua Covid-19 yang melanda Indonesia menimbulkan kekhawatiran bagi Singapura. Negara tetangga tersebut memutuskan melarang semua penerbangan dari Indonesia untuk mencegah kasus impor Covid-19.
Kementerian Kesehatan Singapura mengumumkan mulai Senin, 12 Juli 2021, seluruh kedatangan dari Indonesia dibatasi. Seluruh pendatang dari Indonesia yang bukan Warga Negara Singapura dilarang masuk.
" Melihat memburuknya situasi di Indonesia, kami akan memperkuat kebijakan-kebijakan di perbatasan untuk traveler dari Indonesia dengan mengurangi persetujuan masuk bagi non-Singapore Citizens/Permanent Resident dengan efek secepatnya," demikian pengumuman Menteri Kesehatan.
Pelancong yang berasal dari Indonesia juga dilarang transit di Singapura. Larangan ini berlaku bagi pelancong yang memiliki riwayat perjalanan ke Indonesia dalam 21 hari terakhir dihitung mulai dari berlakunya larangan ini.
Sementara untuk warga Singapura pernah dari Indonesia dalam 21 hari terakhir diharuskan menunjukkan hasil negatif tes PCR dengan pengambilan sampel 72 jam sebelum keberangkatan.
Bagi pendatang yang tidak bisa menunjukkan hasil negatif tes PCR yang valid akan ditolak masuk. Sementara Permanent Resident (Izin Tinggal Tetap) dan Long Term Pass bagi pemegang yang tidak menaati aturan baru akan dicabut.
Ketika berada di Singapura, seluruh traveler yang baru dari Indonesia diharuskan menjalani karantina selama 14 hari di fasilitas Pemerintah. Selain itu, mereka harus menjalani tes PCR ketika tiba dan pada hari ke-14 karantina.
Tak hanya itu, mereka juga diwajibkan menjalani rapid tes antigen ketika tiba di Singapura, kemudian pada hari ketiga, ketujuh, dan ke-11 di masa karantina, dikutip dari Straits Times.
Dream - Singapura tengah menyiapkan rencana transisi ke era new normal. Covid-19 dianggap tidak akan pernah hilang namun masyarakat Singapura dapat hidup normal.
Menteri Perdagangan dan Industri Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong, dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung, yang tergabung dalam Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Singapura, membuat pernyataan bersama dengan mengatakan Covid-19 akan ditangani laiknya penyakit endemik lainnya seperti flu biasa. Ini sejalan jumlah warga Singapura yang telah divaksinasi dinilai telah mencukupi.
" Sudah 18 bulan sejak pandemi bermula dan masyarakat kami sudah lelah berperang. Semua bertanya, 'Kapan dan bagaimana pandemi akan berakhir?'," ujar ketiga menteri tersebut.
Gugus Tugas Covid-19 Singapura tengah menyusun peta jalan untuk beralih ke new normal. Peta jalan ini nantinya dipergunakan bersamaan dengan tercapainya target vaksinasi.
Tiga menteri tersebut menyatakan fokus dalam beberapa bulan ke depan adalah mempersiapkan Singapura untuk hidup berdampingan dengan Covid-19 sebagai penyakit biasa dan terkendali.
" Kabar buruknya, Covid-19 tidak akan pernah hilang. Kabar baiknya, sangat mungkin untuk hidup normal bersamanya di tengah-tengah kita," lanjut mereka.
Singapura telah mengambil langkah-langkah untuk mempersiapkan diri agar Covid-19 menjadi endemik. Negara itu telah meningkatkan upaya vaksinasi untuk menurunkan lonjakan kasus.
Vaksinasi tampaknya sudah efektif dalam mengurangi tingkat infeksi dan penularan. Kebanyakan orang yang divaksinasi lengkap menunjukkan gejala ringan dan tidak bergejala sama sekali bahkan ketika mereka mereka tertular.
Awal Juli, dua pertiga populasi di Singapura sudah mendapatkan vaksinasi dosis pertama. Angka ini dinilai sudah memenuhi rumus herd immunity.
" Tonggak sejarah kami berikutnya adalah memiliki setidaknya dua pertiga dari populasi kami divaksinasi penuh dengan dua dosis saat Hari Nasional (hari berdirinya negara Singapura pada 9 Agustus)," kata mereka.
Gugus Tugas Covid-19 juga menyatakan pasokan vaksin yang ada saat ini memungkinkan untuk mencapai target tersebut. " Kami bekerja untuk memajukan pengiriman vaksin dan untuk mempercepat prosesnya," kata mereka.
Pada saatnya, orang dengan Covid-19 akan diizinkan pulih di rumah, sehingga tidak ada lagi kekhawatiran tentang sistem perawatan kesehatan yang tertekan. Masyarakat yang kontak dekat dengan pasien Covid-19 juga diizinkan membeli alat tes di apotek untuk testing mandiri.
Ke depan, testing tidak akan lagi menjadi alat untuk mengisolasi dan mengkarantina orang. Testing akan lebih digunakan untuk menyaring mereka yang ingin memasuki gedung perkantoran, mal dan sekolah, dan sejumlah tempat lainnya.
Laporan harian tentang jumlah infeksi juga akan fokus pada hasil. Misalnya, berapa banyak pasien yang sakit parah dan membutuhkan perawatan intensif serta akan ditangani seperti flu.
Perlahan-lahan, aturan manajemen yang aman dapat dilonggarkan. Pertemuan besar akan diizinkan sekali lagi, seperti pada Parade Hari Nasional atau hitung mundur Malam Tahun Baru.
Lockdown tidak akan lagi diterapkan. Sehingga para pelaku bisnis tidak perlu lagi khawatir.
Demikian pula, orang akan dapat melakukan perjalanan lagi berbekal sertifikat vaksinasi di tangan ke negara-negara yang juga telah mengendalikan virus dan mengubahnya menjadi norma endemik. Mereka bahkan dapat dibebaskan dari karantina dengan tes negatif pada saat kedatangan.
" Akhirnya, apakah kita bisa hidup dengan Covid-19 juga tergantung pada penerimaan warga Singapura bahwa Covid-19 akan mewabah dan perilaku kolektif kita," terang mereka.
Gugus Tugas mengingatkan semua pihak punya beban yang sama dalam menghadapi Covid-19 agar new normal bisa terwujud. Pekerja menjaga keselamatan rekannya dengan tinggal di rumah saat sakit dan majikan dilarang menyalahkan mereka.
" Masyarakat kita akan jauh lebih aman," kata para menteri, dikutip dari Straits Times.
Advertisement
Komunitas InterNations Jakarta, Tempat Kumpul Para Bule di Ibu Kota

Lihat Mewahnya 8 Perhiasan Bersejarah Kerajaan Prancis yang Dicuri dari Museum Louvre

Hobi Membaca? Ini 4 Komunitas Literasi yang Bisa Kamu Ikuti

Baru Dirilis ChatGPT Atlas, Browser dengan AI yang `Satset` Banget

Bikin Syok, Makan Bakso Saat Dibelah Ternyata Ada Uang Rp1000
