Ilustrasi
Dream - Badan Kesehatan Dunia (WHO) memantau perkembangan terkini kasus Covid-19 di Indonesia. Saat ini, Indonesia tengah menghadapi dua ancaman yaitu lonjakan Covid-19 serta peningkatan infeksi varian baru virus corona.
WHO menyatakan kondisi ini menjadi kekhawatiran bersama, mengingat sejumlah indikator bahaya sudah terjadi. WHO pun merekomendasikan Indonesia untuk memperketat pembatasan, salah satunya dengan menerapkan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
" Peningkatan drastis pada tingkat keterisian tempat tidur pekan ini di beberapa provinsi berisiko tinggi merupakan kekhawatiran besar dan memerlukan implementasi kebijakan kesehatan publik dan sosial yang lebih ketat, termasuk PSBB," demikian rekomendasi WHO dalam Situation Report edisi Rabu, 16 Juni 2021.
WHO menilai perlu tindakan segera untuk mengatasi peningkatan penyebaran dari Variants of Consent (VoC) di sejumlah provinsi. WHO juga menyatakan kenaikan harian bukan dipicu dari penemuan kasus baru di hari yang sama.
Ini karena pengujian laboratorium membutuhkan waktu maksimal satu pekan untuk mendapatkan hasil. Sehingga pelaporannya untuk sampel yang sudah diambil di hari-hari sebelumnya, bukan hari yang sama.
Laporan WHO juga menyoroti tingkat kenaikan kasus hingga ratusan persen di sejumlah provinsi dalam periode 7-13 Juni 2021. Terdapat tiga provinsi yang menjadi fokus WHO.
Tiga provinsi tersebut yaitu Papua yang mengalami kenaikan kasus mencapai 967 persen, disusul Sulawesi Tenggara yang mencatat kenaikan hingga 205 persen. Sedangkan provinsi ketiga yaitu DKI Jakarta yang mencatatkan kenaikan kasus mencapai 123 persen.
Untuk Papua, WHO memberikan catatan khusus yaitu kenaikan kasus mingguan sangat tinggi dari 12 menjadi 128. Selain itu, internet masih menjadi kendala di Papua sehingga pelaporan tidak bisa dilakukan dengan cepat.
Dream - Lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia dalam beberapa hari terakhir mengundang sorotan pakar kesehatan AS, Faheem Younus.
Kepala Departemen Penyakit Menular Universitas Maryland, Amerika Serikat, ini membuat cuitan khusus mengenai kondisi Indonesia.
Faheem menyinggung data kenaikan kasus di Indonesia yang melonjak 67 persen. Selain itu, dia juga menyoroti munculnya kasus baru melebihi angka standar.
" 22 per 100 ribu kasus baru (seharusnya <5/100 ribu)," tulis Faheem di Twitternya, @FaheemYounus.
Tak hanya itu, dia juga menyoroti tingkat vaksinasi. Menurut dia, baru 6 persen populasi Indonesia yang sudah mendapatkan vaksin.
" Karena tingkat pengujian rendah, kasus aktual+kematian lebih tinggi. Covid tidak akan pergi hanya dengan berpura-pura tidak ada," tulis dia.
Kasus baru di Indonesia pada 17 Juni 2021 melonjak sangat tinggi mencapai 12 ribu kasus dalam sehari. Padahal sejak Maret 2021, angka kasus harian selalu berada di bawah 10 ribu.
COVID Surging in Indonesia
- 67% of peak and RISING
- 22 per 100,000 new cases (should be <5/100,000)
- Only 6% population vaccinated
Due to low testing, ACTUAL cases+deaths much higher
COVID won’t go away by pretending it doesn’t existhttps://t.co/jSTKsDMxbK pic.twitter.com/l3UAFR1XVL— Faheem Younus, MD (@FaheemYounus)June 17, 2021
Dream - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, mempertimbangkan pemberlakuan tutup total atau lockdown. Pernyataan ini menyusul terjadi penambahan kasus Covid-19 di DIY yang meroket beberapa pekan belakangan.
" Kalau realitasnya masih seperti ini mau apa lagi, ya lockdown," ujar Sultan.
Sultan menilai lockdown bisa menjadi pilihan mengendalikan pandemi setelah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tidak berjalan efektif. PPKM merupakan salah satu antisipasi penularan Covid-19 dengan melibatkan petugas tingkat RT dan RW di garis terdepan.
Tetapi, dalam pandangan Sultan, PPKM di DIY seperti tidak efektif. Ini ditandai dengan adanya kemunculan kasus baru yang cukup tinggi.
Sultan menjelaskan segala cara sudah dijalankan untuk mengendalikan Covid-19. Termasuk pengetatan mobilitas di tingkat RT atau RT.
" Kalau gagal arep ngopo meneh? (mau apa lagi?) Kita belum tentu bisa cari jalan keluar," kata dia.
Sultan juga menyoroti kenaikan tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit (Bed Occupancy Rate/BOR) di DIY. Kenaikan yang terjadi cukup tinggi, bahkan dua kali lipat.
" Saya enggak tahu sekarang yang mestinya BOR rumah sakit itu 36 persen koma sekian, sekarang kira-kira sudah 75 persen," kata dia.
Lebih lanjut, Sultan menyatakan lockdown dipilih sebagai opsi terakhir mengingatkan penularan sudah sampai level terbawah. Selain itu, mobilitas masyarakat sangat massif di akhir pekan.
Sultan juga mengatakan sebenarnya sudah ada aturan yang menyatakan izin penyelenggaraan kegiatan harus sampai kapawonan (kecamatan) dan tidak lagi hanya kelurahan. Aturan ini dikeluarkan pada 15 Juni 2021 dengan harapan masyarakat bisa membatasi diri.
" Tapi kalau masih tembus lagi, terus arep opo meneh? Kita kan jadi sulit selama masyarakat itu tidak mengapresiasi dirinya sendiri untuk disiplin, gitu lho," kata Sultan, dikutip dari krjogja.com.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak