Ulah Saling Ancam AS dan Korut, Niatnya Gertak tapi Blunder

Reporter : Ahmad Baiquni
Kamis, 28 September 2017 19:02
Ulah Saling Ancam AS dan Korut, Niatnya Gertak tapi Blunder
Kedua negara sama-sama menggertak, tapi tidak berhitung kekuatan gertakannya.

Dream - Hubungan antara Amerika Serikat dengan Korea Utara semakin memanas. Pada Senin lalu, Menteri Luar Negeri Korea Utara, Ri Yong Ho menanggapi cuitan Presiden AS Donald Trump di Twitter.

Trump membuat cuitan yang intinya menyebut rezim Kim Jong Un akan segera berakhir. Ri, mewakili Pyongyang, mengatakan hal itu sebagai deklarasi ajakan perang.

Ri juga menyatakan negaranya punya hak untuk menembak pesawat tempur AS di zona udara manapun.

Krisis yang meningkat seputar dugaan program senjata nuklir Korut ternyata memunculkan banyak strategi salah perhitungan. Kedua belah pihak saling menafsirkan pernyataan lawan sebagai upaya selangkah menuju perang.

Pakar Hubungan Internasional Universitas Hebrew Yerusalem, Or Rabinowitz mencatat setidaknya ada empat strategi salah perhitungan baik oleh AS maupun Korut, seperti dilaporkan The Washington Post.

1. Korut bisa meledakkan bom hidrogen di kawasan Pasifik

Kim Jong Un telah mengancam melakukan uji coba ledakan bom hidrogen. Uji coba ini merupakan kelanjutan dari strategi perang nuklir yang sudah dia deklarasikan.

Ancaman serupa pernah terjadi di Afrika Selatan pada 1980an. Kala itu, negara tersebut mengancam akan meledakkan bom nuklir untuk mendesak AS agar mau membantu mengusir kekuatan Uni Soviet, namun strateginya tetap rahasia.

Saat itu, Afsel memiliki enam bom uranium hasil pengayaan. Tetapi, uji coba bom itu batal dijalankan karena ternyata membawa dampak sebaliknya.

Bukannya menuruti tekanan Afsel, AS di bawah kepemimpinan Presiden Ronald Reagan malah balik mengancam akan menyerang.

Lantas bagaimana dengan ancaman bom hidrogen Korut? Rabinowitz justru mengatakan, " Alih-alih mencegah, itu justru menjadi titik tolak bagi AS untuk melancarkan serangan pertama kepada Korut."

2. Retorika agresif Donald Trump justru menjadi blunder bagi AS.

Trump tampaknya tidak berkaca pada presiden-presiden sebelumnya. Tidak ada satupun dari Presiden AS yang berhasil menekan program nuklir Korut.

Rabinowitz pun mengganggap Trump tidak memperhatikan efek psikologis lawannya ketika mengeluarkan pernyataan tersebut. Retorika Trump justru menjadi penghalang bagi upaya diplomatik terkait isu nuklir Korut.

Hinaan Trump kepada Jong Un justru meningkatkan tensi ketegangan yang sudah memanas. Bahkan, Rabinowitz menduga bisa jadi program nuklir Korut semakin dikembangkan.

3. AS bisa mencoba, dan gagal, menembak jatuh misil Korut.

Sejak 1980an, militer AS telah menghabiskan dana mencapai US$200 miliar, setara Rp2.900 triliun, demi meningkatkan kemampuan teknologi untuk menjatuhkan rudal balistik. Langkah ini menciptakan teknik penanganan yang berbeda, disesuaikan dengan jenis rudal.

Beberapa di antaranya seperti Pertahanan Basis Darat Menengah (Ground-based Midcourse Defense/GMD) untuk menghalau rudal balistik antar-benua (ICMBs). Juga seperti sistem Aegis dan THAAD, yang dikembangkan untuk menembak jatuh rudal jarak pendek.

Sistem pertahanan ini dapat digunakan AS untuk menghalau serangan rudal Korut. Tetapi, jika gagal, ini bisa menyerang status AS, dan menghilangkan kepercayaan sekutu atas janji keamanan Amerika.

Potensi kegagalan juga bisa terjadi pada Pyongyang, jika menganggap penghalau rudal sebagai tindakan perang.

4. Potensi salah tafsir yang terjadi di media-media dunia terkait pernyataan Korut.

Rabinowitz mengatakan pernyataan Korut punya logika internal sendiri, yang kebanyakan media tidak memahaminya. Alhasil, banyak terjadi salah penafsiran.

Seperti pada awal Agustus, Korea Utara menyatakan " sangat hati-hati menguji rencana operasi untuk menguji ledakan di seputar Guam (Guam adalah pulau kecil di barat Samudra Pasifik yang masuk dalam teritori AS)."

Akibat pernyataan itu, para pengamat menganggapnya sebagai ancaman Korut atas Guam. Padahal, Korut sama sekali tidak berencana menembakkan rudal ke Guam.

Media pun memuat pemberitaan yang menempatkan Korut sebagai ancaman. (Sah)

Beri Komentar