(Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Dream - Mungkin bagi sebagian orang, bunyi sirine ambulans dirasa mengganggu. Terutama di tengah situasi pandemi Covid-19.
Muncul sejumlah protes dari warga yang merasa terganggu dengan sirine ambulans. Padahal, sebenarnya bunyi tersebut sangat penting.
Seorang relawan bernama Herry Febrianto berusaha memberikan penjelasan mengenai hal itu. Dalam unggahan yang ditayangkan kembali di akun Twitter @anang_batas, dia mengatakan driver ambulans yang saat ini beroperasi di Yogyakarta sebenarnya bukan benar-benar pengemudi ambulans.
" Sebagai tukang sopir dadakan merangkap kuli angkut peti merangkap tukang panggul jenazah, izinkan saya sedikit menjelaskan kepada para Netizen bardiman tentang apa yang selama ini dituduhkan kepada ambulance," tulis dia.
Herry mengawali penjelasannya seputar ambulans kosong masuk kampung menyalakan sirine. Dia mengatakan tim berkomunikasi melalui WAG dan panggilan radio genggam (Handy Talkie/HT).
Begitu ada informasi, tim bergerak ke titik penjemputan. Seringkali tim tidak mengetahui alamat tepat penjemputan.
" Perlu Anda ketahui pula bahwa sopir ambulans yang bertugas saat ini bukan sopir ambulans asli, mereka adalah relawan yang aslinya mungkin dosen, karyawan, ustaz, mas-mas satgas, dsb," tulis dia.
Ketika menjemput pasien kritis, Herry mengatakan para relawan dituntut cepat. Sehingga ketika masuk gang, sirine dinyalakan agar pihak keluarga atau tetangga si sakit mendengar dan segera mengarahkan kru ke titik penjemputan.
" Itu sangat menghemat waktu dan mungkin sangat berarti bagi beliau yang bertarung nyawa dengan Covid-19. Jadi ambulans kosong itu sedang mencari seseorang yang hendak diselamatkan nyawanya," kata dia.
Herry juga menjelaskan mengapa tim relawan mengerahkan tiga unit ambulans untuk menjemput satu saja pasien Covid-19. Dia mengatakan di saat pandemi, ambulans memang kerap bergerak beriringan karena punya tugas masing-masing.
" Ketika ada panggilan untuk menyucikan/memandikan jenazah Covid-19 di rumah warga, kami membawa tiga tim," kata dia.
Tim pertama bertugas pemulasaraan jenazah, yang membersihkan dan mengkafani. Tim kedua bertugas untuk pemakaman dan tim ketiga untuk dekontaminasi yang bertugas menyemprot cairan sterilisasi di titik penjemputan maupun di pemakaman.
" Ketika jenazah sudah masuk peti dan siap dimakamkan, hanya seorang driver ambulans dan si jenazah saja yang boleh ada di ambulans, kru lain tidak boleh masuk," kata dia.
Tim lain, kata Herry, harus berdesakan di dua ambulans lainnya. " Jadi dua ambulans itu bukan gagah-gagahan, tapi memang kebutuhan," tulis Herry.
Penjelasan teman relawan terkait ttg ambulance.. mohon dipahami nggih! pic.twitter.com/cmEjF7WsQi
— #ndasma (@anang_batas)July 15, 2021
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib