Jarang Terjadi! Pilot Bawa Pesawat Nyasar, Mendarat 225 Km di Kota yang Salah
Penerbangan berakhir di Pokhara, 255 kilometer dari tujuan sebenarnya
Dream - Ada pepatah, hidup bak putaran roda. Kadang berada di atas, kemudian kembali ke bawah. Itu pula yang terjadi kepada Turinih.
Penjual getuk itu dulu pernah tenar dan menjadi selebritis. Tapi kini dia kembali ke Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Bukan untuk syuting. Melainkan kembali berjualan getuk.
Dari jembatan penyeberangan itulah awal mula perempuan yang karib disapa Teh Ninih ini tenar dan merambah layar kaca. Dan ke jembatan itu pula dia kini kembali, menekuni profesi lamanya.
Ninih mengaku banyak orang yang meremehkannya setelah tak lagi menjadi artis. "Ya ada, orang kan enggak semuanya suka sama saya," kata Ninih saat ditemui Dream di JPO GOR Sumantri, Kuningan, Jakarta, Kamis 13 Juli 2017.
Setelah tak lagi beredar di layar kaca, Ninih memang sempat balik kampung ke Indramayu, Jawa Barat. Dia berusaha menenangkan diri. Dan saat di kampung halaman itulah sejumlah nada miring berseliweran di telinganya.
"Ada yang bilang kok artis gitu ya, item, jelek," Ninih mengenang cibiran yang dia terima.
Meski begitu, dia tidak memikirkan cibiran tersebut. Ninih menganggap semua itu hanya sebagai kerikil dalam menjalani kehidupan.
"Ya sudahlah didiamkan saja, tapi kadang ada rasa sakit. Tapi, orang kan enggak tahu, perjalanan hidup menuju kesuksesan itu kan susah, tapi ya sudahlah biarkan saja," ujar Ninih.
Dream - Perempuan cantik itu duduk di tengah perlintasan Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) GOR Sumantri, Kuningan, Jakarta Selatan. Di hadapannya dua keranjang plastik tertata.
Perempuan cantik itu bernama Turinih. Sosoknya sempat viral di media sosial di 2014. Saking seringnya menjadi bahan perbincangan di dunia maya, Teh Ninih, sapaan akrabnya, kerap berseliweran di berbagai acara stasiun televisi nasional.
Bahkan manajemen artis Komando merekrutnya. Di bawah naungan manajemen artis Komando, dia membawakan lagu debut berjudul 'Selingkuh Tiga Kali'.
Selama setahun dia menjalani peran sebagai artis ibu kota. Teh Ninih bercerita selama menjadi artis dia banyak bertemu dengan selebritis yang dia idolakan. Beberapa warga masyarakat juga mulai banyak mengenalnya.
Tetapi, silau panggung hiburan mulai meredup di akhir 2015. Kondisi itulah yang membuatnya memutuskan pulang ke kampung halamannya di Indramayu.
Pulang kampung, dia manfaatkan untuk menenangkan diri.
"Sudah lama sih sudah satu setengah tahun lalu pulang kampung untuk menenangkan diri," kata Ninih saat ditemui Dream di JPO GOR Sumantri Jalan Rasuna Said Kuningan, Jakarta, Kamis, 12 Juli 2017.
Di saat menenangkan diri itu, Ninih juga memutuskan untuk menikah dengan seorang pria dari kampungnya. Dari pernikahan ini, Ninih dikarunia seorang anak.
Ninih menghabiskan waktu mengurus seorang anaknya yang masih berusia satu tahun. Selain itu, dia juga menyempatkan diri turun ke sawah.
Setelah merasa jenuh dengan kegiatannya di kampung, Ninih kembali menantang Ibu kota. Berbekal izin kepada suaminya, dia ingin kembali lagi ke Jakarta untuk berjualan getuk.
Tetapi, izin itu tak mudah terucap. Sang suami sempat menentang keinginan Ninih untuk kembali ke Jakarta karena masih memiliki anak kecil.
"Ya tadinya sih enggak diperbolehkan. (Tapi) dari dulu Ninih ingin tuh waktu habis ngelahirin (ke Jakarta). Kata suami nanti aja kalau (anak) udah agak gedean setahun atau dua tahun dan akhirnya minta habis lebaran," ucap dia.
Kini, Ninih kembali berjualan getuk di tempat awalnya berjualan di 2014. Meski pernah wara-wiri di layar kaca, Ninih mengaku tidak malu jika dia kembali berjualan getuk.
"Iya ini kan rezeki saya Mas. Disyukuri saja saya pun nggak malu. Saya juga jualan baru 8 hari," ucap dia.
Kini di Jakarta, Teh Ninih kembali memulai harinya: berjualan getuk. Suami dan anaknya dia tinggal di Indramayu. Untuk kesehariannya di Jakarta, dia tinggal bersama bibinya.
Dream - Hari baru lewat tengah malam. Warga Ibukota sudah lelap di peraduan. Namun, di sudut permukiman padat Pejompongan, Jakarta Pusat, sekelompok perempuan muda baru memulai kehidupan. Mereka dengan tangkas mengupas singkong. Juga merajang aneka sayuran. Mengolahnya menjadi getuk dan pecel. Menu dari desa.
Satu di antara para perempuan itu adalah Ninih. Gadis belia asal Indramayu, yang tengah ramai dibincangkan di sosial media. Gadis cantik penjual getuk di Jantung Jakarta.
Bersama sang kakak, Lina, gadis berusia 18 tahun itu juga turut mempersiapkan menu dagangan itu. " Saya bantuin bikin juga, mengupas singkong dan marut kelapa buat dagangan nanti pagi," kata Ninih kepada Dream, Rabu 26 November 2014.
Ninih dan kawan-kawannya beranjak dari kontrakan sempit itu kala hari masih remang-remang tanah. Dia harus sampai di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, sebelum matahari merekah. Sebuah keranjang dijinjing di pinggang. Berisi penuh dagangan yang telah disiapkan sejak tengah malam itu.
"Setelah salat Subuh saya berangkat. Kadang naik ojek, tapi kalau sudah nggak ada, ya naik taksi sama yang lain ramai-ramai," ujar Ninih sambil tersipu.
Ninih dan rombongannya --yang sama-sama datang dari Indramayu, Jawa Barat itu-- menggelar jajanannya di atas sebuah halte bus Transjakarta di Jalan HR Rasuna Said. Di atas jembatan penyeberangan orang itulah mereka membuka `booth`. Menunggu pelanggan yang kebanyakan merupakan pegawai di kawasan perkantoran itu.
Sebelum matahari di atas ubun-ubun, dagangan Ninih biasanya sudah ludes terjual. Bahkan terkadang dia sudah melenggang pulang sebelum pukul 09.00 WIB pagi. Maklum, orang yang lalu-lalang di kawasan Kuningan itu adalah orang-orang sibuk. Mereka tak sempat sarapan. apalagi memersiapkan bekal. Makanan yang dijajakan Ninih dan kawan-kawannya inilah yang menjadi harapan mereka untuk mengganjal perut.
Jika hari libur, Ninih tak berdagang di kawasan perkantoran ini. Dia berpindah lapak. Biasanya berjualan di kawasan Monas, tempat manusia menyemut di hari bebas kerja. Hari Sabtu dan Minggu, Ninih biasa berada di kawasan tugu berpuncak emas itu.
Meski berparas ayu, Ninih tak malu berdagang di jalanan. Dia tak peduli kulitnya akan menjadi kusam karena sengatan matahari. Dia juga tak risih kala tubuh dibanjiri peluh. Yang penting, pundi-pundi uang terus terisi. Masih ada uang untuk makan dan berkulakan bahan jajanan. Syukur-syukur jika ada sisa untuk ditabung. Untuk membantu ekonomi keluarga di kampung.
Sebelum mengadu nasib ke Jakarta, anak ke tiga dari empat bersaudara ini pernah menjadi pelayan warung Tegal di daerah Bekasi. " Tapi nggak lama. Habis itu saya pulang lagi ke kampung," tutur Ninih kala menyiapkan dagangan itu.
Meski demikian, berjualan getuk bukanlah cita-cita gadis lulusan sekolah dasar ini. Ninih merasa masih perlu meningkatkan pendapatan untuk menopang perekonomian keluarga. Sehingga berniat menjadi tenaga kerja Indonesia ke Taiwan. Dan sebuah pabrik plastik di sana telah siap menampungnya.
"Pengen cari pengalaman saja. Nggak mau kalah sama yang lain. Kalau kakak dan temen-temen saya lainnya bisa, kenapa saya nggak. Mau jadi dokter kan nggak bisa. Ingin cari pengalamanlah pokoknya, sekalian bantu orangtua," kata Ninih.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia merintis usahanya hingga berkembang pesat dan mendapat banyak orderan.
Baca SelengkapnyaImpian anak seorang penjual burger kaki lima untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi akhirnya menjadi kenyataan.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka, sopir ojol kini banting stir bisnis mobil
Baca SelengkapnyaMomen haru bocah dua tahun rawat ibunya yang disabilitas kelumpuhan otak sehingga tak bisa mengontrol gerakannya.
Baca SelengkapnyaTujuh jenazah yang sudah dimakamkan puluhan tahun menimbulkan aroma wangi.
Baca SelengkapnyaNur Aini, kuli panggul cantik asal Sulawesi Selatan angkat 850 sak semen dalam sehari. Upahnya Rp600 per sak.
Baca SelengkapnyaWanita ini sehari-hari menyapu jalanan. Meski jadi ratu kecantikan, dia tak niat pindah pekerjaan.
Baca SelengkapnyaDulu wnaita ini menjalani hidup kelam di bawah gemerlam lampu disko. Kini dia bertobat dan berhijab.
Baca SelengkapnyaIni kisah nestapa tukang ojek tua. Hidup sebatangkara di rumah nyaris ambruk.
Baca SelengkapnyaPangkas rambut tertua di Indonesia, berdiri sejak 1911 di Surabaya.
Baca SelengkapnyaPenerbangan berakhir di Pokhara, 255 kilometer dari tujuan sebenarnya
Ia diketahui meminum air dari sungai Kali Bein
Menparekraf Siapkan Ruang Diskusi dengan Pelaku Parekraf Labuan Bajo Terkait Kenaikan Tarif TN Komodo
Ia bahkan pernah jadi pekerja magang termuda di NASA ketika terpikir untuk mengejar pendidikan teknik.
"Kenapa harus dilarang, asal tidak menabrak aturan, tidak melanggar aturan. Prinsip di situ,"
Fakta menarik yang tak banyak orang tahu diungkap oleh pria ini ketika menonton konser di Aceh.
Sarinah adalah nama dari pengasuh Bung Karno semasa kecil.
Media hanya diizinkan menyorot aktivitas prarekontruksi dari jarak 30 meter.